Gaharu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
paragraf ngiiklan. Referensinya juga skripsi mahasiswa |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(16 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
'''Gaharu''' adalah [[kayu]] berwarna kehitaman dan mengandung [[resin]] khas yang dihasilkan oleh sejumlah [[spesies]] pohon dari marga/[[genus]] ''[[Aquilaria]]'', terutama ''[[Aquilaria malaccensis|A. malaccensis]]''. Resin ini digunakan dalam [[industri]] wangi-wangian ([[parfum]] dan [[setanggi]]) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditas perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke [[India]], [[Persia]], [[Jazirah Arab]], serta [[Afrika]] Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997),<ref name="Ng1">{{en}}Ng, L.T., Chang Y.S. and Kadir, A.A. (1997) "A review on agar (gaharu) producing Aquilaria species" ''Journal of Tropical Forest Products'' 2(2): pp. 272-285.</ref> diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan
{{col|2}}
* ''[[Aquilaria apiculina]]'', asal [[Filipina]]
Baris 9:
* ''[[Aquilaria beccarain]]'', asal [[Indonesia]]
* ''[[Aquilaria brachyantha]]'', asal [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria crassna]]'' asal
* ''[[Aquilaria cumingiana]]'', asal
* ''[[Aquilaria filaria]]'', asal [[Tiongkok]]
* ''[[Aquilaria grandiflora]]'', asal
* ''[[Aquilaria hilata]]'', asal
* ''[[Aquilaria khasiana]]'', asal [[India]]
* ''[[Aquilaria malaccensis]]'', asal
* ''[[Aquilaria microcarpa]]'', asal
* ''[[Aquilaria rostrata]]'', asal
* ''[[Aquilaria sinensis]]'', asal
* ''[[Aquilaria subintegra]]'', asal
{{end-col}}Spesies-spesies gaharu di atas akan menghasilkan resin wangi berwarna hitam apabila terinfeksi oleh jamur ''Fusarium'', ''Pythium, Trichoderma, Popullaria.''
== Proses pembentukan ==
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sebagai
|first = Trubus
|last =
Baris 45:
| id =
| url = http://www.springerlink.com/content/p62u3p24078v7522/fulltext.pdf?page=1
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Senyawa [[fitoaleksin]] tersebut dapat berupa resin berwarna
| author = Hartal dan Guswarni Anwar
| year =
Baris 61:
| archive-url = https://web.archive.org/web/20101214091610/http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus2/464.pdf
| dead-url = yes
}}</ref> Untuk kepentingan komersial, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan [[inokulum]] [[cendawan]] ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki
== Nilai ekonomi ==
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman [[famili (biologi)|famili]] ''[[Themeleaceae]]'' dengan jenis ''[[Aquilaria]]'' spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai [[gaharu beringin]].<ref name="f"/> Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai [[gaharu buaya]].<ref name="f"/> Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan
| author = Rawana dan Agus Prijono
| year = 2009
Baris 73:
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.alamtropika.com/media.php?module=detailartikel&lang=id&id=28
| format =
| accessdate =
}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu [[gubal]], [[kemedangan]], dan [[abu]].<ref name="d"/> Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam
▲</ref> Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu [[gubal]], [[kemedangan]], dan [[abu]].<ref name="d"/> Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat.<ref name="d"/> Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan [[damar]] wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki [[serat]] kasar, dan kayu lunak.<ref name="d"/> Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan [[serbuk kayu]] hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.<ref name="d">{{cite news
|first = Trubus
|last =
Baris 93 ⟶ 92:
== Agronomi dan pertumbuhannya di Indonesia ==
''Aquilaria'' sp. dapat tumbuh baik pada ketinggian
Penanaman gaharu meliputi pengadaan benih, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, penularan (infeksi, pembentukan gaharu), serta panen dan produksi.
Selain di Jawa, gaharu tumbuh banyak di Kalimantan,
== Konservasi ==
Pada tahun 1994, konvensi [[CITES]] (Convention on International Trade in Endangered Species) di [[Amerika Serikat]] menetapkan bahwa pohon gaharu spesies ''[[A. malaccensis]]'' masuk ke dalam [[Appendix II]], yaitu tanaman yang dibatasi
</ref> Untuk mencari pohon penghasil gaharu, para pengusaha menebang puluhan pohon yang salah (tidak menghasilkan gaharu) sehingga jumlah pohon tersebut sangat berkurang.<ref name="v" /> Pada tahun 2004, Indonesia mengajukan agar semua penghasil gaharu alam yaitu
== Produk gaharu dan baku mutu produk ==
Produk utama dari gaharu adalah kayu yang telah ditebang dalam bentuk potongan besar, potongan kecil, serta bubuk gaharu. Potongan-potongan ini siap digunakan untuk dibakar. Potongan-potongan kayu gaharu memiliki perbedaan yang didasarkan pada beberapa karakter.
Setiap negara memiliki
{| class="wikitable"
|'''No.'''
Baris 128 ⟶ 127:
|2
|Sabah
|
|Melayang
|Wangi
Baris 136 ⟶ 135:
|3
|Tanggung
|
|Terapung
|Wangi
Baris 144 ⟶ 143:
|4
|Kemendangan
|Putih
|Terapung
|Agak wangi
Baris 150 ⟶ 149:
|Memiliki 1 senyawa sesquiterpen
|}
Berdasarkan bentuknya, gaharu di Indonesia diklasifikasikan menjadi tipe Gubal,
Produk sekunder dari gaharu bermacam-macam. Di Timur Tengah
Di pasar Indonesia, tipe
Sama dengan produk utama,
Untuk produk berupa minyak esens, ada beberapa klasifikasi yang diterapkan di pasar Vietnam dan Papua Nugini. Secara umum, minyak esens gaharu diklasifikasikan menjadi ''grade'' A+ (kemurnian minyak 100%), A (kemurnian minyak
== Pengolahan minyak gaharu ==
Sebelum dijadikan bahan baku
|first = MOHD FAUZI BIN RAMLAN
|last =
Baris 175 ⟶ 174:
|accessdate =
|quote =
}}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}Page.7-9</ref> Sebagian kayu gaharu dapat dijual ke ahli [[penyulingan minyak]] yang biasanya menggunakan teknik [[distilasi uap]] atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut.<ref name="minyak"/> Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan [[distilasi]] [[air]], kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah.<ref name="minyak"/> Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan
== Metabolit ==
Baris 182 ⟶ 181:
Sen dan lainnya (2017) melakukan profiling metabolit gaharu yang ada di India menggunakan GC-MS dari sampel minyak gaharu kayu yang difermentasi dan yang tidak difermentasi. Hasil menunjukkan perbedaan, tiga senyawa aroma yaitu 11S-''himachala''-3(12), 4-''diene'', ''agarospirol'' dan ''i''-''propyl'' 12-''methyltetradecanoate'' terbentuk selama fermentasi.
Dalam penelitian lain, Sen dan lainnya (2017) melakukan studi omics komprehensif terkait gaharu dari spesies ''A. malaccensis'' dan interaksinya dengan fungi penginfeksi, ''Fusarium'' sp. Dari studi metabolomik menggunakan GC-MS ditemukan 51, 42, dan 54 senyawa unik yang ada di fungi, kalus dan interaksi fungi-gaharu. Dari 54 senyawa yang terkait dengan interaksi, 36 di antaranya merupakan senyawa minyak esensial dan senyawa aroma dari tanaman dan fungi, 11 di antaranya merupakan senyawa wangi dari gaharu. Metabolit yang terdeteksi didominasi oleh alkana dan alkena (17), diikuti oleh ester (12), asam termasuk asam lemak (6), alkohol (4), aldehid dan keton (5), asetat (3), terpen (2) dan senyawa aroma volatil lainnya (5). Gaharu yang berinteraksi dengan ''Fusarium'' mengandung senyawa asam palmitat yang melimpah. Akumulasi senyawa aroma kunci seperti pentatriakontana, 17-pentatriakontena, tetradekana, 2-metil berhubungan dengan biosintesis atau produksi senyawa aroma. Dengan mempelajari prekursor dan jalur biosintesis senyawa aroma seperti terpenoid dan sesquiterpen, dapat diungkap kandungan senyawa yang mungkin muncul di pohon gaharu.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Khan|first=Mojibur|last2=Narayan Chandra Talukdar|last3=Dehingia|first3=Madhusmita|last4=Sen|first4=Supriyo|date=2017-03-14|title=Chemometric analysis reveals links in the formation of fragrant bio-molecules during agarwood (Aquilaria malaccensis) and fungal interactions|url=https://www.nature.com/articles/srep44406|journal=Scientific Reports|language=en|volume=7|pages=44406|doi=10.1038/srep44406|issn=2045-2322|access-date=2019-04-25|archive-date=2022-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220618025945/https://www.nature.com/articles/srep44406|dead-url=no}}</ref><ref name=":2">Sen, S., Dehingia, M., Talukdar, N. C., & Khan, M. (2017). Chemometric analysis reveals links in the formation of fragrant bio-molecules during agarwood (Aquilaria malaccensis) and fungal interactions. ''Scientific reports'', ''7'', 44406.</ref>
Terkait dengan penelitian Sen dan lainnya (2015), profiling metabolit aroma pada gaharu dapat menunjukkan kualitas gaharu (atau produk akhir gaharu). Semakin kaya akan senyawa aroma, semakin berkualitas produk gaharu tersebut. Berdasarkan penelitian Sen dan lainnya (2017), terdeteksi senyawa yang berasosiasi dengan interaksi gaharu-fungi. Infeksi fungi merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan produksi resin oleh gaharu. Gaharu sehat tidak menghasilkan resin sehingga kayunya kurang bernilai. Dengan mendeteksi terdapat atau tidaknya serta kelimpahan senyawa yang terkait dengan interaksi gaharu-fungi serta senyawa-senyawa prekursor, dapat ditentukan kualitas gaharu yang cocok untuk diekstrak menjadi minyak esensial. Semakin melimpah senyawa aroma, senyawa prekursor aroma, atau senyawa yang menggambarkan asosiasi gaharu-fungi penginfeksi, potensi nilai jual gaharu untuk dijadikan wewangian semakin meningkat. Selain itu, diperlukan kajian metabolomik lebih lanjut untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang belum pernah terdeteksi supaya penentuan kualitas gaharu
Analisis ''grade'' gaharu telah dilakukan oleh Ismail dan lainnya menggunakan pendekatan metabolomik berbasis NMR (''Nuclear Magnetic Resonance'') serta model PLS-DA (''partial least squares-discriminant analysis'') dan ''random forests classification''. Analisis ''grade'' ini didasarkan pada konstituen kimia sampel kayu. Gaharu 'kelas tinggi' ditandai dengan tingginya kandungan senyawa kusunol, jinkohol, dan 10-epi-γ-eudesmol; 'kelas menengah' gaharu didominasi dengan asam lemak dan asam vanili; serta 'kelas rendah' gaharu memiliki kandungan turunan aquilarone dan phenylethyl chromones yang lebih tinggi.<ref>Ismail, S., Maulidiani, M., Akhtar, M., Abas, F., Ismail, I., Khatib, A., ... & Shaari, K. (2017). Discriminative analysis of different grades of gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) via 1H-NMR-based metabolomics using PLS-DA and random forests classification models. ''Molecules'', ''22''(10), 1612.</ref>
Baris 194 ⟶ 193:
[[Kategori:Kayu]]
[[Kategori:
[[Kategori:Aquilaria]]
|