Ali bin Abi Thalib: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(41 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{redirect|Ali}}
{{Infobox royalty
Baris 19 ⟶ 17:
| birth_date = {{circa|600}} M
| birth_place = [[Makkah]], [[Hijaz]], [[Jazirah Arab]]
| death_date = {{circa|28 Januari 661
| death_place = [[Kufah]], [[Kekhalifahan Rasyidin]]
| burial_place = Dipercaya telah dimakamkan di [[Makam Imam Ali]], [[Najaf]], [[
| spouse = {{Collapsible list
|title=Istri|
Baris 37 ⟶ 35:
| embed=yes
| ism= ʿAlī
| nasab= ''ʿAlī bin Abī Ṭālib bin
| kunya= ''Abul Ḥasan''}}
}}
{{Ali}}
'''Ali bin Abi Thalib''' ({{lang-ar|عَلِيّ بْن أَبِي طَالِب|translit=ʿAlī bin Abī Ṭālib}}; {{circa|600–661}}) adalah sepupu sekaligus menantu dari [[nabi Islam]] [[Muhammad]] dan penerusnya,
Ali memainkan peran penting di tahun-tahun awal [[Islam]] ketika [[Muslim]] dianiaya dengan kejam di [[Makkah]]. Setelah imigrasi ({{Transl|ar|[[hijrah]]}}) ke [[Madinah]] pada tahun 622, Muhammad mengawinkan putrinya, [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] kepada Ali dan bersumpah persaudaraan dengannya. Ali menjabat sebagai sekretaris dan wakil Muhammad pada periode ini, dan merupakan salah satu pembawa bendera pasukan Islam. Banyak ucapan Muhammad yang memuji Ali, yang paling kontroversial diucapkan pada tahun 632 di [[Ghadir Khum]], "Barangsiapa yang menganggap aku sebagai {{Transl|ar|[[mawla]]}}, Maka Ali adalah {{transl|ar|mawla}} pula untuknya." Penafsiran kata [[polisemi]] [[Arab]] {{Transl|ar|mawla}} masih diperdebatkan: Bagi [[Syiah|Muslim Syiah]], Muhammad memberikan Ali otoritas agama dan politiknya, sementara [[Sunni|Muslim Sunni]] memandang hal ini hanya sebagai pernyataan persahabatan dan hubungan baik. Ketika Muhammad meninggal pada tahun yang sama, sekelompok Muslim mengadakan pertemuan tanpa kehadiran Ali dan menunjuk [[Abu Bakar ash-Shiddiq]] ({{reign|632|634}}) sebagai khalifah baru mereka. Ali kemudian melepaskan klaimnya atas kepemimpinan dan mengundurkan diri dari kehidupan publik pada masa pemerintahan Abu Bakar dan penggantinya, [[Umar bin Khattab]] ({{Reign|634|644}}). Meskipun nasihatnya kadang-kadang diminta, konflik antara Ali dan dua khalifah pertama ditandai dengan penolakannya untuk mengikuti praktik mereka. Penolakan ini membuat Ali kehilangan peluangnya untuk menjadi khalifah hingga akhirnya jabatan khalifah jatuh ke tangan [[Utsman bin Affan]] ({{Reign|644|656}}), yang kemudian ditunjuk untuk menggantikan Umar oleh dewan pemilihan. Ali juga sangat kritis terhadap Utsman, yang banyak dituduh melakukan nepotisme dan korupsi. Namun Ali juga berulang kali menjadi penengah antara khalifah dan para pemberontak tingkat provinsi yang marah atas kebijakan kontroversial khalifah.
Setelah [[Pembunuhan Utsman|pembunuhan]] Utsman pada tahun 656, Ali terpilih sebagai khalifah di Madinah. Dia segera menghadapi dua pemberontakan terpisah, kedua pemberontakan ini ditujukan untuk membalas kematian Utsman dan menuntut khalifah untuk menangkap pembunuhnya. Pemberontakan pertama dimulai oleh tiga serangkai [[Thalhah bin Ubaidillah
Dalam [[budaya Islam|budaya Muslim]], Tempat Ali dikatakan berada di urutan kedua setelah Muhammad. Ali dihormati karena keberaniannya, kejujurannya, pengabdiannya yang teguh pada Islam, kemurahan hati, dan perlakuan setara terhadap semua Muslim. Bagi para pengagumnya, ia telah menjadi pola dasar Islam yang tidak korup dan kesatriaan pra-Islam. Muslim Sunni menganggapnya sebagai ''[[Khulafaur Rasyidin]]'' ({{lit|Khalifah yang mendapat petunjuk}}) terakhir, sementara Muslim Syiah menghormatinya sebagai [[Dua Belas Imam|Imam]] pertama mereka, yaitu penerus agama dan politik yang sah bagi Muhammad. [[Makam Imam Ali|Makam Ali]] di [[Najaf]], Irak, adalah tujuan utama ziarah Syiah. Warisan Ali kini dikumpulkan dan dipelajari dalam berbagai buku, yang paling terkenal di antaranya adalah {{Transl|ar|[[Nahjul Balaghah]]}}.<!--JANGAN menambahkan kutipan pada pembuka, kecuali untuk materi yang kemungkinan besar akan ditentang, per [[MOS:LEADCITE]] ([[:en:Wikipedia:Manual of Style/Lead section#Citations)]]. PINDAHKAN kutipan yang tidak diperlukan ke badan artikel.-->
Baris 95 ⟶ 93:
Keaslian riwayat Ghadir Khum jarang dibantah,{{sfn|Veccia Vaglieri|2012b}}{{sfn|Mavani|2013|p=20}}{{sfn|Dakake|2007|p=35}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}} dan termasuk "di antara yang paling banyak diakui dan dibuktikan kebenarannya" dalam sumber-sumber Islam klasik.{{sfn|Lalani|2011}} Bagaimanapun, frasa ''{{transliteration|ar|mawla}}'' adalah kata [[polisemi]] Arab dan penafsirannya dalam konteks Ghadir Khum terbagi berdasarkan garis sektarian. Sumber-sumber Syiah mengartikan ''{{transliteration|ar|mawla}}'' sebagai 'pemimpin', 'tuan', dan 'pelindung',{{sfn|Jafri|1979|p=20}} sedangkan sumber Sunni menafsirkannya sebagai cinta atau dukungan terhadap Ali.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Dakake|2007|p=45}} Oleh karena itu, kaum Syiah memandang Ghadir Khum sebagai penobatan Ali dengan otoritas agama dan politik Muhammad,{{sfn|Mavani|2013|p=2}}{{sfn|Dakake|2007|p=47}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} sedangkan kaum Sunni hanya menganggapnya sebagai pernyataan tentang hubungan baik antara kedua pria tersebut,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}}{{sfn|Jafri|1979|p=21}} atau bahwa Ali harus melaksanakan kehendak Muhammad.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Syiah menunjukkan sifat luar biasa dari pengumuman tersebut,{{sfn|Dakake|2007|p=45}} sambil memberikan bukti Al-Qur'an dan tekstual,{{sfn|Mavani|2013|p=70}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012d}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}} dan berargumentasi untuk menghilangkan makna lain dari {{transliteration|ar|mawla}} dalam hadis tersebut kecuali kewibawaan,{{sfn|Dakake|2007|p=46}} Sementara kaum Sunni cenderung kurang memerhatikan khotbah Ghadir Khum dengan menganggapnya sebagai tanggapan sederhana terhadap keluhan massa sebelumnya terhadap Ali.{{sfn|Dakake|2007|pp=44–5}} Pada masa [[Masa pemerintahan Ali|pemerintahannya]] kelak, Ali diketahui meminta umat Islam untuk menyampaikan kesaksian mereka tentang Ghadir Khum,{{sfn|Lalani|2006|p=590}}{{sfn|Madelung|1997|p=253}}{{sfn|McHugo|2017|loc=§2.IV}} mungkin untuk melawan tantangan publik terhadap legitimasinya sebagai khalifah.{{sfn|Dakake|2007|p=41}}
==Pasca-Muhammad==
===Suksesi Muhammad===
Baris 119 ⟶ 117:
{{Main|Pemilihan Utsman}}
[[File:Balami - Tarikhnama - the election of 'Othman as the caliphate of Medina (cropped).jpg|thumb|Terpilihnya Utsman, folio dari ''[[Tarikhnama]]'']]
Sebelum kematiannya pada tahun 644,{{sfn|Pellat|1983}} Umar menugaskan sebuah komite kecil untuk memilih khalifah berikutnya di antara mereka sendiri.{{sfn|Jafri|1979|p=50}} Ali dan Utsman adalah calon terkuat di komite ini,{{Sfn|Jafri|1979|p=52}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=43}} yang anggotanya semuanya adalah sahabat awal Muhammad dari suku Quraisy.{{sfn|Jafri|1979|p=50}} Anggota lainnya, [[Abdurrahman bin Auf]], diberikan suara penentu baik oleh panitia atau oleh Umar.{{Sfn|Madelung|1997|p=71}}{{Sfn|Jafri|1979|p=51}}{{Sfn|Momen|1985|p=21}} Setelah melalui musyawarah, Abdurrahman dengan wewenangnya mengangkat saudara iparnya, Utsman sebagai khalifah berikutnya,{{Sfn|Jafri|1979|p=54}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=60}} setelah Utsman
===Pemerintahan Utsman ({{Reign|644|656}})===
Baris 131 ⟶ 129:
{{Utama|Masa pemerintahan Ali}}
===
{{Main|Pelantikan Ali sebagai khalifah}}
[[File:The swearing of allegiance to Ali at Kufa after the murder of Osman. A dark-skinned youth, possibly Belal, holds Ali's double-bladed sword, Zulfikar. From a manuscript of Maktel-i Ali Resul by Lami'i Celebi, late 16th century or early 17th century.jpg|thumb|Ali menerima janji setia, dari naskah {{Transliteration|ar|Maktel-i Ali resul}}, tertanggal akhir abad keenam belas atau awal abad ketujuh belas.]]
Baris 174 ⟶ 172:
Pertempuran terhenti ketika beberapa orang dari pasukan Suriah mengangkat halaman-halaman Al-Quran dengan tombak mereka, sambil berteriak, "Biarlah Kitab Allah yang menjadi hakim di antara kita."{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}} Karena Muawiyah sudah lama bersikeras untuk berperang, proposal arbitrase ini menunjukkan bahwa dia sekarang takut kalah.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Adamec|2017|p=406}} Sebaliknya, Ali mendesak anak buahnya untuk tetap berperang, mengatakan kepada mereka bahwa tindakan menjunjung Al-Quran tersebut adalah sebuah penipuan.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=2.III}} {{Transliteration|ar|Qurra}} dan {{Transliteration|ar|[[Perang Riddah|Riddah]]}} suku Kufah,{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=70}}{{Sfn|Shaban|1971|p=75}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}} yang merupakan blok terbesar dalam pasukan Ali, kemudian mengirim delegasi kepada Ali.{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Shaban|1971|p=75}} Kedua blok tersebut mengancam akan memberontak terhadap Ali jika dia tidak segera mengambil tindakan untuk menanggapi seruan dari kubu Suriah.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Ayoub|2014|pp=123–4}}{{Sfn|Hinds|1972b|p=97}} Menghadapi sentimen perdamaian yang kuat dari pasukannya, Ali memutuskan untuk menerima proposal arbitrase,{{sfn|Madelung|1997|p=241}} yang kemungkinan besar akan bertentangan dengan penilaiannya sendiri.{{sfn|Donner|2010|p=161}}{{Sfn|Madelung|1997|p=241}}
Muawiyah sekarang mengusulkan agar perwakilan dari kedua belah pihak harus menemukan resolusi berdasarkan Al-Qur'an.{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Hinds|1972b|p=98}} Muawiyah menunjuk sekutunya, [[Amr bin Ash]] sebagai arbiter dari pihaknya,{{sfn|Madelung|1997|pp=241–2}} sedangkan mayoritas kubu Ali mendesak agar ia mengutus [[Abu Musa al-Asy'ari]], mantan gubernur Kufah yang netral. Pada awalnya Ali merasa keberatan, namun kemudian akhirnya mengalah dan mengutus Abu Musa sebagai arbiter dari pihaknya.{{sfn|Afsaruddin|2013|p=53}}{{sfn|Donner|2010|p=161}}{{Sfn|Dakake|2007|p=|pp=1–2}} Perjanjian arbitrase ditulis dan ditandatangani pada tanggal 2 Agustus 657,{{sfn|Madelung|1997|p=243}} yang menetapkan bahwa kedua arbiter harus bertemu di wilayah netral,{{Sfn|Dakake|2007|p=1}} mematuhi Al-Quran dan Sunnah, serta harus bersatu untuk memulihkan perdamaian.{{sfn|Madelung|1997|p=243}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2014|p=23}} Kedua pasukan meninggalkan medan perang setelah perjanjian tersebut ditanda tangani.{{sfn|Madelung|1997|p=247}} Perjanjian arbitrase ini kemudian memecah kubu Ali, karena banyak yang tidak mendukung negosiasinya dengan Muawiyah, yang mereka anggap telah melakukan kecurangan. Sebaliknya, perjanjian tersebut memperkuat posisi Muawiyah, yang kini menjadi pesaing yang setara untuk menjadi khilafah selanjutnya.{{Sfn|Madelung|1997|p=245}}
Baris 220 ⟶ 217:
Ketika Ali meninggal, putranya Hasan diakui sebagai khalifah berikutnya di Kufah.{{sfn|Wellhausen|1901|p=18}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012e}} Sebagai pewaris Ali, Hasan adalah pilihan yang jelas bagi masyarakat Kufah, terutama karena Ali sering berbicara tentang hak eksklusif kerabat Muhammad atas kepemimpinan.{{sfn|Madelung|1997|p=311}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012e}} Sebagian besar sahabat Muhammad yang masih hidup adalah anggota pasukan Ali, dan mereka juga berjanji setia kepada Hasan,{{sfn|Momen|1985|pp=26–7}}{{sfn|Jafri|1979|p=91}} namun dukungan masyarakat Kufah terhadap Hasan secara keseluruhan kemungkinan besar lemah.{{sfn|Momen|1985|p=27}}{{sfn|Jafri|1979|pp=109–10}} Hasan kemudian [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|mengundurkan diri dari jabatannya]] pada bulan Agustus 661 kepada Muawiyah ketika Muawiyah bergerak ke Irak dengan kekuatan besar.{{sfn|Momen|1985|p=27}}{{sfn|Jafri|1979|pp=109–10}} Muawiyah kemudian mendirikan dinasti [[Kekhalifahan Umayyah]]. Sepanjang masa pemerintahannya, dia dikatakan menganiaya keluarga dan pendukung Ali,{{Sfn|Madelung|1997|p=334}}{{sfn|Lewis|2012}} dan mengamanatkan [[Tradisi pengutukan Ali oleh Dinasti Umayyah|pengutukan Ali di depan umum]].{{Sfn|Madelung|1997|p=334}}{{sfn|Dakake|2007|pp=67,78}}
==
{{Main|Bani Ali}}{{See also|Muhsin bin Ali|Hasaniyah|Husainiyah}}
Pernikahan pertama Ali adalah dengan [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], putri Muhammad yang memberinya tiga orang putra, [[Hasan bin Ali|Hasan]], [[Husain bin Ali|Husain]], dan [[Muhsin bin Ali|Muhsin]].{{Sfn|Lewis|2012}} Muhsin meninggal saat masih bayi,{{sfn|Buehler|2014|p=186}} atau Fatimah mengalami keguguran ketika dia terluka dalam [[Serangan pada rumah Fatimah|penggerebekan]] di rumahnya selama krisis suksesi.{{sfn|Khetia|2013|p=78}} Keturunan Hasan dan Husain masing-masing dikenal sebagai [[Hasaniyah]] dan [[Husainiyah]].{{Sfn|Daftary|2014}} Sebagai keturunan Muhammad, mereka dihormati di komunitas Muslim dengan gelar kebangsawanan seperti {{Transliteration|ar|[[syarif]]}} dan {{Transliteration|ar|[[sayyid]]}}.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Ali dan Fatimah juga mempunyai dua orang putri, [[Zainab binti Ali|Zainab]] dan [[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]].{{Sfn|Huart|2012b}} Setelah [[Pemakaman Fatimah|kematian Fatimah]] pada tahun 632, Ali menikah lagi beberapa kali dan memiliki lebih banyak anak, termasuk [[Muhammad al-Ausath bin Ali|Muhammad al-Ausath]] dan [[Abbas bin Ali]].{{Sfn|Huart|2012b}} Dalam hidupnya, Ali menjadi ayah dari tujuh belas anak perempuan, dan sebelas, empat belas, atau delapan belas anak laki-laki.{{Sfn|Lewis|2012}} Di antaranya adalah Hasan, Husain, dan [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] yang memainkan peran bersejarah.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Keturunan Ali secara umum dikenal sebagai [[Bani Ali]].{{Sfn|Daftary|2014}}
=== Masa pemerintahan Bani Umayyah (661{{Ndash}}750) ===
Mu'awiya menggantikan Ali pada tahun 661 dan mendirikan Kekhalifahan Dinasti Umayyah,{{Sfn|Madelung|2003}} di mana Bani Ali dianiaya dengan kejam.{{Sfn|Huart|2012b}} Setelah Ali, para pengikut fanatiknya ({{Transliterasi|ar|Syi'ah}}) mengakui putra sulungnya Hasan sebagai imam mereka. Ketika dia meninggal pada tahun 670, kemungkinan besar karena diracun atas dorongan Mu'awiya,{{sfn|Momen|1985|p=28}}{{sfn|Madelung|2003}}{{Sfn|Anthony|2013|p=216}} komunitas Syiah mengikuti adik laki-laki Hasan, Husain, yang dibunuh oleh pasukan Umayyah dalam [[Pertempuran Karbala]] pada tahun 680, bersama banyak kerabatnya.{{Sfn|Daftary|2014}} Untuk membalas pembantaian Karbala, pada tahun 685 terjadi pemberontakan Syiah [[Mukhtar ats-Tsaqafi|al-Mukhtar]], yang mengaku mewakili [[Muhammad bin al-Hanafiyah]], putra Ali yang lain.{{Sfn|Daftary|2014}} Gerakan utama yang terbentuk setelah pemberontakan ini adalah [[Kaisaniyyah|Kaisaniyah]] dan Imamiyah yang sekarang sudah punah.{{Sfn|McHugo|2017|p=104}} Kaum Kaysan sebagian besar mengikuti [[Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah|Abu Hasyim]], putra Ibnu al-Hanafiyah. Ketika Abu Hasyim meninggal sekitar tahun 716, kelompok ini sebagian besar bersekutu dengan [[Bani Abbasiyah]], yaitu keturunan paman Muhammad, [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]].{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Momen|1985|p=69}} Di sisi lain, kaum Imamiyah dipimpin oleh keturunan Husain yang lebih netral, melalui putra satu-satunya yang masih hidup, [[Ali bin Husain|Ali Zainul Abidin]]. Imamiyah tetap netral sampai kepemimpinan mereka jatuh ke tangan [[Zaid bin Ali]], yang kemudian memimpin pemberontakan melawan Bani Umayyah sekitar tahun 740. Pemberontakan tersebut berhasil digagalkan.{{Sfn|Daftary|2014}} Bagi para pengikutnya, yang dikenal sebagai [[Zaidiyah]], setiap Hasaniyah atau Husainiyah terpelajar yang bangkit melawan tirani memenuhi syarat sebagai imam.{{Sfn|Momen|1985|p=|pp=49, 50}}
=== Masa pemerintahan Bani Abbasiyah (750{{Ndash}}1258) ===
Bani Ali juga dianiaya di bawah [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]], yang menggulingkan Bani Umayyah pada tahun 750.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Momen|1985|p=71}} Beberapa kelompok dari Bani Ali kemudian memberontak,{{Sfn|Lewis|2012}} sementara beberapa lainnya mendirikan dinasti regional di daerah terpencil.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Donner|1999|p=26}} Secara khusus, melalui pemenjaraan atau pengawasan, Bani Abbasiyah menyingkirkan para imam Syiah Imamiyah dari kehidupan publik,{{Sfn|Sachedina|1981|p=25}}{{Sfn|Dakake|2007|p=211}} selama periode ini, Bani Abbasiyah dianggap bertanggung jawab atas kematian para imam.{{Sfn|Pierce|2016|p=44}}{{Sfn|Momen|1985|p=44}} Imamiyah Arus Utama adalah pendahulu dari [[Syiah Dua Belas Imam]],{{Sfn|McHugo|2017|p=107}} yang percaya bahwa imam kedua belas dan terakhir mereka, [[Muhammad al-Mahdi]], lahir sekitar tahun 868,{{Sfn|Momen|1985|p=161}} namun disembunyikan dari publik pada tahun 874 karena takut akan penganiayaan. Dia dipercaya tetap gaib atas kehendak Tuhan sampai kemunculannya kembali di akhir zaman untuk memberantas ketidakadilan dan kejahatan.{{Sfn|Amir-Moezzi|1998}}{{Sfn|McHugo|2017|p=108}} Satu-satunya perpecahan bersejarah di kalangan Imamah terjadi ketika imam keenam mereka, [[Ja'far ash-Shadiq]], meninggal pada tahun 765.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|McHugo|2017|p=107}} Beberapa orang mengeklaim bahwa penggantinya yang ditunjuk adalah [[Isma'il bin Ja'far|Isma'il]], putra ash-Shadiq yang telah meninggal sebelum ash-Shadiq. Ini adalah awal dari terbentuknya Syiah [[Isma'iliyah]],{{Sfn|Daftary|2014}} yang kemudian berhasil meraih kesuksesan politik pada pergantian abad kesepuluh,{{Sfn|Haider|2014|p=92}} dan mendirikan [[Kekhalifahan Fatimiyah]] di Mesir dan [[Qaramitah]] di [[Arabia Timur|Bahrain]].{{Sfn|Daftary|2007|pp=2, 110, 128}}
== Penggambaran ==
[[File:Bab al-Nasr in 2017, photo by Hatem Moushir 26.jpg|thumb|Pedang dan perisai Ali diukir di Bab al-Nasr, Kairo.]]
Sering dipuji karena kesalehan dan keberaniannya, Ali berjuang untuk menegakkan keyakinannya, namun juga bermurah hati dalam kemenangan, bahkan mempertaruhkan kemarahan beberapa pendukungnya untuk mencegah perbudakan perempuan.{{Sfn|Steigerwald|2004}}{{Sfn|Momen|1985|p=25}}{{sfn|Madelung|1997|pp=309–310}}{{sfn|Momen|1985|p=25}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=72}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Dia juga menunjukkan kesedihannya, menangisi orang mati, dan dilaporkan mendoakan musuh-musuhnya.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Namun Ali juga dikritik karena idealisme dan ketidakfleksibelan politiknya,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Madelung|1997|p=|pp=149–50}} karena kebijakan egaliter dan keadilannya yang ketat membuat banyak orang tidak setuju.{{Sfn|Ayoub|2014|p=134}}{{Sfn|Tabatabai|1975|p=44}} Namun, sejarawan Muslim mencatat bahwa sifat-sifat ini juga terdapat dalam diri Muhammad,{{Sfn|Tabatabai|1975|p=46}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=89}} yang telah termaktub dalam Al-Qur'an.{{Sfn|Tabatabai|1975|p=|pp=46, 64}} Bagaimanapun juga, sifat-sifat Ali ini, yang berakar pada keyakinan agamanya, berkontribusi pada citranya di mata para pengikutnya saat ini sebagai teladan kebajikan Islam, terutama menyangkut masalah keadilan.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Madelung|1997|p=310}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=134}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Ali juga dipandang sebagai model utama patriotisme Islam ({{Transl|ar|[[futuwah]]}}).{{Sfn|Shah-Kazemi|2007|p=189n1}}{{Sfn|Glassé|2001|p=41}}{{Sfn|Momen|1985|p=90}}
Catatan sejarah tentang penampilan fisik Ali seringkali bersifat tendensius.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Misalnya, secara pribadi, Ali digambarkan dalam beberapa sumber Sunni sebagai sosok yang botak, berbadan tegap, berkaki pendek, berbahu lebar, badan berbulu, berjanggut putih panjang, dan terkena radang mata.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Catatan Syiah tentang penggambaran Ali sangat berbeda. Hal itu mungkin karena lebih cocok dengan reputasinya sebagai pejuang yang cakap.{{sfn|Abbas|2021|p=63}} Demikian pula, dalam beberapa sumber Sunni, Ali digambarkan sebagai orang yang keras, kasar, dan tidak ramah.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Sebaliknya, sumber-sumber Syiah menggambarkannya sebagai orang yang murah hati, lemah lembut, dan ceria, sampai-sampai propaganda perang Suriah menuduhnya bersikap sembrono.{{sfn|Glassé|2001|p=41}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=105}} Sumber-sumber Syiah dan [[Sufisme|Sufi]] juga penuh dengan laporan tentang kebaikannya, terutama kepada orang miskin.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=|pp=35{{ndash}}36}} Sifat-sifat penting dalam diri seorang panglima, yang digambarkan dalam sebuah surat yang dikaitkan dengan Ali, mungkin merupakan penggambaran sebenarnya dari Ali: lambat marah, senang memaafkan, baik hati terhadap yang lemah, dan keras terhadap yang kuat.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=104}} Rekannya, [[Sha'sha'ah bin Shuhan]], menggambarkannya dengan cara yang sama, "Dia [Ali] ada di antara kita sebagai salah satu dari kita, dengan watak yang lembut, kerendahan hati yang kuat, memimpin dengan pendekatan halus, meskipun kami kagum padanya dengan rasa kagum yang dimiliki seorang tahanan yang terikat terhadap orang yang memegang pedang di atas kepalanya."{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{sfn|Shah-Kazemi|2019|p=104}}
== Nama dan gelar ==
{{See also|Abu Turab}}
[[Berkas:Mirror_writing2.jpg|jmpl|[[Kaligrafi]] [[Utsmaniyah]] abad ke-18 bergaya ''mirror writing'' menuliskan frasa 'Ali Waliyullah' di kedua arahnya.]]
Ali dikenal dengan banyak
== Pandangan ==
{{Infobox saint|name=Ali|image=The first three Shiite Imams- Ali with his sons Hasan and Husayn, illustration from a Qajar manuscript, Iran, 1837-38 (gouache on paper).jpg|imagesize=150|alt=|caption=Ilustrasi guas Ali (tengah) dan putra-putranya, Hasan dan Husain ({{circa|1838}}, oleh pelukis tak dikenal)|titles={{Hlist|Khalifah|Imam}}|birth_date=|birth_place=|home_town=|residence=|death_date=|death_place=|feast_day=|venerated_in=[[Islam]]<br>[[Baháʼí]]<br>[[Druze]]<br>[[Yarsanisme]]|beatified_date=|beatified_place=|beatified_by=|canonized_date=|canonized_place=|canonized_by=|major_shrine=[[Makam Imam Ali]], [[Najaf]]|attributes=|patronage=|issues=|suppressed_date=|suppressed_by=|influences=|tradition=|influenced=|major_works=|birth_name=}}
=== Islam ===
Tempat Ali dikatakan berada di urutan kedua setelah Muhammad di [[budaya Islam|budaya Muslim]].{{sfn|Poonawala|1982}} Ali dihormati karena keberaniannya, kejujurannya, pengabdiannya yang teguh pada Islam, kemurahan hati, dan perlakuan yang setara terhadap semuanya Muslim.{{sfn|Madelung|1997|pp=309–310}} Bagi para pengagumnya, ia telah menjadi pola dasar Islam yang tidak korup dan kesatria pra-Islam.{{sfn|Madelung|1997|p=310}}
==== Dalam Al-Qur'an ====
{{Main|Ali dalam Al-Qur'an}}
[[Berkas:Memorial_stone_Imam_Reza.jpg|thumb|Ayat {{Transliteration|ar|Walayah}}, mungkin pernyataan paling kontroversial dalam Al-Quran yang terkait dengan Ali, terukir di tepi batu peringatan ini, berasal dari era [[Kekaisaran Seljuk|Seljuk]].]]
Ali secara teratur mewakili Muhammad dalam misi yang umumnya dikaitkan dengan perintah Al-Qur'an.{{sfn|Lalani|2006}}{{sfn|Momen|1985|pp=11–12}} Misalnya, [[Ayat Walayah|ayat {{Transl|ar|Walayah}}]] ({{Qref|5|55}}) merujuk pada saat Ali memberikan cincinnya kepada seorang pengemis, saat salat di masjid, menurut catatan Syiah dan beberapa sumber Sunni.{{sfn|Nasr et al.|2015|p=706}} Menurut sumber-sumber tersebut, ayat ini memberi Ali otoritas spiritual ({{Transliterasi|ar|[[walayah]]}}) yang sama dengan Muhammad.{{sfn|Nasr|Dagli|Dakake|Lumbard|2015|p=706-7}}{{Sfn|Mavani|2013|p=46}} Dalam sumber Syiah, dikatakan bahwa {{Transl|ar|[[Ayat Tabligh]]}} ({{Qref|5|67}}) mendorong Muhammad untuk menunjuk Ali sebagai penggantinya di Ghadir Khum, sedangkan {{Transl|ar|[[ayat Ikmal ad-Din|Ikmal ad-Din]]}} ({{Qref|5|3}}) yang turun setelahnya mengumumkan kesempurnaan agama Islam.{{Sfn|Mavani|2013|pp=70{{ndash}}71}} [[Ayat Penyucian]] ({{Qref|33|33}}) menyangkut status kesucian [[Ahlulbait]], yang terbatas pada Ali, Fatimah, dan kedua putra mereka dalam keyakinan kaum Syiah dan beberapa sumber Sunni.{{Sfn|Momen|1985|pp=16, 17}}{{Sfn|Leaman|2006}}{{Sfn|Momen|1985|pp=16–7, 325}} Referensi lain dari Al-Qur'an yang membahas penycian Ahlulbait mungkin termaktub dalam [[Ayat Mawaddah|ayat {{Transliterasi|ar|Mawaddah}}]] ({{Qref|42|23}}).{{sfn|Lalani|2000|p=66}}{{Sfn|Momen|1985|p=152}}{{Sfn|Mavani|2013|p=|pp=41, 60}} Dalam doktrin Syiah, ayat ini merupakan amanat Al-Quran untuk mencintai dan mengikuti Ahlulbait.{{Sfn|Mavani|2013|p=41|pp=}}{{sfn|Lalani|2000|pp=|p=66}}
==== Dalam literatus hadis ====
{{Main|Ali dalam literatur hadis}}
Muhammad sering memuji kualitas Ali. Pernyataan paling kontroversial seperti, "Barangsiapa yang menjadikanku {{Transliterasi|ar|mawla}} untuknya, maka Ali adalah {{Transliterasi|ar|mawla}} untuknya juga," disampaikan di Ghadir Khum. Hal ini memberikan Ali otoritas spiritual ({{Transliterasi|ar|walayah}}) yang sama dengan Muhammad, menurut Syiah.{{Sfn|Tabatabai|1975|p=35}} Sementara itu, [[hadis posisi]] menyamakan Muhammad dan Ali dengan Musa dan Harun,{{sfn|Miskinzoda|2015|p=69}} dan menjadi dasar dalil kaum Syiah bahwa hak Ali sebagai pewaris telah dirampas sepeninggal Muhammad.{{Sfn|Miskinzoda|2015|p=76}} Ada banyak pujian Muhammad kepada Ali yang terekam dalam literatur hadis, contoh pujian Muhammad yang termaktub dalam kumpulan hadis standar Syiah dan Sunni antara lain, "Tidak ada pemuda yang lebih berani dari Ali", "Tidak ada seorang pun kecuali orang beriman yang mencintai Ali, dan tidak ada seorang pun kecuali orang [[Munafiq|{{transliterasi|ar|munafik}}]] yang membenci Ali," "Aku dari Ali, dan Ali dariku; dialah {{Transliterasi|ar|wali}} setiap mukmin setelahku," "Kebenaran berputar di sekelilingnya [Ali] kemanapun dia pergi," "Akulah kota ilmu pengetahuan dan Ali adalah pintu gerbangnya ([[Bab (Islam Syiah)|{{transliterasi|ar|bab}}]])," serta "Ali bersama Al-Qur'an dan Al-Qur'an bersama Ali. Mereka tidak akan berpisah sampai mereka kembali kepadaku di kolam [surga].”{{sfn|Momen|1985|pp=14{{ndash}}15}}{{sfn|Shah-Kazemi|2014}}
==== Dalam tradisi Sufisme ====
Ali adalah sumber umum arus mistik dan spiritual dalam sekte Islam Sunni dan Syiah.{{Sfn|Shah-Kazemi|2007|p=134}}{{Sfn|Louër|2020|p=30}} Secara khusus, Ali adalah pemimpin spiritual dari beberapa gerakan [[Sufisme]],{{sfn|Gleave|2008}} karena kaum Sufi percaya bahwa Ali mewarisi pengetahuan esoteris dan otoritas suci dari Muhammad,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} yang memandu orang-orang beriman mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.{{sfn|Gleave|2008}} Hampir semua tarekat Sufi menelusuri garis keturunan mereka ke Muhammad melalui Ali, kecuali [[Tarekat Naqsyabandiyah]], yang mencapai nasab Muhammad melalui Abu Bakar.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}
==== Dalam Islam Sunni ====
{{Main|Pandangan Sunni terhadap Ali}}
[[File:Arabic caligraphic seal in Hagia Sophia.jpg|thumb|Kata 'Ali' dalam [[Kaligrafi Islam|Kaligrafi Arab]], tertulis di [[Hagia Sophia]], [[Turki]].]]
Dalam Islam Sunni, Ali dihormati sebagai sahabat dekat Muhammad,{{Sfn|Rauf|2007|p=201}} dan otoritas terkemuka dalam penafsiran Al-Qur'an dan hukum Islam,{{Sfn|Lalani|2006|p=28}}{{Sfn|Rauf|2007|p=202}} serta sumber hikmah dalam spiritualitas Sunni.{{Sfn|Shah-Kazemi|2007|p=134}} Ketika Muhammad meninggal pada tahun 632, Ali mengklaim kepemimpinannya, mungkin mengacu pada Ghadir Khum,{{Sfn|Momen|1985|pp=19{{ndash}}20}}{{Sfn|Amir-Moezzi|2014}} tapi dia akhirnya menerima pemerintahan dari tiga khalifah pertama demi kepentingan persatuan umat Islam.{{Sfn|Keaney|2021|p=136}} Ali digambarkan dalam sumber-sumber Sunni sebagai penasihat terpercaya tiga khalifah pertama,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Poonawala|1982}} sementara konflik mereka dengan Ali diminimalkan,{{Sfn|Jafri| 1979|p=45}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=78}} sejalan dengan kecenderungan Sunni untuk menunjukkan kerukunan antar sahabat.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=78}}{{Sfn|Lucas|2004|p=255-84}}{{Sfn|Soufi|1997|p=120}} Sebagai [[Khulafaur Rasyidin|khalifah Rasyidin]] keempat dan terakhir, Ali memiliki status yang sangat tinggi dalam Islam Sunni, meskipun penghormatan doktrinal terhadap Ali ini merupakan perkembangan terkini, yang mungkin dimulai oleh ahli tradisi Sunni terkemuka, [[Ahmad bin Hanbal]].{{Sfn|Gleave|2008}} Hierarki tradisional Sunni menempatkan Ali di bawah ketiga pendahulunya dan di atas mereka yang berperang melawannya.{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Crone|2005|p=135}}{{Sfn|Rauf|2007|p= 201}} Meskipun begitu, masih terdapat penafsiran ulang mengenai ucapan-ucapan kenabian yang secara eksplisit meninggikan Ali di atas semua sahabat.{{Sfn|Gleave|2008}}
==== Dalam Islam Syiah ====
{{Main|Pandangan Syiah terhadap Ali}}
[[File:Shi'i_talismanic_piece.jpg|thumb|Ali bersama putra-putranya, dalam seni [[karpet Persia|permadani Iran]] pada abad ke-19.]]
Ali menjadi perhatian utama dalam doktrin Islam Syiah:{{Sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Kata Arab ''Syīʿah'' adalah singkatan dari ''{{Transliteration|ar|Syīʿat}} ʿAlī'' ({{Lit|pengikut Ali}}),{{Sfn|Shomali|2003|p=14}} dan Syiah menambahkan namanya dalam {{Transliteration|ar|[[adzan]]}}.{{Sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Syiah menganggap Ali sebagai sahabat Muhammad yang paling utama.{{Sfn|Steigerwald|2004|p=36}}{{Sfn|Poonawala|2014|p=305}} Islam Syiah meyakini bahwa Ali adalah penerus sah Muhammad melalui penunjukan yang ditetapkan Tuhan,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Momen|1985|p=147}} yang pada dasarnya merujuk pada peristiwa Ghadir Khum.{{Sfn|Daftary|2015|p=172}} Ali dikatakan telah mewarisi otoritas politik dan agama Muhammad, bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai khalifah pada tahun 656.{{sfn|Gleave|2004}}{{sfn|Mavani|2013|pp=52, 53}} Secara khusus, para pendahulu Ali dianggap sebagai penguasa tidak sah dan perampas hak-haknya.{{Sfn|Poonawala|1982}} Ikatan kesetiaan yang menyeluruh antara Muslim Syiah dan para imam mereka (serta Muhammad dalam kapasitasnya sebagai nabi dan imam) dikenal sebagai {{Transl|ar|walayah}}.{{Sfn|Haider|2014|p=34}} Ali juga dianggap diberkahi dengan keistimewaan [[syafa'at]] pada [[Yaumulkiamah|Hari Penghakiman]].{{sfn|Gleave|2008}} Awalnya, beberapa penganut Syiah bahkan mengaitkan keilahian dengan Ali,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Steigerwald|2004|p=36}} namun dikatakan bahwa pandangan ekstrem seperti itu secara perlahan dicabut dari ajaran Syiah.{{Sfn|Momen|1985|pp=67{{ndash}}68}}
Dalam kepercayaan Syiah, Ali juga mewarisi ilmu esoterik Muhammad,{{Sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{Sfn|Steigerwald|2004|p=37}} misalnya, berdasarkan hadis kenabian, "Aku [Muhammad] adalah kota ilmu pengetahuan, dan Ali adalah pintu gerbangnya."{{Sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Ali dengan demikian dianggap, sebagai penafsir Al-Qur'an dan satu-satunya sumber otoritatif dari ajaran-ajaran (esoteriknya) setelah Muhammad.{{Sfn|Daftary|2015|p=172}} Berbeda dengan Muhammad, Ali diperkirakan tidak menerima [[Wahyu|wahyu ilahi]] ({{Transl|ar|wahy}}), meskipun ia mungkin dibimbing oleh inspirasi ilahi ({{Transl|ar|ilham}}).{{sfn|Gleave|2004}}{{sfn|Mavani|2013|pp=52{{ndash}}53}} Ayat {{Qref|21|73}} terkadang dikutip dalam konteks ini, "Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah."{{sfn|Tabatabai|1975|pp=186–189}} Muslim Syiah juga mempercayai [[Ismah|infalibilitas]] Ali, yaitu bahwa Ali dilidungi secara ilahi dari dosa, seperti halnya Muhammad.{{sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Haider|2014|p=42}} Dalam konteks ini, [[ayat Penyucian]] terkadang dikutip.{{sfn|Mavani|2013|p=68}}{{Sfn|Momen|1985|p=155}} Oleh karena itu, [[Sunnah|kata-kata dan perbuatan]] Ali dianggap sebagai model bagi komunitas Syiah dan sumber perintah agama mereka.{{sfn|Momen|1985|p=174}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015a|p=38}}
==== Dalam Alawiyah ====
Kaum [[Alawiyah]] menghormati Ali, Imam pertama dari Dua Belas Imam, sebagai manifestasi fisik Tuhan.{{Sfn|Nisan|2002|p=116}}{{Sfn|Cosman|Jones|2009|p=407}} Bahkan ''[[syahadat]]'' kaum Alawi diterjemahkan sebagai "Tidak ada Tuhan selain Ali".{{Sfn|Atwan|2015|p=58}} Tritunggal Alawi menyatakan bahwa Tuhan terdiri dari tiga manifestasi berbeda, ''Maʿna'' (arti), ''Ism'' (nama) dan ''Bab'' (pintu); yang bersama-sama membentuk “trinitas yang tak terpisahkan”. ''Maʿna'' melambangkan "sumber dan makna segala sesuatu" dalam mitologi Alawiyah. Menurut doktrin Alawi, ''Maʿna'' melahirkan ''Ism'', yang kemudian membangun ''Bab''. Keyakinan ini terkait erat dengan doktrin Alawi tentang reinkarnasi trinitas.{{Sfn|Ismail|2016|p=67}}{{Sfn|Moosa|1987|p=311–312}} Trinitas terakhir [[reinkarnasi]] dalam trinitas Alawi terdiri dari Ali (''Maʿna''), Muhammad (''Ism'') dan [[Salman al-Farisi]] (''Bab''). Kaum Alawi masing-masing menggambarkannya sebagai langit, matahari, dan bulan. Kaum Alawi mendewakan Ali sebagai "manifestasi Tuhan yang terakhir dan tertinggi" yang membangun alam semesta, mengaitkannya dengan keunggulan ilahi, dan percaya bahwa Ali menciptakan Muhammad dan memberinya misi untuk menyebarkan ajaran Al-Qur'an di bumi.{{Sfn|Moosa|1987|p=312}}{{Sfn|Esposito|Moosa|1995|p=64}}{{Sfn|Ismail|2016|p=67}}{{Sfn|Nisan|2002|p=115, 117}}
=== Dalam agama laim ===
Dalam kepercayaan [[Druze]], Ali dianggap sebagai "nabi kecil", seperti [[Plato]] dan [[Sokrates]].<ref>[https://rpl.hds.harvard.edu/faq/druze-syria "Druze in Syria"]. ''Harvard Divinity School''. [[Harvard University Press]]. Archived from [http://web.archive.org/web/20230920161333/https://rpl.hds.harvard.edu/faq/druze-syria the original] on 9 December 2023. Retrieved 9 December 2023.</ref> Meskipun kepercayaan ini awalnya berkembang dari Syiah [[Isma'iliyah]], Druze bukanlah Muslim,{{Sfn|Jacobs|2014|p=193}}{{Sfn|McLaurin| 1979|p=114}} dan tidak menerima [[Rukun Islam|Lima Rukun Islam]].{{Sfn|McLaurin|1979|p=114}} Menurut keyakinan [[Yarsanisme]], sebuah agama yang didirikan oleh mistikus [[orang Kurdi|Kurdi]], [[Sultan Sahak]], Ali dianggap sebagai inkarnasi Tuhan,{{Sfn|Algar|1994|p=513}} dan lebih unggul dari Muhammad,{{Sfn|Algar|1994|p=513}} tetapi penggambaran mereka terhadap Ali dianggap sebagai penggambaran dari sekte [[Ghulat]] yang ditolak dalam Islam pada umumnya.{{Sfn|Algar|1994|p=513}}
== Warisan ==
=== Kontribusi terhadap ilmu-ilmu Islam ===
{{Main article|Kontribusi Ali terhadap ilmu-ilmu Islam}}
Pembacaan standar Al-Qur'an telah ditelusuri kembali ke Ali,{{Sfn|Modarressi|2003|p=3}}{{sfn|Hulmes|2008|p=45}}{{Sfn|Momen|1985|p=25}} dan warisan tertulisnya dipenuhi dengan topik seputar [[tafsir Al-Qur'an]].{{Sfn|Pakatchi|2015}} [[Ibnu Abbas]], seorang penafsir awal terkemuka, memuji Ali atas interpretasinya terhadap Al-Qur'an.{{Sfn|Lalani|2006|p=28}} Ali juga meriwayatkan beberapa ratus hadis kenabian.{{Sfn|Pakatchi|2015}} Ia selanjutnya dianggap sebagai orang pertama yang melakukan evaluasi sistematis hadis, dan sering dianggap sebagai tokoh pendiri ilmu hadis.{{Sfn|Pakatchi|2015}} Ali juga dianggap oleh sebagian orang sebagai pendiri [[Kalam|Teologi Islam]], dan perkataannya dianggap mengandung bukti rasional pertama dari [[Tauhid|keesaan Tuhan]] ({{Transl|ar|Tauhid}}) di Islam.{{sfn|Nasr|2006|p=|pp=2, 120}}{{sfn|Shah-Kazemi|2014}} Dalam [[Filsafat Islam]] kemudian, perkataan dan khotbah Ali ditelaah lebih dalam dengan tujuan untuk mencari pengetahuan metafisik darinya.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Secara khusus, {{Transl|ar|Nahjul Balaghah}} merupakan sumber penting bagi doktrin filosofis Syiah, setelah Al-Qur'an dan Sunnah.{{Sfn|Corbin|2006|pp=35{{ndash}}36}} Sebagai seorang Imam Syiah, pernyataan dan praktik yang dikaitkan dengan Ali dipelajari secara luas dalam Islam Syiah, yang dipandang sebagai kelanjutan dari ajaran kenabian.{{Sfn|Pakatchi|2015}}
===Karya===
[[File:Folio from a Nahj al-Balagha.gif|thumb|Folio dari naskah kuno {{Transl|ar|Nahjul Balaghah}}, sekitar tahun 1150 M.]]
Sebagian besar karya yang dikaitkan dengan Ali pertama kali disampaikan sebagai pidato dan kemudian dijadikan tulisan oleh orang lain. Ada juga kumpulan doa, seperti ''[[Du'a Kumail]]'', yang mungkin telah dia ajarkan kepada orang lain.{{sfn|Gleave|2008}}
===={{Transliteration|ar|Nahjul Balaghah}}====
{{Main|Nahjul Balaghah}}
{{Transliteration|ar|Nahjul Balaghah}} ({{Lit|jalan kefasihan}}) adalah kumpulan khotbah, surat, dan ucapan abad kesebelas, semuanya dikaitkan dengan Ali, yang disusun oleh [[Sharif al-Radi]], seorang ulama Syiah Dua Belas Imam terkemuka.{{sfn|Thomas|2008}}{{Sfn|Esposito|2003|p=227}} Karena isinya yang terkadang sensitif, keaslian {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} telah lama menjadi perdebatan polemik. Namun, dengan menelusuri isinya dari sumber-sumber sebelumnya, penelitian akademis terbaru telah menghubungkan sebagian besar isi {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} kepada Ali.{{sfn|Shah-Kazemi|2006}}{{sfn|Djebli|2012}} Buku tersebut, khususnya surat [[Risalah Ali bin Abi Thalib kepada Malik al-Asytar|instruksi]] yang ditujukan kepada Malik al-Asytar,{{sfn|Gleave|2008}} telah berfungsi sebagai landasan ideologis bagi pemerintahan Islam, terutama Islam Syiah.{{sfn|Esposito|2003|p=227}} Buku ini juga memuat pembahasan rinci tentang tanggung jawab sosial, dengan menekankan bahwa tanggung jawab yang lebih besar menghasilkan hak yang lebih besar.{{sfn|Esposito|2003|p=227}} {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} juga memuat materi sensitif, seperti kritik tajam terhadap para pendahulu Ali dalam [[khotbah Syaqsyaqiyah]],{{sfn|Gleave|2008}} dan ketidaksetujuan terhadap Aisyah, Thalhah, dan Zubair yang memberontak terhadap Ali.{{sfn|Thomas|2008}}{{Sfn|Dakake|2007|p=225}} Dipuji sebagai contoh elokuensi Arab yang paling fasih,{{Sfn|Gleave|2008}} {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} telah mempengaruhi sastra dan retorika Arab secara signifikan.{{Sfn|Shah-Kazemi|2006}} Banyak komentar telah ditulis mengenai kitab ini, termasuk karya komprehensif dari ulama [[Mu'tazilah]], [[Ibnu Abil Hadid]].{{sfn|Gleave|2008}}
==== ''{{Transliteration|ar|Ghurar al-Hikam}}'' ====
[[File:Ghurar_al-Hikam_wa_Durar_al-Kalim.jpg|thumb|343x343px|Folio dari naskah kuno {{Transl|ar|Ghurar al-Hikam}}]]
{{Transliteration|ar|[[Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim]]}} ({{Literal translation|Nasihat luhur dan kata mutiara}}) disusun oleh Abdul Wahid al-Amidi, yang dikatakan merupakan ahli hukum [[mazhab Syafi'i|Syafiʽi]], atau menurut pendapat lain, ulama Syiah Dua Belas Imam. Buku tersebut berisi ribuan ucapan singkat Ali tentang ketakwaan dan etika.{{sfn|Shah-Kazemi|2007|p=4}}{{sfn|Gleave|2008}} Kata-kata mutiara dan karya-karya lain yang dikaitkan dengan Ali telah banyak mempengaruhi [[Sufisme|mistisisme Islam]].{{Sfn|Jozi|Shah-Kazemi|2015}}
====Mushaf Ali====
{{
[[File:The Mushaf of Imam Ali.jpg|thumb|Tiga ayat pertama dari [[Surah Al-Buruj|Surah al-Buruj]] (85:1–3) yang merupakan bagian dari folio Mushaf Ali di perpustakaan [[Makam Imam Ali|Kuil Imam Ali]], [[Najaf]], Irak.]]
Mushaf Ali adalah resensi Al-Qur'an yang disusun oleh Ali, yang merupakan salah satu juru tulis pertamanya.{{sfn|Modarressi|2003|p=2}} Menurut beberapa catatan Syiah, kodeks ({{Transl|ar|[[mushaf]]}}) yang disusun oleh Ali ini ditolak untuk digunakan secara resmi selama krisis suksesi.{{Sfn|Modarressi|1993|p=13}} Beberapa tradisi Syiah awal juga menunjukkan perbedaan dengan standar [[Sejarah Al-Qur'an#Kanonisasi Al-Qur'an|Kodeks Utsmaniyah]],{{Sfn|Amir-Moezzi|2009|p=24}} meskipun Syiah saat ini berpandangan bahwa resensi Ali cocok dengan kodeks Utsmaniyah, kecuali urutan isinya.{{Sfn|Momen|1985|p=|pp=77, 81}} Kodeks Ali dikatakan berada dalam kepemilikan [[Muhammad al-Mahdi]], yang akan mengungkapkan kodeks tersebut (dan komentar resminya oleh Ali) ketika dia muncul kembali.{{Sfn|Amir-Moezzi|1994|p=89}}{{Sfn|Amir-Moezzi|1998}}
==== ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' ====
{{Main|Kitab Ali}}
{{Transliteration|ar|Kitab Ali}} adalah kumpulan ucapan kenabian yang dikumpulkan oleh Ali. Buku tersebut mungkin membahas masalah [[halal|{{transl|ar|Halal}}]] dan [[haram|{{transl|ar|Haram}}]], termasuk rincian hukum pidananya. ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' juga sering dikaitkan dengan {{Transl|ar|[[al-Jafr (buku)|al-Jafr]]}}, yang konon mengandung ajaran esoteris Muhammad untuk keluarganya.{{sfn|Esposito|2003|pp=175–176}}{{sfn|Modarressi|2003|p=5}} Copies of ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' kemungkinan besar tersedia hingga awal abad kedelapan, dan sebagian darinya masih bertahan dalam karya-karya Syiah dan Sunni selanjutnya.{{Sfn|Pakatchi|2015}}
===Karya lainnya===
{{Transliteration|ar|[[Du'a Kumail]]}} adalah kumpulan doa Syiah populer yang dikaitkan dengan Ali, yang disampaikan oleh temannya, [[Kumail bin Ziyad]].{{sfn|Gleave|2008}} Karya lain yang dikaitkan dengan Ali adalah {{Transl|ar|Kitab al-Diyat}} yang berisi tentang hukum Islam dan dikutip lengkap dalam kumpulan hadis Syiah {{Transl|ar|[[Man La Yahduruhu al-Faqih]]}}.{{sfn|Modarressi|2003|pp=12–13}} Keputusan hukum dan perintah eksekutif Ali pada masa kekhalifahannya juga telah dicatat.{{sfn|Modarressi|2003|p=17}} Karya-karya lain yang masih ada yang dikaitkan dengan Ali dikumpulkan dalam {{Transl|ar|[[Kitab al-Kafi]]}} dan sumber Syiah lainnya.{{sfn|Gleave|2008}}
===Historiografi===
{{See also|Historiografi Islam awal}}
Banyak yang telah ditulis tentang Ali dalam literatur Islam, nomor dua setelah Muhammad.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Namun, banyak dari materi ini diwarnai oleh bias positif atau negatif terhadap Ali.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} [[sumber primer|Sumber utama]] tentang Ali adalah Alquran, hadis, dan [[Historiografi Islam awal|karya Islam awal]] lainnya,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} yang paling terkenal adalah ''[[Kitab Sulaim bin Qais]]'' yang dikaitkan dengan sahabat Ali.{{sfn|Clarke|2005|p=59}} Karya-karya seperti itu pada awalnya cukup langka, namun hal ini berubah dengan diperkenalkannya kertas yang terjangkau pada periode Abbasiyah. Misalnya, setidaknya dua puluh satu monografi disusun tentang Pertempuran Siffin antara tahun 750 dan 950, tiga belas di antaranya ditulis oleh sejarawan awal [[Abu Mikhnaf]]. Sebagian besar monografi ini tidak ada kecuali melalui kutipan-kutipan pada koleksi-koleksi selanjutnya, seperti {{Transliteration|ar|[[Tarikh ath-Thabari]]}}.{{sfn|Robinson|2003|pp=27, 28, 34}} Selain banyak karya yang ditulis oleh umat Islam, [[sumber sekunder]] tentang Ali mencakup tulisan-tulisan [[Kristen Arab]], [[Hindu]], dan juga karya-karya sarjana Barat.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Ketika menulis tentang Ali, para cendekiawan Barat awal sering menganggap laporan-laporan yang dikumpulkan pada periode-periode selanjutnya adalah laporan palsu karena para penulisnya sering mengemukakan pandangan-pandangan partisan Sunni atau Syiah mereka sendiri. Misalnya, [[Leone Caetani|L. Caetani]] sering menolak laporan sejarah yang dikaitkan dengan Ibnu Abbas yang pro-Ali dan Aisyah yang anti-Ali. Caetani malah lebih memilih catatan yang dilaporkan tanpa [[isnad|{{transliterasi|ar|isnad}}]] oleh sejarawan awal seperti [[Ibnu Ishaq]]. Sebaliknya, [[Wilferd Madelung|W. Madelung]] berpendapat bahwa tendensiusnya sebuah laporan tidak berarti laporan tersebut dibuat-buat. Madelung malah menganjurkan otentikasi laporan sejarah berdasarkan kesesuaiannya dengan peristiwa dan tokoh lain.{{sfn|Madelung|1997|pp=xi, 19, 20}}
== Lihat pula ==
Baris 391 ⟶ 422:
*{{cite encyclopedia |last=Gibb |first=H.A.R. |date=1986 |title=Amīr al-Muʾminīn |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]], second Edition |publisher=[[Brill Publishers]] |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/amir-al-muminin-SIM_0617|ref={{sfnref|Gibb|1986}}}}
*{{cite encyclopedia |last=Gleave |first=Robert M. |date=2008 |title=Ali ibn Abi Talib |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]] |edition=third |access-date=29 March 2013 |publisher=[[Brill Publishers]] |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-3/ali-b-abi-talib-COM_26324 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130402034949/http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-3/ali-b-abi-talib-COM_26324 |archive-date=2 April 2013 |url-status=live|ref={{sfnref|Gleave|2008}}}}
*{{cite encyclopedia |author-last=Huart |author-first=Cl. |date=
*
*{{cite encyclopedia |last=Jones |first=Linda G. |date=2009 |title=Ali ibn Abi Talib (ca. 597-661) |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]] |editor-last=Campo |editor-first=Juan Eduardo |publisher=Infobase Publishing |isbn=9781438126968 |pages=33, 34|ref={{sfnref|Jones|2009}}}}
* {{cite encyclopedia|author-last=Lecker|author-first= M.|title=Ṣiffīn| encyclopedia= Encyclopaedia of Islam|edition= Second|editor1-first= P.|editor1-last= Bearman|editor2-first= Th.|editor2-last= Bianquis|editor3-first= C.E.|editor3-last= Bosworth|editor4-first= E.|editor4-last= van Donzel|editor5-first= W.P.|editor5-last= Heinrichs|url=http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_SIM_7018|year= 2012|doi= 10.1163/1573-3912_islam_SIM_7018|isbn=9789004161214|ref={{sfnref|Lecker|2012}}}}
Baris 529 ⟶ 560:
[[Kategori:Ahlul Bait]]
[[Kategori:Bani Hasyim]]
[[Kategori:Imam
[[Kategori:Empat belas masum]]
[[Kategori:Dua Belas Imam]]
|