Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Mersamjambi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
(139 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{riset asli}}
{{More citations needed}}
{{bahasa
| name =Bahasa Jawa Banyumasan
| nativename = {{jav|ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱ꧀ꦱꦤ꧀ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀}}<br />Basa''basa Jawa Banyumasan''
| states = [[Indonesia]]
| familycolor=Austronesian
| region = {{tree list}}
| states=[[Keresidenan Banyumas|Eks-Keresidenan Banyumas]] ([[Kabupaten Banyumas]], [[Kabupaten Banjarnegara]], [[Kabupaten Cilacap]], [[Kabupaten Purbalingga]], [[Kabupaten Kebumen]], Bagian Selatan [[Kabupaten Pemalang]])
| region={{flagicon|Indonesia}}* [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
** eks-[[Keresidenan Banyumas]]
| speakers = 4.914.500 jiwa
** [[Kabupaten Wonosobo]]
| date = 2010
** [[Kabupaten Kebumen]] ({{small|bagian barat}})
| ref = <ref>{{Cite web|url=http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=35|title=Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah|website=bps.go.id|publisher=Badan Pusat Statistik|dead-url=yes|archive-url=https://web.archive.org/web/20111031214926/http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=33|archive-date=28 Oktober 2011|access-date=29 Mei 2020}}</ref>
** [[Kabupaten Pemalang]] ({{small|bagian selatan}})
| fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
** [[Kabupaten Pekalongan]] ({{small|bagian selatan}})
| fam3 = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
** [[Kabupaten Batang]] ({{small|bagian selatan, timur dan sebagian tengah}})
| fam4=[[Bahasa jawa|Jawa Kulonan]]
* [[Jawa Barat]]
| iso1= 342 |iso2= 0-342 |sil= map bms
** [[Kabupaten Ciamis]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa">{{Cite web |url=https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|title=Salinan arsip |access-date=2024-05-13 |archive-date=2022-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|dead-url=no }}</ref>
| script =
*** [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]]
* [[Alfabet Latin]]
*** [[Purwadadi, Ciamis|Kecamatan Purwadadi]]
* [[Aksara Jawa]]
** [[Kabupaten Pangandaran]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa">{{Cite web |url=https://jateng.solopos.com/asal-muasal-dialek-ngapak-banyumasan-jadi-bahasa-jawa-tertua-1294180|title=Salinan arsip |access-date=2024-05-13 |archive-date=2022-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://jateng.solopos.com/asal-muasal-dialek-ngapak-banyumasan-jadi-bahasa-jawa-tertua-1294180|dead-url=no }}</ref>
| notice = IPA
*** [[Padaherang, Pangandaran|Kecamatan Padaherang]]
*** [[Kalipucang, Pangandaran|Kecamatan Kalipucang]]
** [[Kota Banjar]]
*** [[Langensari, Banjar|Kecamatan Langensari]]
{{Tree list/end}}
| speakers = 13.940.028
| date = 2023
| ref = <ref>{{Cite web|url=http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=35|title=Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah|website=bps.go.id|publisher=Badan Pusat Statistik|dead-url=yes|archive-url=https://web.archive.org/web/20111031214926/http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=33|archive-date=28 Oktober 2011|access-date=29 Mei 2020}}</ref>
| agency = Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
| familycolor = Austronesia
| fam2 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| fam3 = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
| fam4 = [[Bahasa Jawa|Jawa Pertengahan]]
| fampos = Jawa
| glotto = bany1247
| script = *[[Aksara Jawa|Hanacaraka]]
* [[Abjad Pegon|Pegon (Arab-Jawa)]]
* [[Alfabet Latin|Latin]]
| contoh_teks =
}}
 
'''Bahasa Jawa Banyumasan''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀|basa Jawa Banyumasan}}; dikenal juga sebagai ''bahasa Ngapak'') adalah dialek [[bahasa Jawa]] tertua yang masih dituturkan di [[Jawa Tengah]] bagian barat, lebih tepatnya di dua eks-keresidenan Banyumas dan sebagian eks-keresidenan Kedu.<ref>Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak</ref> Wilayah eks-[[Keresidenan Banyumas]] meliputi [[Banjarnegara]], [[Purbalingga]], [[Banyumas]], dan [[Cilacap]], serta sebagian [[Kebumen]], [[Wonosobo]], [[Pemalang]], [[Pekalongan]] dan [[Batang]] yang notabene bukan termasuk wilayah eks-keresidenan Banyumas.
'''Bahasa Jawa Banyumasan'''<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia|title=Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia|author=Ahmad Tohari, dkk|date=2014|publisher=Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah|location=Semarang|isbn=9786027664630}}</ref> atau '''''Basa Penginyongan''''' adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang dituturkan di [[Keresidenan Banyumas|eks-Keresidenan Banyumas]] [[Jawa Tengah]] dan sekitarnya. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di [[Banten]] utara serta daerah [[Indramayu]] termasuk [[Cirebon]].
 
Bahasa Jawa Banyumasan juga dituturkan hingga ke [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]], [[Kabupaten Ciamis]], sebagian kecil [[Kota Banjar]] dan sebagian kecil di Timur [[Kabupaten Pangandaran]],<ref>{{Cite book|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=55&idp=Jawa%20Barat|title=Peta Bahasa Jawa Provinsi Jawa Barat|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta}}</ref> yang merupakandaerah perbatasan antara [[Jawa Barat]] dengan [[Jawa Tengah]]. Dialek Banyumasan di daerah ini telah tercampur dengan bahasa Sunda.<ref>Politik Mataram yang Membentuk Bahasa Jawa Banyumasan[https://tirto.id/politik-mataram-yang-membentuk-bahasa-jawa-banyumasan-gvBd]</ref> Dialek ini menjadi salah satu dialek bahasa Jawa yang masih mempunyai kaitan dengan [[fonetik]] [[bahasa Jawa Kuno]].<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia|title=Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia|author=Ahmad Tohari, dkk|date=2014|publisher=Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah|location=Semarang|isbn=9786027664630}}</ref>
Bahasa Jawa dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut ''Banyumasan'' karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah [[Keresidenan Banyumas|eks-Keresidenan Banyumas]].
 
Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Dermayonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian timur (Suroboyan, Malangan/Walikan).
 
Untuk [[Bahasa Dermayon|Bahasa Jawa Dermayonan]] atau [[Bahasa Dermayon]] memang menjadi Induk bahasa Jawa di pesisir utara. Dialek ini masih termasuk dialek Banyumasan, akan tetapi bisa dibilang bahasa Dermayonan adalah bahasa Jawa kuno yang masih bertahan.
Sebagai Contoh kata "a" diucapakan "a" bukan "o" dan ada ciri Khas dari Bahasa Jawa Dermayon itu sendiri yaitu akhiran "''-aken''" sebagai Contoh "''Ngelingaken''" bukan "''Ngelingake''".
Akhiran "''-aken''" adalah akhiran yang diturunkan dari bahasa Jawa Kuno yang masih bertahan hingga kini.
 
Bahasa Jawa Dermayon lah yang menjadi Induk Bahasa Jawa yang disebarkan oleh penduduk wangsa kesultanan dermayon pada abad 14 M. Sebaranya di wilayah: Indramayu, Cirebon, Brebes, sebagian Subang dan sebagian Karawang termasuk Serang (Banten) atas penelitian yang dilakukan oleh ahli bahasa dari Yogyakarta.
 
Dibandingkan dengan [[bahasa Jawa]] dialek [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan '<nowiki/>''sego''<nowiki/>' (nasi), di wilayah [[Banyumasan]] orang makan '''sega''<nowiki/>'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata ''enak'' oleh dialek lain bunyinya ''ena'', sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca ''enak'' dengan suara huruf 'k' yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan oleh masyarakat di luar Banyumas disebut sebagai bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.
 
Ada sebagian masyarakat Banyumasan yang paham akan menolak jika bahasa mereka disebut sebagai bahasa Ngapak, karena penybutan ini cenderung ke arah bullying dan merendahkan.
 
== Sejarah ==
Sejumlah ahli [[bahasa Jawa]] menyebut bahasa Jawa Banyumasan sebagai bentuk bahasa Jawa tahap awal.<ref>Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak</ref><ref>Orang Ngapak Bukannya Kasar, Tapi Blak-blakan dan Apa Adanya[https://tirto.id/orang-ngapak-bukannya-kasar-tapi-blak-blakan-dan-apa-adanya-dkUE]</ref>
Menurut para pakar [[bahasa]]{{siapa}}, sebagai bagian dari [[bahasa Jawa]] maka dari waktu ke waktu, bahasa [[Banyumasan]] mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
 
Bahasa Jawa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
* Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
* Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
* Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
* Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa modern.{{br}}(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal)
 
* Abad ke-9 hingga ke-13, diklasifikasikan sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno.
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau [[Jawa]] yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan [[bahasa Jawa]] yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah [[Banyumasan]]. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan pada era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa [[Banyumasan]] dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat [[Banyumasan]] timbul istilah ''bandhekan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa ''wetanan'' (timur).
* Abad ke-13 hingga ke-16, berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan.
* Abad ke-16 hingga ke-20, berkembang menjadi dialek yang terpisah cukup jauh dengan dialek lain dalam bahasa Jawa.
 
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan mempengaruhi masyarakat di wilayah Banyumasan. Meskipun demikian, bahasa ''[[krama]]'' tetap dibutuhkan untuk berbagai acara formal dan ritual keagamaan. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhêkan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek timur).<ref>{{Cite web |title=Bupati Luncurkan Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas |trans-title=Banyumas Regent Launches Banyumasan Language Dictionary Application |url=https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20200113044358/https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |archive-date=13 January 2020 |access-date=15 February 2020 |website=banyumaskab.go.id |language=id}}</ref>
Menurut [[M. Koderi]] (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata ''bandhek'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhek'' yang berarti ''pesuruh'' (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah [[Banyumasan]]. Para ''pesuruh'' ini tentu menggunakan gaya [[bahasa Jawa]] standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa [[Banyumasan]].
 
Menurut M. Koderi, seorang pakar budaya dan bahasa Banyumasan, kata ''bandhêk'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhêk'' yang berarti 'pesuruh' (orang yang diperintah), maksudnya 'orang suruhan raja yang diutus ke wilayah Banyumasan'. Para 'pesuruh' ini tentu menggunakan gaya [[bahasa Jawa standar]] (Surakarta–Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Jawa Banyumasan.<ref>{{cite journal|title=MAKALAH BUDAYA BANYUMASAN|author=Dwi Meilani|language=id|url=https://www.academia.edu/6349356/MAKALAH_BUDAYA_BANYUMASAN}}</ref>
== Rumpun bahasa Jawa bagian barat ==
Terdapat 4 sub-dialek utama dalam dialek bahasa Jawa bagian barat, yaitu Wilayah Utara ([[Bahasa Jawa Tegal|Tegalan]]), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - [[Bahasa Jawa Indramayu|Indramayu]] (Dermayonan) dan [[Bahasa Jawa Banten|Banten Utara]].
 
'''Wilayah Utara'''
 
Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, [[Brebes]], Slawi, [[Moga]], [[Belik]], [[Watukumpul]], [[Pulosari]], [[Warungpring]],[[Pemalang]], [[Randudongkal]], Surodadi dan [[Tegal]].
 
'''Wilayah Selatan'''
 
Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain [[Bumiayu]], [[Bumijawa]] & [[Margasari]] (Tegal selatan) , Karang Pucung, [[Cilacap]], Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Gumelar, [[Purwokerto]], [[Purbalingga]], Bobotsari, [[Banjarnegara]], Sumpiuh, [[Kebumen]] serta Gombong.
 
'''Cirebon - Indramayu'''
 
Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam Provinsi Jawa Barat.
 
'''Banten Utara'''
 
Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara (wilayah bagian utara Serang, Cilegon dan Tangerang) yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Banten.
 
Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa [[Banyumasan]], antara lain sub dialek [[Bumiayu]] dan lain-lain.
 
== Kosakata ==
Berikut ini perbandingan kosakata bahasa Jawa Banyumasan, [[bahasa Jawa Tegal|Tegal]], [[bahasa Jawa Pekalongan|Pekalongan]], [[Bahasa Jawa Indramayu|Indramayu]], dan [[Bahasa Jawa Banten|Banten]] yang termasuk kedalam rumpun dialek Jawa Kulonan.
{| class="wikitable"
|+
! Banyumasan
! Tegal
! Pekalongan
! Indramayu
! Banten
! Glosa
|-
| ''inyong'', ''nyong''
| ''ênyong'', ''nyong'', ''aku''
| ''nyong'', ''aku''
| ''kula'', ''réang'', ''ingsun''
| ''kulê'', ''kitê'', ''ingsun''
| saya
|-
| ''rika'', ''ko''
| ''kowên'', ''rika''
| ''sampéyan'', ''kowé''
| ''slira'', ''sira'', ''ira''
| ''sirê'', ''irê''
| kamu
|-
| ''awaké dhéwék''
| ''awaké dhéwék''
| ''awaké dhéwé''
| ''kita kabeh''
| ''kitê''
| kami
|-
| ''rika kabèh''
| ''kowên kabèh''
| ''kowé kabèh''
| ''sira kabèh''
| ''sirê kabèh''
| kalian
|-
| ''kiyé'', ''iki''
| ''kiyé'', ''iki''
| ''iki''
| ''kién'', ''iki''
| ''kién'', ''puniki'', ''iki''
| ini
|-
| ''kuwé'', ''koh'', ''iku''
| kuwé, kaé
| ''kuwi'', ''koh''
| ''kuèn'', ''kuh'', ''iku''
| ''kuèn'', ''iku''
| itu
|-
| ''kéné'', ''ngénéh'', ''mengené''
| ''kéné'', ''méné''
| ''kéné'', ''méné'', ''mréné''
| ''kéné'', ''méné''
| ''kéné'', ''mérené''
| sini
|-
| ''kana'', ''mengana''
| ''kana'', ''mana''
| ''kana'', ''mono'', ''mrono''
| ''kana'', ''mana''
| ''kana'', ''merana''
| sana
|-
| ''kêpriwé'', ''kêpribé''
| ''kêprimén'', ''kêpribén''
| ''kêpriyé'', ''kêpige''
| ''kêpribén'', ''kêpriwén'', ''kêpriyén''
| ''kêprémén'', ''kêlipun''
| bagaimana
|-
| ''ora'', ''udu'', ''séjén''
| ''ora'', ''dudu'', ''bélih'', ''béléh'', ''séjén''
| ''ora'', ''udu'', ''séjé''
| ''ora'', ''dudu'', ''bêlih'', ''bli'', ''séjén''
| ''orê'', ''udu''
| tidak, bukan
|}
 
Sebagian besarPerbandingan kosakata asli dari bahasa iniJawa tidakBanyumasan memilikidengan kesamaan[[bahasa denganJawa Surakarta|bahasa Jawa standar]] (Semarang, Surakarta/YogyakartaSurakarta–Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.
 
{| class="wikitable" width="75%"
|+
! Banten Utara
! Dermayon
! Banyumasan
! Jawa standar<br>{{small|(Surakarta–Yogyakarta)}}
! Tegal, Brebes
! Glosa
! Pemalang
! Solo/Yogya
! Surabaya
! Gresik Utara (Kec.Ujungpangkah)
! Osing (Banyuwangi)
! Sunda
! Indonesia
|-
| ''inyong'', ''nyong''
| kité
| ''aku'', ''awakku'', ''kula''
| kula/reang/ingsun/isun
| saya
| inyong/nyong
| Enyong/inyong
| Enyong/inyong
| aku, kula
| aku
| eson (perempuan), reang (laki-laki)
| isun, nisun
| kuring
| aku/saya
|-
| ''rika'', ''ko''
| siré
| ''kowé'', ''sampéyan'', ''awakmu''
| slira/sira
| rika/ko
| kowen/rika
| rika/koe
| kowe, sliramu
| koen, awakmu, riko
| Siro , Peno, Ndiko
| Riko, Iro
| maneh
| kamu
|-
| ''awaké dhéwék''
| pisan
| ''kita'', ''awaké dhéwé''
| nemen/temen/pisan
| kami
| banget/temen/pisan
| nemen/temen/pisan
| nemen/temen/teo
| tenan
| temen
| seru
| temen
| pisan
| sangat
|-
| ''rika kabéh''
| keprimen
| ''kowé kabéh''
| kepriben/kepriwe/kepripun
| kepriwekalian
| kepriben/priben/pribe
| keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe
| piye/kepriye/pripun
| ya'apa
| ya'apa
| paran
| kumaha
| bagaimana
|-
| ''kiyé'', ''iki''
| ore
| ''iki'', ''ki''
| ora/belih/
| oraini
| ora/belih
| ora/beleh
| ora
| gak
| gak
| Sing, Hing
| henteu
| tidak
|-
| ''kuwé'', ''koh'', ''iku''
| manjing
| ''kuwi'', ''iku''
| mlebu/manjing
| itu
| mlebu/lebok
| manjing/mlebu
| manjing/mlebu
| mlebu
| mlebu
| mlebu, manjeng
| mlebu
| asup
| masuk
|-
| ''kéné'', ''méngéne''
| arep
| ''kéné'', ''méné''
| arep/arep-an/pan/pen
| arepsini
|-
| pan
| ''kana'', ''mengana''
| pan/pen/ape/pak
| ''kana'', ''mrana''
| arep
| katesana
|-
| kape
| ''kêpriwé'', ''kêpribe''
| arep
| ''kêpiyé'', ''piyé''
| arek
| bagaimana
| akan
|}-
| ''ora'', ''udu'', ''séjén''
=== Perbandingan kosakata Banyumasan dengan bahasa Jawa baku ===
| ''ora'', ''dudu''
<!--
| tidak, bukan
* Inyong >>> aku (bandingkan dengan bahasa Jawa Kuno ''ingwang'' dan Jawa Pertengahan ''ingong'')
* Gandhul >>> pepaya
* Rika >>> kamu
-->
{| border="1" width="50%" class="wikitable"
|-----
| ''' Dialek Banyumasan ''' || ''' Jawa baku '''
| ''' Indonesia '''
|-----
| agèh<ref>Dalam bahasa Jawa Baku kata ''agé'' atau ''gé'' juga dikenal.</ref> || ayo || ayo
|-----
| {{IPA|ambring}} || {{IPA|sepi}} || {{IPA|sepi}}
|-----
| batir<ref>Kata ''batur'' dalam bahasa Jawa Kuno berarti "teman"</ref> || {{IPA|kanca}} || {{IPA|teman}}
|-----
| {{IPA|bae, baen}} || {{IPA|wae}} || {{IPA|saja}}
|-----
| {{IPA|bangkong}} || {{IPA|kodok}} || {{IPA|katak}}
|-----
| {{IPA|bengel}} || {{IPA|mumet}} || {{IPA|pusing}}
|-----
| {{IPA|bodhol}} || {{IPA|rusak}} || {{IPA|rusak}}
|-----
| {{IPA|brug}}<ref>Dari bahasa Belanda ''brug''.</ref> || {{IPA|kreteg}} || {{IPA|jembatan}}
|-----
| {{IPA|bringsang}} || {{IPA|sumuk}} || {{IPA|panas}}
|-----
| {{IPA|clebek}} || {{IPA|kopi}} || {{IPA|kopi}}
|-----
| {{IPA|cocot}} || {{IPA|cangkem}}/lambe || {{IPA|mulut}}
|-----
| {{IPA|londhog}}/dolog || {{IPA|alon}} || {{IPA|pelan}}
|-----
| {{IPA|druni}} || {{IPA|medhit}} || {{IPA|pelit}}
|-----
| {{IPA|dheweke}} || {{IPA|deke/ndekne}} || {{IPA|dia}}
|-----
| {{IPA|dhongé/dhongané}} || {{IPA|kudune}} || {{IPA|harusnya}}
|-----
| egun || {{IPA|isih}} || {{IPA|masih}}
|-----
| {{IPA|gableg}} || {{IPA|duwé}} || {{IPA|punya}}
|-----
| {{IPA|gering}}<ref>Juga dikenal dalam bahasa Jawa Baku.</ref> || {{IPA|kuru}} || {{IPA|kurus}}
|-----
| {{IPA|gigal}} || {{IPA|tiba}} || {{IPA|jatuh}}
|-----
| {{IPA|gili}} || {{IPA|dalan}} || {{IPA|jalan}}
|-----
| {{IPA|gujih}} || {{IPA|rewel}} || {{IPA|rewel}}
|-----
| {{IPA|jagong}}<ref>Dalam bahasa Jawa Baku artinya "mengobrol".</ref> || {{IPA|lungguh}} || {{IPA|duduk}}
|-----
| {{IPA|jiot, jukut}} || {{IPA|jupuk}} || {{IPA|ambil}}
|-----
| {{IPA|kes, ket, tes, sing}} || {{IPA|saka}} || {{IPA|dari}}
|-----
| {{IPA|kiyé}} || {{IPA|iki}} || {{IPA|ini}}
|-----
| {{IPA|kuwé}} || {{IPA|iku}} || {{IPA|itu}}
|-----
| {{IPA|letek}}/leta || {{IPA|asin}} || {{IPA|asin}}
|-----
| {{IPA|madhang}} || {IPA|mangan awan || {IPA|makan siang
|-----
| {{IPA|maen}} || {{IPA|apik}} || {{IPA|baik}}
|-----
| {{IPA|maning}} || {{IPA|maneh}} || {{IPA|lagi}}
|-----
| {{IPA|maregi}} || {{IPA|nyebeli}} || {{IPA|buruk}}
|-----
| {{IPA|lomboan}} || {{IPA|ngapusi}} || {{IPA|bohong}}
|-----
| {{IPA|endhas}} || {{IPA|sirah}} || {{IPA|kepala}}
|-----
| {{IPA|dog}} || {{IPA|teka}} || {{IPA|sampai}}
|-----
| {{IPA|kencot}} || {{IPA|ngelih}} || {{IPA|lapar}}
|-----
| {{IPA|laut}} || {{IPA|bali}} || {{IPA|pulang}}
|-----
| {{IPA|nyekek}} || {{IPA|maem}} || {{IPA|makan}}
|-----
| {{IPA|longok}} || {{IPA|delok}} || {{IPA|lihat}}
|-----
| {{IPA|ngalongok}} || {{IPA|ndelok}} || {{IPA|melihat}}
|-----
| {{IPA|penter}} || {{IPA|padang}} || {{IPA|terang}}
|-----
| {{IPA|setamplat}} || {{IPA|?}} || {{IPA|terminal}}
|-----
| {{IPA|teyeng}} || {{IPA|isa}} || {{IPA|bisa}}
|-----
| {{IPA|bajag}} || {{IPA|gede}} || {{IPA|besar}}
|-----
| {{IPA|blag}} || {{IPA|?}} || {{IPA|buka}}
|-----
| {{IPA|tegi}} || {{IPA|?}} || {{IPA|tutup}}
|-----
|}
Lobak sama dengan budin/singkong
 
Berikut ini dikutip dari perkataan [[Ahmad Tohari]] tentang bahasa Jawa Banyumasan.
"Cengkring" merupakan kata yang digunakan untuk menamai orang yang memiliki sifat "perasa" atau sensitif
 
{{cquote|''Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan '''basa Banyumasan''' termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna '''basa Banyumasan''' 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa '''basa Banyumasan''' sesungguhnya "wong Penginyongan" boleh dikata akan Terhapus dari peta etnik bangsa ini… Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa Wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat "wong Penginyongan" harus segera disediakan.''}}
Baca kegundahan [[Ahmad Tohari]] berikut ini:
 
Sebuah fakta empiris dikemukakan oleh Ahmad Tohari, menurutnya penutur asli bahasa Jawa Banyumasan akan 'mengalah' jika berbicara dengan penutur bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek Surakarta-Yogyakarta). Alasannya, penutur bahasa Jawa Banyumasan tidak ingin dicap sebagai 'orang rendahan' karena menggunakan 'bahasa berlogat kasar'.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/29/ahmad-tohari-kembali-ingatkan-pentingnya-kesetaraan|title=Ahmad Tohari Kembali Ingatkan Pentingnya Kesetaraan|publisher=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|website=www.kompas.id|date=29-05-2023|access-date=31-03-2024|language=id|first=Wilibrordus Megandika|last=Wicaksono|format=Online}}</ref>
{{cquote| ''Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan basa banyumasan termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna basa banyumasan 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa basa banyumasan sesungguhnya wong penginyongan boleh dikata akan Terhapus dari Peta etnik bangsa ini''. Kekhawatiran belau lainnya: ''Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat wong penginyongan harus segera disediakan ''}}
 
== Lihat pula ==
Sebuah fakta empiris bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) akan mengalah bila berbicara dengan penutur bahasa wetanan (Satrio). Alasannya, Satria tidak ingin dicap sebagai orang rendahan karena menggunakan bahasa berlogat kasar.
{{Portal|Bahasa|Indonesia|Jawa}}
 
* [[Bahasa Jawa Tegal]]
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan dialek Banyumasan adalah dengan menggunakan bahasa tersebut di dalam pergaulan baik waktu orang banyumas berada di daerahnya maupun berada di luar daerah. Selain itu salah satu usaha yang lain adalah dengan dimasukkannya bahasa Banyumasan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal.
* [[Bahasa Jawa Pekalongan]]
<!--Upaya untuk melestarikan bahasa Banyumasan bahkan budaya Banyumasan menjadi sangat penting agar [[Jawa]] tidak kehilangan salah satu sub kulturnya, juga agar [[Indonesia]] tidak kehilangan salah satu ke [[Bhineka Tunggal Ika]] annya.-->
* [[Bahasa Jawa Indramayu]]
* [[Bahasa Jawa Serang]]
 
== CatatanReferensi ==
{{reflistReflist}}
 
== Pranala luar ==
Baris 292 ⟶ 205:
{{Bahasa Jawa/Pranala luar}}
* [https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia Kamus bahasa Jawa Banyumasan - Indonesia]—kamus bahasa Jawa dialek Banyumasan terbitan [[Balai Bahasa Jawa Tengah|Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah]]
* [https://www.gurune.net/2019/06/les-bahasa-ngapak-banyumasan-part-1.html Kata - kata umum dialek banyumasan]—sebagai sarana belajar orang - orang diluar wilayah bralingmascakebBRALINGMASCAKEB
 
{{Bahasa Jawa}}
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Jawa Sumpiuh]]/''Pesisir Selatan''
* [[Bahasa Jawa Kedu]]/''Karanganyaran''
* [[Bahasa Jawa Pekalongan]]
* [[Banyumasan]]
{{bahasa jawa}}
 
{{DEFAULTSORT:Banyumas, Dialek}}
Baris 305 ⟶ 213:
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Banyumasan]]
{{Small|{{Notelist}}}}