Pertempuran Jamal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 111.94.56.251 (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Arcizy (bicara | kontrib)
→‎Pertempuran: Sumber tulisan tidak dapat diakses
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 78:
Zubair, seorang prajurit yang berpengalaman, hengkang tak lama setelah pertempuran dimulai.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|p=170}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|p=118}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|p=140}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref> Madelung dan Veccia Vaglieri berpendapat bahwa sepertinya ada kebimbangan yang serius di dalam hati Zubair tentang keadilan perjuangan Aisyah yang menyebabkan Zubair membelot.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|p=171}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=296}}</ref> Al-Ahnaf bin Qays, seorang pemimpin Bani Sa'd yang tetap berada di pinggir pertempuran, mengetahui tentang membelotnya Zubair.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=170, 171}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=295}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref> Bin Qays kemudian mengirim anak buahnya untuk memburu dan membunuh Zubair, kemungkinan besar karena tindakan tidak terhormat Zubair yang meninggalkan rekan-rekannya sesama Muslim di belakang dalam perang saudara di mana dia ikut bertanggung jawab.<ref name=":63">{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=170, 171}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=296}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref>
 
Ketika berita kematian Zubair sampai kepada Ali, dia berkomentar bahwa Zubair telah acapkali bertempur dengan gagah berani di depan Muhammad tetapi kini dia jatuh ke dalam kebinasaan. Menurut Madelung, kisah populer tentang Ali yang mengutuk para pembunuh Zubair adalah fiksi.<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=170, 171}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|p=296}}</ref>
 
Dengan kematian Thalhah dan Zubair, nasib pertempuran telah tersegel meskipun Aisyah menolak untuk meninggalkan medan perang.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012b}}{{Sfn|Madelung|1997|p=172}}{{Sfn|Bahramian|2015}} Satu per satu, prajurit Aisyah melangkah untuk memimpin pasukan unta, dan satu per satu, mereka terbunuh. Dengan tidak adanya pertempuran lagi yang dapat dipertarungkan, pihak Ali dilaporkan memohon kepada pihak Aisyah untuk menyerah. Pembantaian terhadap anak buah Aisyah berhenti hanya ketika pasukan Ali berhasil membunuh untanya Aisyah dan menangkap Aisyah, yang oleh Muhammad diberi gelar [[Istri-istri Muhammad|Ummul Mukminin]] (Ibu dari orang-orang beriman).<ref>{{Harvtxt|Madelung|1997|pp=172, 173}}. {{Harvtxt|Hazleton|2009|pp=118-121}}. {{Harvtxt|Abbas|2021|p=140}}. {{Harvtxt|Rogerson|2006|pp=296, 297}}. {{Harvtxt|Veccia Vaglieri|2021b}}</ref> Puisi-puisi yang selamat tentang pertempuran tersebut menggambarkan tragedi itu:<ref>{{Harvtxt|Hazleton|2009|p=119}}</ref>