Gaharu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
paragraf ngiiklan. Referensinya juga skripsi mahasiswa
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(16 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
'''Gaharu''' adalah [[kayu]] berwarna kehitaman dan mengandung [[resin]] khas yang dihasilkan oleh sejumlah [[spesies]] pohon dari marga/[[genus]] ''[[Aquilaria]]'', terutama ''[[Aquilaria malaccensis|A. malaccensis]]''. Resin ini digunakan dalam [[industri]] wangi-wangian ([[parfum]] dan [[setanggi]]) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditas perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke [[India]], [[Persia]], [[Jazirah Arab]], serta [[Afrika]] Timur.
 
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997),<ref name="Ng1">{{en}}Ng, L.T., Chang Y.S. and Kadir, A.A. (1997) "A review on agar (gaharu) producing Aquilaria species" ''Journal of Tropical Forest Products'' 2(2): pp.&nbsp;272-285.</ref> diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan [[resin]] gaharu apabila terinfeksi oleh [[kapang]] gaharu:
{{col|2}}
* ''[[Aquilaria apiculina]]'', asal [[Filipina]]
Baris 9:
* ''[[Aquilaria beccarain]]'', asal [[Indonesia]]
* ''[[Aquilaria brachyantha]]'', asal [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria crassna]]'' asal [[Malaysia]], [[Thailand]], dan [[Kamboja]]
* ''[[Aquilaria cumingiana]]'', asal [[Indonesia]] dan [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria filaria]]'', asal [[Tiongkok]]
* ''[[Aquilaria grandiflora]]'', asal [[Tiongkok]]
* ''[[Aquilaria hilata]]'', asal [[Indonesia]] dan [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria khasiana]]'', asal [[India]]
* ''[[Aquilaria malaccensis]]'', asal [[Malaysia]], [[Thailand]], dan [[India]]
* ''[[Aquilaria microcarpa]]'', asal [[Indonesia]], [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria rostrata]]'', asal [[Malaysia]]
* ''[[Aquilaria sinensis]]'', asal [[Tiongkok]]
* ''[[Aquilaria subintegra]]'', asal [[Thailand]]
{{end-col}}Spesies-spesies gaharu di atas akan menghasilkan resin wangi berwarna hitam apabila terinfeksi oleh jamur ''Fusarium'', ''Pythium, Trichoderma, Popullaria.''
 
== Proses pembentukan ==
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sebagai responrespons dari [[mikrob]] yang masuk ke dalam jaringan yang terluka.<ref name="k">{{cite news
|first = Trubus
|last =
Baris 45:
| id =
| url = http://www.springerlink.com/content/p62u3p24078v7522/fulltext.pdf?page=1
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Senyawa [[fitoaleksin]] tersebut dapat berupa resin berwarna coklatcokelat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh [[xilem]] dan [[floem]] untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain.<ref name="b"/> Namun, apabila mikrob yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit [[batang]] menjadi lunak, [[tajuk tanaman]] menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman.<ref name="a"/> Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa [[guia dienal]], [[selina-dienone]], dan [[selina dienol]].<ref name="a">{{cite journal
| author = Hartal dan Guswarni Anwar
| year =
Baris 61:
| archive-url = https://web.archive.org/web/20101214091610/http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus2/464.pdf
| dead-url = yes
}}</ref> Untuk kepentingan komersial, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan [[inokulum]] [[cendawan]] ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki [[mikrob]] spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh [[cendawan]] yang dapat digunakan sebagai [[inokulum]] adalah ''[[Acremonium]]'' sp., ''[[Cylindrocarpon]]'' sp., ''[[Fusarium nivale]]'', ''[[Fusarium solani]]'', ''[[Fusarium]] fusariodes'', ''[[Fusarium roseum]]'', ''[[Fusarium lateritium]]'' dan ''[[Chepalosporium]]'' sp.
 
== Nilai ekonomi ==
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman [[famili (biologi)|famili]] ''[[Themeleaceae]]'' dengan jenis ''[[Aquilaria]]'' spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai [[gaharu beringin]].<ref name="f"/> Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai [[gaharu buaya]].<ref name="f"/> Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan [[resin]] dalam jaringan kayunya.<ref name="f"/> SemakinMakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakinmakin mahal dan begitu pula sebaliknya.<ref name="f">{{cite journal
| author = Rawana dan Agus Prijono
| year = 2009
Baris 73:
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.alamtropika.com/media.php?module=detailartikel&lang=id&id=28
| format =
| accessdate =
}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu [[gubal]], [[kemedangan]], dan [[abu]].<ref name="d"/> Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatankecokelatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat.<ref name="d"/> Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan [[damar]] wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatankecokelatan sampai abu-abu, memiliki [[serat]] kasar, dan kayu lunak.<ref name="d"/> Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan [[serbuk kayu]] hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.<ref name="d">{{cite news
}}
</ref> Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu [[gubal]], [[kemedangan]], dan [[abu]].<ref name="d"/> Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat.<ref name="d"/> Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan [[damar]] wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki [[serat]] kasar, dan kayu lunak.<ref name="d"/> Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan [[serbuk kayu]] hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.<ref name="d">{{cite news
|first = Trubus
|last =
Baris 93 ⟶ 92:
 
== Agronomi dan pertumbuhannya di Indonesia ==
''Aquilaria'' sp. dapat tumbuh baik pada ketinggian 300-750300–750 mdpl, suhu antara 20-3320–33&nbsp;°C, kelembapan berkisar 77-8577–85%, intensitas cahaya antara 56-7556–75%, serta keadaakeadaan tanah subur, sarang, dan drainase baik. Kuantitas pertumbuhan gaharu di suatu posisi geografis tanam juga dipengaruhi oleh faktor tanah. Misalnya, untuk spesies yang sama dan tumbuh di kondisi lingkungan sama, yaitu ''A. crassna'' dan ''A. microcarpa'' yang tumbuh di Hutan Penelitian Dramaga dan Kampung Tugu Sukabumi tumbuh lebih baik dibandingkan yang tumbuh di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Carita  disebabkan tanah di KHDTK telah mengalami pelapukan lanjut.<ref>Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. ''Buku Seri Iptek V Kehutanan.'' ''Topik 3 Gaharu.'' Dipetik dari <nowiki>http://www.forda-mof.org/files/seri_iptek_5-topik_3-revisi.pdf</nowiki></ref>
 
Penanaman gaharu meliputi pengadaan benih, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, penularan (infeksi, pembentukan gaharu), serta panen dan produksi. DilakuaknDilakukan penaburan biji untuk memperoleh bibit. Benih yang bagus berukuran 3–5&nbsp;cm. Bibit yang mulai ditanam setidaknya memiliki 4-54–5 helai daun. Penanaman dilakukan pada kondisi tanah dan lingkungan yang sesuai dengan kondisi tanam. Jarak tanam gaharu yang bagus adalah 3 x× 3 m. Selama petumbuhanpertumbuhan, dilakukan pemeliharaan dengan penyiangan rumput, penyiangan, pemupukan, serta pemberantasan hama. Infeksi fungi dilakukan pada gaharu untuk menghasilkan resin. Infeksi dilakukan pada gaharu yang berumur 6 tahun. Gaharu dapat dipanen ketika produksi resin sudah optimal, minimum 1 tahun setelah infeksi.<ref>Surata dan Widnyana. (2001). ''Teknik Budidaya Gaharu''. Kupang: Balai Penelitian Kehutanan .</ref>
 
Selain di Jawa, gaharu tumbuh banyak di Kalimantan, SumateraSumatra, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya. Mempertimbangkan terdapat banyaknya daerah yang ditemukan gaharu, peluang dan potensi pengolahan gaharu di tiap daerah sangat besar.
 
== Konservasi ==
Pada tahun 1994, konvensi [[CITES]] (Convention on International Trade in Endangered Species) di [[Amerika Serikat]] menetapkan bahwa pohon gaharu spesies ''[[A. malaccensis]]'' masuk ke dalam [[Appendix II]], yaitu tanaman yang dibatasi perdangannyaperdagangannya.<ref name="u">{{en}} {{cite journal|author=James Compton, Akiko Ishihara|year=|title=The Use and Trade of Agarwood in Japan|url=http://www.cites.org/common/com/PC/15/X-PC15-06-Inf.pdf|pages=1-21|doi=|id=|month=|journal=|access-date=2010-04-26|archive-date=2010-06-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20100620045639/http://cites.org/common/com/PC/15/X-PC15-06-Inf.pdf|dead-url=yes}}</ref> Penetapan tersebut dikarenakandisebabkan populasi tanaman penghasil gaharu semakinmakin menyusut di alam yang disebabkan para pengusaha gaharu tidak dapat mengenali dengan tepat mana tanaman yang sudah mengandung gaharu dan siap dipanen.<ref name="v">{{cite news|first=Trubus|last=|coauthors=D Adijaya S, Nesia A, Yajri F, Karjono, Duryatmo S.|url=|title=Gaharu: Harta di kebun|work=|publisher=PT Trubus Swadaya|pages=10-17|date=Januari 2009}}
</ref> Untuk mencari pohon penghasil gaharu, para pengusaha menebang puluhan pohon yang salah (tidak menghasilkan gaharu) sehingga jumlah pohon tersebut sangat berkurang.<ref name="v" /> Pada tahun 2004, Indonesia mengajukan agar semua penghasil gaharu alam yaitu [[genus]] ''[[Aquilaria]]'' dan ''[[Gyrinops]]'' dimasukkan ke dalam daftar [[Appendix 2]] untuk membatasi perdagangannya sehingga perdagangan gaharu harus memiliki izin dari [[CITES]] dan dalam kuota tertentu.<ref>{{en}}TRAFFIC Southeast Asia (Eds). 2007. Proceedings of the Experts Group Meeting on Agarwood: Capacity-building Workshop for Improving Implementation and Enforcement of the CITES listing of Aquilaria malaccensis and other Agarwood-producing species. Kuala Lumpur. 14-17 November 2006.</ref> Hal ini dilakukan untuk memastikan [[spesies]] pohon gaharu alam dapat berkembang dan tersebar dengan baik.<ref name="v" />
 
== Produk gaharu dan baku mutu produk ==
Produk utama dari gaharu adalah kayu yang telah ditebang dalam bentuk potongan besar, potongan kecil, serta bubuk gaharu. Potongan-potongan ini siap digunakan untuk dibakar. Potongan-potongan kayu gaharu memiliki perbedaan yang didasarkan pada beberapa karakter.
 
Setiap negara memiliki standardstandar baku mutu tersendiri untuk gaharu. Malaysia mengklasifikasikan gaharu menjadi ''grade'' super king, triple super, double super, super, A (A1-A10A1–A10), AB, B (B1-B10B1–B10), C, dan D berdasarkan resin yang ada di permukaan, warna resin, dan bentuk kayu. Sementara berdasarkan kandungan resinnya diklasifikasikan menjadi ''grade'' A (≥ 30% resin), B (20-29.20–29,99% resin), C (9-19.9–19,99% resin), dan D (< 9% resin). Di ChinaCina, berdasarkan persentase penutupan resin gaharu diklasifikasikan menjadi ''grade'' 1 (100%), 2 (>70%), 3 (>50%), dan 4 (>20%). Di Papua Nugini, gaharu diklasifikasikan menjadi ''grade'' A, B, C, D, dan E (A merupakan gaharu dengan kualitas terbaik). Di Vietnam, ada gaharu dengan kualitas Kỳ nam, Trầm,  Tốc (Kỳ nam merupakan gaharu dengan kualitas terbaik).<ref name=":0">Mohamed, R., & Lee, S. Y. (2016). Keeping up appearances: Agarwood grades and quality. In ''Agarwood'' (pp. 149-167). Springer, Singapore.</ref>
 
StandardStandar Nasional Indonesia (SNI) menerapkan rancangan baku mutu gaharu berdasarkan warna, berat, dan aroma. Gaharu dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan, antara lain gubal gaharu, kemendangan, dan sebukserbuk gaharu. Oleh karena rancangan tersebut terlalu subjektif, peneliti Puslitbang Hasil Hutan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) membuat rancangan baku mutu yang lebih objektif. Berdasarkan SNI 7631:2011, ada beberapa parameter kuantitatif untuk menilai baku mutu gaharu, yaitu kadar air, kadar resin, dan komponen kimia. Kadar air keseimbangan (KAK) kayu di Indonesia berkisar antara 10-1910–19%; kadar resin yang semakinmakin tinggi semakinmakin meningkatkan kualitas; serta kaya komponen kimia yang penyebabkanmenyebabkan aroma wangi seperti sesquiterpen dan turunan khromon.<ref>Priyo. (2015). ''Rancangan Standar Mutu Gaharu.'' Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dipetik dari <nowiki>http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/2185</nowiki> pada 29 April 2019.</ref> Rancangan revisi mutu gaharu ditampilkan pada tabel berikut:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
Baris 128 ⟶ 127:
|2
|Sabah
|CoklatCokelat kehitaman
|Melayang
|Wangi
Baris 136 ⟶ 135:
|3
|Tanggung
|CoklatCokelat bergaris hitam
|Terapung
|Wangi
Baris 144 ⟶ 143:
|4
|Kemendangan
|Putih kecoklatankecokelatan
|Terapung
|Agak wangi
Baris 150 ⟶ 149:
|Memiliki 1 senyawa sesquiterpen
|}
Berdasarkan bentuknya, gaharu di Indonesia diklasifikasikan menjadi tipe Gubal, KemendangKemendangan, dan bubuk gaharu. Gubal memiliki kadar resin yang tinggi, berwarna hitam atau coklatcokelat kehitaman, memiliki aroma kuat. KemendangKemendangan mengandung lebih sedikit resin, berwarna abu-abu atau coklatcokelat, serta serat yang kasar. Bubuk gaharu merupakan gaharu dalam bentuk bubuk yang diproses dari lempengan kayu.<ref name=":0" />
 
Produk sekunder dari gaharu bermacam-macam. Di Timur Tengah mauapunmaupun di Asia Timur gaharu digunakan sebagai dupa dalam acara ritual (dari produk utama, kayu). Di negara dengan penduduk mayoritas Islam, seperti Arab dan Indonesia, gaharu banyak dimanfaatkan untuk kecantikan, seperti parfum, aroma terapi, peralatan mandi, dan lainnya. Di Jepang dan ChinaCina, gaharu dimanfaatkan untuk kesehatan dan obat tradisional. Selain itu gaharu dimanfaatkan sebagai bahan baku gelang atau patung bagi pemeluk Hindu dan Budha.{{cn}}
 
Di pasar Indonesia, tipe Gubalgubal dibagi lagi menjadi ''grade'' ''douple super'', supar A, super B, super ''middle'' A; Kemendangan dibgaidibagi lagi menjadi ''grade'' Sabah, Kemendang A, Tanggung C, Kemendangan hijau, Kemenganan putih; serta bubuk gaharu dibagi menjadi bubuk Gubalgubal dan bubuk Kemendangankemendangan.<ref name=":0" />
 
Sama dengan produk utama, standardstandar baku mutu gaharu untuk produk sekunder di tiap negara pun berbeda. Berdasarkan produk akhir, gaharu di Malaysia diklasifikasikan menjadi kategori aroma, blok, klasik, debu, kayu yang dapat diekstrak, dan wewangian. Lempengan kayu atau blok-blok yang mengandung wewangian untuk dibakar secraasecara langsung dikategorikan dalam aroma dari ''grade'' super, A, dan B. Kategori blok adalah produk akhir berupa patung, manik-manik, dan gelang. Kategori klasik dari ''grade'' klasik merupakan gaharu dengan produk akhir blok-blok kayu sebagai produk estetika. Kategori debu (''dust'') ada gaharu dengan produk akhir debu dan debris sisa ekstraksi minyak yang masih memiliki aroma harum. Kategori kayu yang dapat diekstrak dari ''grade'' C merupakan gaharu dengan produk akhir blok-blok kayu berbagai ukuran, rendah kandungan aroma, serta cocok untuk distilasi minyak. Kategori wewangian dari ''grade'' A1, A, dan B merupakan gaharu dengan ciri produk akhir resin menutup sebagian sisi kayu, serta memiliki kadar aroma yang rendah hingga sedang.<ref name=":0" />
 
Untuk produk berupa minyak esens, ada beberapa klasifikasi yang diterapkan di pasar Vietnam dan Papua Nugini. Secara umum, minyak esens gaharu diklasifikasikan menjadi ''grade'' A+ (kemurnian minyak 100%), A (kemurnian minyak 95-9995–99%), dan B (kemurnian minyak <95%).<ref name=":0" />
 
== Pengolahan minyak gaharu ==
Sebelum dijadikan bahan baku [[parfum]], gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan [[minyak]] dan [[senyawa aromatik]] yang terkandung di dalamnya.<ref name="minyak">{{en}} {{cite news
|first = MOHD FAUZI BIN RAMLAN
|last =
Baris 175 ⟶ 174:
|accessdate =
|quote =
}}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}Page.7-9</ref> Sebagian kayu gaharu dapat dijual ke ahli [[penyulingan minyak]] yang biasanya menggunakan teknik [[distilasi uap]] atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut.<ref name="minyak"/> Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan [[distilasi]] [[air]], kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah.<ref name="minyak"/> Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan [[distilasi uap]].<ref name="minyak"/> [[Tenaga uap]] yang menyebabkan [[sel tanaman]] dapat terbuka dan minyak dan senyawa aromatik untuk [[parfum]] dapat keluar.<ref name="minyak"/> Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya ter[[kondensasi]] kembali menjadi cairan.<ref name="minyak"/> Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah.<ref name="minyak"/> Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan superkritikal CO<sub>2</sub>, yaitu CO<sub>2</sub> cair yang terbentuk karena tekanan tinggi.<ref name="minyak"/> CO<sub>2</sub> cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk [[ekstraksi]] minyak gaharu.<ref name="minyak"/> Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat [[residu]] yang tersisa, CO<sub>2</sub> dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk [[gas]] pada suhu dan tekanan normal.<ref name="minyak"/>
 
== Metabolit ==
Baris 182 ⟶ 181:
Sen dan lainnya (2017) melakukan profiling metabolit gaharu yang ada di India menggunakan GC-MS dari sampel minyak gaharu kayu yang difermentasi dan yang tidak difermentasi. Hasil menunjukkan perbedaan, tiga senyawa aroma yaitu 11S-''himachala''-3(12), 4-''diene'', ''agarospirol'' dan ''i''-''propyl'' 12-''methyltetradecanoate'' terbentuk selama fermentasi.
 
Dalam penelitian lain, Sen dan lainnya (2017) melakukan studi omics komprehensif terkait gaharu dari spesies ''A. malaccensis'' dan interaksinya dengan fungi penginfeksi, ''Fusarium'' sp. Dari studi metabolomik menggunakan GC-MS ditemukan 51, 42, dan 54 senyawa unik yang ada di fungi, kalus dan interaksi fungi-gaharu. Dari 54 senyawa yang terkait dengan interaksi, 36 di antaranya merupakan senyawa minyak esensial dan senyawa aroma dari tanaman dan fungi, 11 di antaranya merupakan senyawa wangi dari gaharu. Metabolit yang terdeteksi didominasi oleh alkana dan alkena (17), diikuti oleh ester (12), asam termasuk asam lemak (6), alkohol (4), aldehid dan keton (5), asetat (3), terpen (2) dan senyawa aroma volatil lainnya (5). Gaharu yang berinteraksi dengan ''Fusarium'' mengandung senyawa asam palmitat yang melimpah. Akumulasi senyawa aroma kunci seperti pentatriakontana, 17-pentatriakontena, tetradekana, 2-metil berhubungan dengan biosintesis atau produksi senyawa aroma. Dengan mempelajari prekursor dan jalur biosintesis senyawa aroma seperti terpenoid dan sesquiterpen, dapat diungkap kandungan senyawa yang mungkin muncul di pohon gaharu.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Khan|first=Mojibur|last2=Narayan Chandra Talukdar|last3=Dehingia|first3=Madhusmita|last4=Sen|first4=Supriyo|date=2017-03-14|title=Chemometric analysis reveals links in the formation of fragrant bio-molecules during agarwood (Aquilaria malaccensis) and fungal interactions|url=https://www.nature.com/articles/srep44406|journal=Scientific Reports|language=en|volume=7|pages=44406|doi=10.1038/srep44406|issn=2045-2322|access-date=2019-04-25|archive-date=2022-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220618025945/https://www.nature.com/articles/srep44406|dead-url=no}}</ref><ref name=":2">Sen, S., Dehingia, M., Talukdar, N. C., & Khan, M. (2017). Chemometric analysis reveals links in the formation of fragrant bio-molecules during agarwood (Aquilaria malaccensis) and fungal interactions. ''Scientific reports'', ''7'', 44406.</ref>
 
Terkait dengan penelitian Sen dan lainnya (2015), profiling metabolit aroma pada gaharu dapat menunjukkan kualitas gaharu (atau produk akhir gaharu). Semakin kaya akan senyawa aroma, semakin berkualitas produk gaharu tersebut. Berdasarkan penelitian Sen dan lainnya (2017), terdeteksi senyawa yang berasosiasi dengan interaksi gaharu-fungi. Infeksi fungi merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan produksi resin oleh gaharu. Gaharu sehat tidak menghasilkan resin sehingga kayunya kurang bernilai. Dengan mendeteksi terdapat atau tidaknya serta kelimpahan senyawa yang terkait dengan interaksi gaharu-fungi serta senyawa-senyawa prekursor, dapat ditentukan kualitas gaharu yang cocok untuk diekstrak menjadi minyak esensial. Semakin melimpah senyawa aroma, senyawa prekursor aroma, atau senyawa yang menggambarkan asosiasi gaharu-fungi penginfeksi, potensi nilai jual gaharu untuk dijadikan wewangian semakin meningkat. Selain itu, diperlukan kajian metabolomik lebih lanjut untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang belum pernah terdeteksi supaya penentuan kualitas gaharu   melalui metabolomik lebih komprehensif.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
Analisis ''grade'' gaharu telah dilakukan oleh Ismail dan lainnya menggunakan pendekatan metabolomik berbasis NMR (''Nuclear Magnetic Resonance'') serta model PLS-DA (''partial least squares-discriminant analysis'') dan ''random forests classification''. Analisis ''grade'' ini didasarkan pada konstituen kimia sampel kayu. Gaharu 'kelas tinggi' ditandai dengan tingginya kandungan senyawa kusunol, jinkohol, dan 10-epi-γ-eudesmol; 'kelas menengah' gaharu didominasi dengan asam lemak dan asam vanili; serta 'kelas rendah' gaharu memiliki kandungan turunan aquilarone dan phenylethyl chromones yang lebih tinggi.<ref>Ismail, S., Maulidiani, M., Akhtar, M., Abas, F., Ismail, I., Khatib, A., ... & Shaari, K. (2017). Discriminative analysis of different grades of gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) via 1H-NMR-based metabolomics using PLS-DA and random forests classification models. ''Molecules'', ''22''(10), 1612.</ref>
Baris 194 ⟶ 193:
 
[[Kategori:Kayu]]
[[Kategori:KomoditiBahan perdagangandupa]]
[[Kategori:Aquilaria]]