Sumatra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Etimologi: menambah sumber
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 26:
|timezone=[[Waktu Indonesia Barat]] ([[UTC+07:00]])
}}
'''Sumatra''' (bentuk tidak baku: '''Sumatera'''){{efn|Dalam ''[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]]'' telah disebutkan bahwa {{lang|id|'''Sumatra'''}} adalah ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia;<ref>{{cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/{{urlencode:Sumatra|WIKI}}|title=Arti kata Sumatra|website=[[KBBI Daring]]|department=[[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]], [[Kemendikbud]]|access-date=24 Juni 2024}}</ref> Namun, secara populer dieja dalam bahasa Indonesia yang tidak baku sebagai {{lang|id|''Sumatera''}}.}} adalah [[pulau]] [[Daftar pulau menurut luas wilayah|keenam terbesar di dunia]] yang terletak di [[Indonesia]], dengan luas 473.481&nbsp;km². Penduduk yang tinggal di pulau ini sekitar 57.940.351 jiwa (sensus 2018)<ref name='makalahislam'>https://www.britannica.com/list/the-largest-islands-in-the-world</ref>. Pulau ini dikenal pula dengan namaberagam lainnama yaitu ''Pulau Percha'', ''Andalas'', Bumi Melayu atau ''Suwarnadwipa'' ([[bahasa Sanskerta]], berarti "pulau emas"). Kemudian pada [[Prasasti Padang Roco]] tahun 1286 dipahatkan ''swarnnabhūmi'' ([[bahasa Sanskerta]], berarti "tanah emas") dan ''bhūmi mālayu'' ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah [[Negarakertagama]] dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
 
== Etimologi dan nama lain ==
AsalMenurut [[Hamka]], asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan Kerajaankata ''Samudra'' yang merujuk pada [[Kesultanan SamudraSamudera Pasai|Samudra]] (terletak di pesisir timur [[Aceh]]). DiawaliPernyataan denganini kunjungandidukung oleh catatan [[Ibnu Batutah]], petualang asal [[Maroko]] ke negeri tersebut pada tahun [[1345]], diayang melafalkan kata ''Samudra'' menjadi ''Shumathra'', karena ketidakmampuannya dalam membaca huruf dalam [[Bahasa Sanskerta|Bahasa Sansekerta]]<ref name=":0">{{Cite book|last=Hamka (|date=1950) ''[|url=https://ia803101.us.archive.org/17/items/hamkasedjarahislamdisumaterazlib.org1/%5BHamka%5D_Sedjarah_Islam_di_Sumatera%28z-lib.org%29%20%281%29.pdf |title=Sedjarah Islam di Sumatera|location=Medan|publisher=Pustaka Nasional|pages=7|language=id|url-status=live}}</ref> Akan tetapi, [[Nicolaas Johannes Krom]] menyatakan bahwa kata Sumatera berasal dari kata ''Sumatrabhumi'' Medanyang :merupakan Pustakavariasi Nasionaldari ''[[Suvarnabhumi|Suwarnabhumi]].'' halPenggunaan 7</ref>kata danini kemudianmengalami menjadibeberapa variasi kata seperti ''SumatraSiometra'', selanjutnya''Sumutra'', nama''Samudra, iniSamatra, Sciamuthera'' yang tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan orang Eropa seperti [[Imperium Portugal|Portugis]], untuk dirujuk pada pulau ini, sehinggadan kemudian dikenal meluas sampai sekarang[[Venesia]].<ref name=":1">Nicholaas Johannes{{Cite journal|last=Krom,|first=N. ''J.|date=1941|title=De Naam Sumatra'',|url=https://www.jstor.org/stable/20770508|journal=Bijdragen BKI,tot 100de Taal-, 1941.Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|volume=100|pages=5–25|issn=1383-5408}}</ref>
 
DalamIstilah berbagai''Suwarnabhumi'' muncul pada [[prasasti]], Sumatradi disebutIndia, dalamseperti [[bahasaPrasasti SanskertaNalanda]] dengandi istilah: ''Suwarnadwipa''India ("pulau860 emas"M) ataudan ''[[Suvarnabhumi|SuwarnabhumiPrasasti Tanjore]]'' ("tanah1030 emas"M) yang ditulis dalam [[bahasa Sanskerta]] yangmenceritakan perjalanan utusan [[Kerajaan Chola]] ke Sumatra.<ref name=":2" /> Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah [[Buddha]] yang termasuk paling tua, Kitab [[Jataka]], menceritakan pelaut-pelaut [[India]] menyeberangi [[Teluk Benggala]] ke Suwarnabhumi. Dalam cerita [[Ramayana]] dikisahkan pencarian Dewi [[Sinta]], istri Rama yang diculik [[Rahwana]], sampai ke Suwarnadwipa.
Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah ''Pulau Ameh'' ([[bahasa Minangkabau]], berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita [[Cindua Mato]] dari [[Minangkabau]]. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang musafir dari [[Tiongkok]] yang bernama [[I-tsing]] (634-713) yang bertahun-tahun menetap di [[Sriwijaya]] (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatra dengan nama ''chin-chou'' yang berarti "negeri emas". Emas menjadi daya tarik para pendatang di pulau Sumatra.<ref>{{cite web|url=https://historia.id/kuno/articles/pulau-emas-di-barat-nusantara-6k4rr|title=Pulau Emas di Barat Nusantara|first=Risa|last=Herdahita Putri|website=historia.id|date=13 Mei 2018|accessdate=20 Juni 2023}}</ref>.
 
Selain prasasti India, prasasti di Indonesia juga memuat nama ini seperti pada [[Prasasti Amoghapasa]] yang ditulis pada tahun 1286 M yang mencatat Suvarṇabhūmi sebagai Sumatra dan Bhūmijāva sebagai [[Jawa]].<ref>{{Cite journal|last=Revire|first=Nicolas|date=2018|title=Facts and Fiction: The Myth of Suvaṇṇabhūmi Through the Thai and Burmese Looking Glass|url=https://www.cambridge.org/core/journals/trans-trans-regional-and-national-studies-of-southeast-asia/article/abs/facts-and-fiction-the-myth-of-suvannabhumi-through-the-thai-and-burmese-looking-glass/9D601B5088B2E11C3C40C55B97CDE7E0|journal=TRaNS: Trans-Regional and -National Studies of Southeast Asia|language=en|volume=6|issue=2|pages=167–205|doi=10.1017/trn.2018.8|issn=2051-364X}}</ref>Pada [[Prasasti Kuburajo]], [[Adityawarman]] menyebut dirinya sebagai ''kanakamedinindra'' atau raja tanah emas.<ref>{{Cite web|last=|date=2016-09-10|title=Prasasti Tinggalan Adityawarman, Kubu Rajo atau Kubur Rajo?|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/prasasti-tinggalan-adityawarman-kubu-rajo-atau-kubur-rajo/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat|language=en-US|access-date=2024-07-03}}</ref> Hal ini beriringan dengan pemindahan ibukota kerajaanya ke [[Sumatera Barat]] pada abad 14 yang saat itu dikenal memiliki [[Dataran Tinggi Minangkabau|dataran tinggi minangkabau]] yang kaya akan emas.<ref>{{Cite journal|last=Bennett|first=Anna T. N.|date=2009|title=Gold in early Southeast Asia|url=https://journals.openedition.org/archeosciences/2072|journal=ArcheoSciences. Revue d'archéométrie|language=en|issue=33|pages=99–107|doi=10.4000/archeosciences.2072|issn=1960-1360}}</ref>Dalam cerita rakyat Minangkabau seperti pada cerita [[Kaba Cindua Mato]] dengan istilah pulau emas dikenal dengan nama ''Pulau Ameh'' dalam [[Bahasa Minangkabau]].<ref>{{Cite book|last=Fitria|first=Putri|date=2023|url=https://books.google.co.id/books?id=a42tEAAAQBAJ&pg=PA200&dq=Cindua+Mato+Pulau+Ameh&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj0rJuog4qHAxVG4zgGHftlDm4Q6AF6BAgMEAI|title=Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia|publisher=Nuansa Cendekia|isbn=978-602-350-207-3|pages=200|language=id|url-status=live}}</ref>
Dalam berbagai [[prasasti]], Sumatra disebut dalam [[bahasa Sanskerta]] dengan istilah: ''Suwarnadwipa'' ("pulau emas") atau ''[[Suvarnabhumi|Suwarnabhumi]]'' ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah [[Buddha]] yang termasuk paling tua, Kitab [[Jataka]], menceritakan pelaut-pelaut [[India]] menyeberangi [[Teluk Benggala]] ke Suwarnabhumi. Dalam cerita [[Ramayana]] dikisahkan pencarian Dewi [[Sinta]], istri Rama yang diculik [[Rahwana]], sampai ke Suwarnadwipa.
 
Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah ''Pulau Ameh'' ([[bahasa Minangkabau]], berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita [[Cindua Mato]] dari [[Minangkabau]]. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang musafir dari [[Tiongkok]] yang bernama [[I-tsing]] (634-713) yang bertahun-tahun menetap di [[Sriwijaya]] (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatra dengan nama ''chin-chou'' yang berarti "negeri emas". Emas menjadi daya tarik para pendatang di pulau Sumatra.<ref name=":2">{{cite web|url=https://historia.id/kuno/articles/pulau-emas-di-barat-nusantara-6k4rr|title=Pulau Emas di Barat Nusantara|first=Risa|last=Herdahita Putri|website=historia.id|date=13 Mei 2018|accessdate=20 Juni 2023}}</ref>.
 
Para musafir Arab menyebut Sumatra dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi [[Persia]] yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan [[Srilangka]], yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
Baris 44 ⟶ 46:
 
Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri [[Ophir]] itu terletak di Sumatra (Gunung Ophir di [[Kabupaten Pasaman Barat|Pasaman Barat]], [[Sumatera Barat]] yang sekarang bernama [[Gunung Talamau]]?). Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis ''Geographike Hyphegesis'' berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatra dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi Sulaiman a.s.
 
 
Kemudian pada [[Prasasti Padang Roco]] tahun 1286 dipahatkan ''swarnnabhūmi'' ([[bahasa Sanskerta]], berarti "tanah emas") dan ''bhūmi mālayu'' ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah [[Negarakertagama]] dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
 
=== Samudra menjadi Sumatra ===
Baris 56 ⟶ 61:
== Sejarah ==
 
Kerajaan maritim dan [[komersial]] [[Sriwijaya]] mengalami keruntuhan pada tahun 688 Hijriyah<ref name='sriwijayaempire'/>. Penyebutan Bupati di pergunakan untuk menyebut Raja Sriwijaya yang bernama Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa tertulis dalamdi [[Prasasti Hujung Langit]] Yuwaraja pada [[Abad ke-9]] Masehi, Sriwijaya berkembang di Indonesia<ref name='sriwijayaempire'/>. Kerajaan ini berasal dari [[Sumatera Selatan]] [[Batu Brak]] menguasai Selat [[Malaka]], kekuasaan Kedatuan Sriwijaya berlandaskan International Perdagangan [[Cina]] dan [[India]]<ref name='sriwijayaempire'/>. Para Raja Sriwijaya mendirikan biara-biara di Negapattam tenggara India. [[Chola]] kerajaan India yang pada [[Abad ke-10]] Masehi Sriwijaya berkembang menguasai sebagian besar pulau [[Jawa]]<ref name='sriwijayaempire'/>. Kedatuan Sriwijaya sebagai penghalang Kerajaan Chola India di jalur laut antara [[Asia Selatan]] dan Timur, pada tahun 1025 Kerajaan Chola merebut Kerajaan yang berada di [[Palembang]], menangkap raja dan seluruh anggota keluarganya termasuk pejabat-pejabat kerajaan, pembantu serta membawa hartanya, pada awal [[Abad ke-12]] Masehi Kedatuan Sriwijaya telah direduksi menjadi kerajaan dengan raja terahir seorang laki-laki bernama Ratu Sekerummong yang pada [[Abad ke-13]] M telah ditaklukkan ditumbangkan oleh keturunan dari Ratu Ngegalang Paksi tetesan darah, darah yang menetes dari Sultan Iskandar Zulkarnain<ref name='sriwijayaempire'/> "Sultan yang dipertuan" yakni Ampu Pernong, nyerupa, balunguh, berjalandiwai. Seorang bawahan Kerajaan [[Majapahit]] di Jawa segera mendominasi panggung [[Politik Indonesia]]<ref name='sriwijayaempire'>https://www.britannica.com/place/Srivijaya-empire</ref><ref>http://digilib.ubl.ac.id/index.php?p=show_detail&id=17297&keywords=</ref>, di daerah Jawa ketika konflik internal kerajaan Majapahit, berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik tersebut, hal ini dimanfaatkan oleh keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam di pulau jawa yaitu kerajaan Demak walaupun masih bersipat lokal. Kerajaan '''Haru,''' sebuah kerajaan [[Suku Karo|Karo]] yang pernah berdiri di wilayah pantai timur [[Sumatera Utara]] dan berkuasa pada kurun abad ke-13 sampai abad ke-16 Masehi. Pada masa jayanya kerajaan ini adalah kekuatan bahari yang cukup hebat, dan mampu mengendalikan kawasan bagian utara [[Selat Malaka]].
 
<ref name="Archaeology Highlands of Sumatra-Aru">{{Cite book|date=2009|url=https://books.google.com/books?id=MusYBwAAQBAJ&q=Aru+Kingdom&pg=PA110|title=From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra|location=Newcastle upon Tyne|publisher=Cambridge Scholars Publishing|isbn=978-1-4438-0497-4|editor-last=Bonatz|editor-first=Dominik|editor-last2=Miksic|editor-first2=John|editor2-link=John N. Miksic|editor-last3=Neidel|editor-first3=J. David}}</ref>
Baris 75 ⟶ 80:
|1
|[[Suku Jawa]]
|15.239247.275921
|-
|2
|[[Suku Melayu]] (Riau,Jambi,Palembang,Suku Asaldan Melayu asal Sumatera Lain)
|1210.308719.609172
|-
|3
Baris 87 ⟶ 92:
|4
|[[Suku Minangkabau]]
|5.799812.001489
|-
|5
Baris 143 ⟶ 148:
== Geografis ==
Pulau Sumatra terletak di bagian barat gugusan kepulauan [[Nusantara]]. Di sebelah utara berbatasan dengan [[Laut Andaman]], di timur dengan [[Selat Malaka]], di sebelah selatan dengan [[Selat Sunda]] dan di sebelah barat dengan [[Samudra Hindia]]. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar yang bermuara di sana, antara lain [[Sungai Asahan|Asahan]] ([[Sumatera Utara]]), [[Sungai Siak]] ([[Riau]]), [[Sungai Kampar|Kampar]], [[Sungai Inderagiri|Inderagiri]] ([[Sumatera Barat]], Riau), [[Batang Hari]] (Sumatera Barat, [[Jambi]]), [[Sungai Musi|Musi]], [[Sungai Ogan|Ogan]], [[sungai Lematang|Lematang]], [[Sungai Komer
 
== Etimologi ==
Menurut [[Hamka]], asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan kata ''Samudra'' dari nama [[Kesultanan Samudera Pasai]] yang terletak di pesisir timur [[Aceh]]. Nama ini bersumber dari catatan oleh [[Ibnu Batutah]], petualang asal [[Maroko]] pada tahun [[1345]]. Dia melafalkan kata ''Samudra'' menjadi ''Shumathra'' karena ketidakmampuannya dalam membaca huruf dalam [[Bahasa Sanskerta|Bahasa Sansekerta]]<ref>{{Cite book|last=Hamka|date=1950|url=https://ia803101.us.archive.org/17/items/hamkasedjarahislamdisumaterazlib.org1/%5BHamka%5D_Sedjarah_Islam_di_Sumatera%28z-lib.org%29%20%281%29.pdf|title=Sedjarah Islam di Sumatera|location=Medan|publisher=Pustaka Nasional|pages=7|language=id|url-status=live}}</ref> Akan tetapi, [[Nicolaas Johannes Krom]] menyatakan bahwa kata Sumatera merupakan variasi dari kata ''Sumatrabhumi'' yang merupakan variasi dari ''[[Suvarnabhumi|Suwarnabhumi]].'' Penggunaan kata ini mengalami beberapa variasi kata seperti ''Siometra'', ''Sumutra'' ''Samudra, Samatra, Sciamuthera'' yang tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan orang Eropa seperti orang [[Imperium Portugal|Portugis]] dan orang [[Venesia]].<ref>{{Cite journal|last=Krom|first=N. J.|date=1941|title=De Naam Sumatra|url=https://www.jstor.org/stable/20770508|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|volume=100|pages=5–25|issn=1383-5408}}</ref>
 
Nama asli Sumatra, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah ''Pulau Ameh'' ([[bahasa Minangkabau]], berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita [[Cindua Mato]] dari [[Minangkabau]]. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatra. Seorang musafir dari [[Tiongkok]] yang bernama [[I-tsing]] (634-713) yang bertahun-tahun menetap di [[Sriwijaya]] (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatra dengan nama ''chin-chou'' yang berarti "negeri emas". Emas menjadi daya tarik para pendatang di pulau Sumatra.<ref>{{cite web|url=https://historia.id/kuno/articles/pulau-emas-di-barat-nusantara-6k4rr|title=Pulau Emas di Barat Nusantara|first=Risa|last=Herdahita Putri|website=historia.id|date=13 Mei 2018|accessdate=20 Juni 2023}}</ref>.
 
Dalam berbagai [[prasasti]], Sumatra disebut dalam [[bahasa Sanskerta]] dengan istilah: ''Suwarnadwipa'' ("pulau emas") atau ''[[Suvarnabhumi|Suwarnabhumi]]'' ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah [[Buddha]] yang termasuk paling tua, Kitab [[Jataka]], menceritakan pelaut-pelaut [[India]] menyeberangi [[Teluk Benggala]] ke Suwarnabhumi. Dalam cerita [[Ramayana]] dikisahkan pencarian Dewi [[Sinta]], istri Rama yang diculik [[Rahwana]], sampai ke Suwarnadwipa.
 
Para musafir Arab menyebut Sumatra dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi [[Persia]] yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan [[Srilangka]], yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
 
Di kalangan bangsa [[Yunani]] purba, Sumatra sudah dikenal dengan nama ''Taprobana''. Nama ''Taprobana Insula'' telah dipakai oleh [[Klaudios Ptolemaios]], ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah [[Asia Tenggara]] dalam karyanya ''Geographike Hyphegesis''. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]] di pantai barat Sumatra, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.
 
Naskah Yunani tahun 70, [[Periplous tes Erythras Thalasses]], mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi [[Nusantara]], terutama Sumatra. Di samping mencari emas, mereka mencari [[kemenyan]] (''Styrax sumatrana'') dan [[kapur barus]] (''Dryobalanops aromatica'') yang saat itu hanya ada di Sumatra. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditas mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah ''Historia Naturalis'' karya Plini abad pertama Masehi.
 
Dalam kitab umat [[Agama Yahudi|Yahudi]], Melakim (Raja-raja), pasal 9, diterangkan bahwa [[Salomo]] raja Israel menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan dia. Emas itu didapatkan dari negeri Ofir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi [[Sulaiman]] berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya”.
 
Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri [[Ophir]] itu terletak di Sumatra (Gunung Ophir di [[Kabupaten Pasaman Barat|Pasaman Barat]], [[Sumatera Barat]] yang sekarang bernama [[Gunung Talamau]]?). Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis ''Geographike Hyphegesis'' berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatra dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi Sulaiman a.s.
 
=== Samudra menjadi Sumatra ===
Kata yang pertama kali menyebutkan nama ''Sumatra'' berasal dari gelar seorang raja [[Sriwijaya]] ''[[Haji Sumatrabhumi]]'' ("Raja tanah Sumatra"),<ref name="MUNOZ 175">{{cite book|last=Munoz|title=Early Kingdoms|pages=175}}</ref> berdasarkan berita China ia mengirimkan utusan ke [[China]] pada tahun [[1017]]. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatra berasal dari nama [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudra]], kerajaan di Aceh pada [[Abad ke-13]] dan [[Abad ke-14]]. Para [[musafir]] Eropa sejak [[Abad ke-15]] menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau [[Kalimantan]] yang disebut ''[[Borneo]]'', dari nama [[Brunei Darussalam|Brunei]], daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula [[pulau Lombok]] tadinya bernama [[Selaparang]], sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut [[Portugis]].
 
Peralihan Samudra (nama kerajaan) menjadi Sumatra (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. [[Odorico da Pordenone]] dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.
 
Pada tahun [[1490]] Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudra Hindia dan di sana tertulis pulau "Samatrah". Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun [[1498]] dan muncullah nama "Camatarra". Peta buatan [[Amerigo Vespucci]] tahun [[1501]] mencantumkan nama "Samatara", sedangkan peta [[Masser]] tahun [[1506]] memunculkan nama "Samatra". [[Ruy d’Araujo]] tahun [[1510]] menyebut pulau itu "Camatra", dan [[Alfonso Albuquerque]] tahun [[1512]] menuliskannya "Camatora". [[Antonio Pigafetta]] tahun [[1521]] memakai nama yang agak ‘benar’: "Somatra". Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: "Samoterra", "Samotra", "Sumotra", bahkan "Zamatra" dan "Zamatora".
 
Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak [[Jan Huygen van Linschoten]] dan Sir [[Francis Drake]] [[Abad ke-16]], selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatra
 
== Sejarah ==
Baris 517 ⟶ 496:
 
== Referensi ==
<references />
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==