Hoegeng Iman Santoso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Firman.Nst (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(12 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| honorific-prefix =
| name = Hoegeng Iman Santoso
| image =Berkas: Police chief Hugeng Iman Santoso, Sekilas Lintas Kepolisian Republik Indonesia, p20.jpg
| imagesize = 200px
| caption =
| order = ke-5
| office = Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
| president = [[SoekarnoSoeharto]]
| term_start = 9 Mei 1968
| term_end = 2 Oktober 1971
Baris 15:
| office2 = Sekretaris Kabinet Indonesia
| order2 = ke-2
| president2 = [[SoehartoSoekarno]]
| term_start2 = 27 Maret 1966
| term_end2 = 25 Juli 1966
| predecessor2 = [[Djamin Ginting]]
| successor2 = [[Sudharmono]]
| office3 = Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia{{!}}Direktur Jenderal Imigrasi
| order3 = ke-4
| president3 = [[Soekarno]]
Baris 28:
| successor3 = Widikdo Soedikman
| birth_date = {{birth date|1921|10|14}}
| birth_place = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2004|7|14|1921|10|14}}
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| party =
| spouse = Meriyati "Merry" Roeslani
| children = 3
| relation relatives = [[Rudy{{hlist|Roos Wowor]]Mini Agoes Salim (menantukeponakan)<br>|[[Kasino Hadiwibowo(pelawak)|Kasino]] (Keponakankeponakan)}}
| residence =
| alma_mater =
| occupation =
| religion = [[Islam]]
| allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1944–1945)|{{flag|Indonesia}} (1945–1971)}}
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]
Baris 46 ⟶ 45:
}}
 
[[Jenderal Polisi]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Doktorandus|Drs.]] '''Hoegeng Iman Santoso'''<ref>{{Cite web|title=Pejabat Kapolri dari Masa ke Masa|url=https://polri.go.id/sejarah-kapolri|website=Website Resmi Polri|access-date=25 September 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Detail biodata Pejabat Menteri - Jenderal (Purn.) Dr. Hoegeng Imam Santoso|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=231&presiden_id=&presiden=|website=Kepustakaan Presiden Republik Indonesia|access-date=14 Oktober 2022}}</ref><ref>{{Cite book|last=Muradi|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/881367626|title=Politics and Governance in Indonesia : the Police in the Era of Reformasi.|publisher=Taylor & Francis|isbn=1-306-86105-5|pages=185|oclc=881367626|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=van Dijk|first=C. (Kees)|date=2021|url=https://www.worldcat.org/oclc/1276859752|title=A Country in Despair Indonesia Between 1997 And 2000.|location=Boston|publisher=Brill|isbn=978-90-04-43487-5|pages=197|oclc=1276859752|url-status=live}}</ref> ({{lahirmati|[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|14|10|1921|[[Jakarta]]|14|7|2004}}) adalah satu tokoh [[kepolisian]] [[Indonesia]] yang pernah menjabat sebagai [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] ke-5dari tahun 1968 hingga 1971. Hoegeng terkenalsecara historis dikenal sebagai pejabat polisi yang paling berani dan [[jujur]] di Indonesianegara oleh [[media]] dan [[masyarakat]]. Hoegeng hidupini, pada era di manasaat banyakmayoritas pejabat pemerintah yang [[korupsi|korup]]. [[AbdurrahmanBeliau Wahid|Gusterkenal Dur]],karena mantantindakan [[presidendan Indonesia]]upayanya pernahyang memujiterus kejujuranmenerus Hoegeng,dalam beliaumemberantas mengatakankorupsi bahwadan ''“hanyapermainan adakekuasaan 3dalam polisikepolisian jujurIndonesia diserta negaramendorong ini:peradilan polisipidana tidur, patung polisi, danyang Hoegeng”''setara. Hoegeng adalahmerupakan salah satu orangKepala tersingkatKepolisian yangRepublik mengepalaiIndonesia badandengan kepolisianmasa nasional Indonesia dari tahunjabatan 1968–1971terpendek.
Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan [[Petisi 50]]. Namanya kini diabadikan sebagai nama [[Rumah Sakit Bhayangkara]] di [[Mamuju]], [[Sulawesi Barat]] dengan nama Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso dan namanya juga diabadikan sebagai nama stadion sepak bola di [[Kota Pekalongan]] dengan nama [[Stadion Jenderal Hoegeng]].<!--Hoegeng dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana dan luar biasa jujur, namun demikian oleh sebagian kalangan ia dianggap seorang yang tidak memiliki prestasi yang signifikan dalam memimpin kepolisian karena tiada keberanian untuk bertindak tegas ke dalam internal kepolisian, sehingga pada masa jabatannya sebagai Kapolri terjadi dua kasus akbar yang melahirkan rekayasa berujung pada peradilan sesat guna melindungi para anak pejabat yang terlibat kejahatan.
Yang pertama yaitu peristiwa pemerkosaan seorang penjual telur ;Sum Kuning, pada tanggal 18 September 1970, oleh anak-anak pejabat di [[Yogyakarta]], namun kemudian direkayasa oleh penyidik polisi seolah-olah laporan palsu sehingga Sum Kuninglah yang kemudian dituntut hukuman oleh jaksa, lalu kemudian direkayasa sekali lagi dengan memunculkan seorang tukang bakso yang dipaksa untuk mengaku sebagai pelakunya. Disinyalir kuat bahwa pelaku utama pemerkosaan tersebut adalah KPH Anglingkusumo (yang di kemudian hari pada tahun 2012 mengangkat dirinya sendiri sebagai "KGPAA Paku Alam IX tandingan" sebagai rival KGPAA Paku Alam yang asli.).
Kemudian peristiwa kedua adalah ditembak matinya Rene Louis Conrad ; seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung oleh para taruna AKABRI Kepolisian pada 6 Oktober 1970 seusai pertandingan olahraga antara ITB dengan AKABRI Kepolisian ; namun kemudian guna melindungi para taruna AKABRI Kepolisian tersebut yang notabene merupakan putera-putera pejabat (diantaranya terdapat nama taruna Nugroho Djajusman yang di kemudian hari berhasil menjadi jenderal polisi dan dikenal sangat dekat dengan tokoh-tokoh Front Pembela Islam / FPI) maka dibuat rekayasa ; dikorbankan seorang bintara Brimob (Djani Maman Surjaman) yang justru sedang bertugas jaga di lapangan dan berusaha melerai pertikaian namun malah dituduh seolah-olah melakukan penembakan itu (pada persidangan Djani Maman Surjaman, ia dibela oleh advokat Adnan Buyung Nasution yang mengemukakan sama sekali tiada ada bukti apapun bahwa ia bersalah, orang tua almarhum Rene Louis Conrad dan seluruh civitas academica ITB juga sebulatnya yakin bahwa bukan ia yang melakukan penembakan, namun karena hal tersebut merupakan rekayasa yang berpusat pada tokoh-tokoh penting di kepolisian, Djani Maman Surjaman divonis penjara 5 tahun 8 bulan.). Pada pengusutan peristiwa penembakan Rene Louis Conrad itu,tidak ada pengujian balistik yang berusaha menguji kebenaran materil tentang dari senjata mana asal proyektil yang menewaskan itu, padahal para taruna AKABRI Kepolisian itu terbukti membawa senjata api ketika peristiwa terjadi. Setelah ditembak mati, jenazah Rene Louis Conrad dibawa pergi oleh para taruna AKABRI Kepolisian dan kemudian diletakkan dengan begitu saja dalam sebuah ruangan di kantor polisi di Jalan Merdeka, Bandung. Kedua peristiwa ini merupakan catatan hitam rekayasa kasus ketika Hoegeng menjadi Kapolri.-->
 
== Biografi ==
Baris 94 ⟶ 88:
 
== Meninggal dunia ==
Hoegeng wafat di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2004<ref>{{Cite book|last=Hendrowinoto|first=Nurinwa Ki S.|last2=Penulis|first2=Tim|date=2007|title=Ensiklopedi Kapolri: Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso|location=Jakarta|publisher=Panitia Penulisan Ensiklopedi Kapolri|isbn=978-979-16296-0-7|editor-last=Bahasa|editor-first=Tim Penyunting|pages=31-32|url-status=live}}</ref> dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
 
== Penghargaan ==