Sultan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengubahan deskripsi & penyuntingan sederhana. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Mengganti Gentile_Bellini_003.jpg dengan Bellini,_Gentile_-_Sultan_Mehmet_II.jpg (berkas dipindahkan oleh CommonsDelinker; alasan: File renamed: 2). |
||
(9 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Bellini, Gentile
'''Sultan''' ([[bahasa Arab]]: سلطان, ''sulṭān'') adalah gelar dalam [[Dunia Islam|dunia Muslim]] yang digunakan untuk merujuk berbagai kedudukan yang beragam dalam sepanjang sejarah penggunaannya. Seringnya, Sultan digunakan untuk kedudukan yang mengacu pada [[kepala monarki]] Muslim yang berkuasa atas sebuah negara/ wilayah Islam.
Di masa modern, gelar Sultan kerap disamakan dengan [[khalifah]]. Padahal, terdapat beberapa perbedaan mendasar atas kedua gelar ini. Khalifah merupakan gelar untuk pemimpin seluruh umat Islam (terlepas sebagai pemimpin secara hierarkis atau sekadar simbolis — dikuatkan secara adat-tradisi keislaman & bernuansa sakral). Sementara Sultan, secara makna hanyalah penguasa dari sebuah negara/ wilayah Muslim di tempat ia bertahta saja. Sehingga seorang Sultan bukanlah pemimpin umat Muslim yang tidak berada di wilayah kekuasaannya & kepemimpinannya bersifat pluralis — menerima semua corak warna islam beserta agama selainnya.
Gelar Sultan juga kerap disamakan dengan [[Raja (gelar)|raja]] (ملك, ''malik''). Meski sama-sama merujuk kepada kepala monarki islam, sultan memiliki konotasi agama Islam yang lebih dominan di dalamnya. Dan secara umum tidak dijumpai Sultan yang beragama selain Islam. Sehingga kedua gelar tersebut memanglah tidak dapat disamakan. Dalam penggunaannya di dunia internasional, biasanya sultan tidak dialih bahasakan menjadi 'raja'. Dalam berbagai bahasa setempat di seluruh belahan dunia, Sultan tetap ditulis Sultan — diserap apa-adanya.
Baris 12 ⟶ 14:
Pada awalnya, sultan merupakan [[Nomina|kata benda]] yang berarti "kekuatan", "kewenangan", atau "kepemimpinan", diturunkan dari kata kerja ''sulṭah'' (سلطة) yang bermakna "wewenang" atau "kuasa". Wilayah kekuasaan sultan disebut kesultanan (سلطنة, ''salṭanah''). Dalam bahasa Ibrani, ''shilton'' atau ''shaltan'' ([[bahasa Ibrani]]: שלטן) berarti "wilayah kekuasaan" atau "rezim".
Bentuk wanita dari gelar sultan adalah sultanah dan dapat digunakan untuk merujuk pada sultan wanita atau istri dari sultan pria. Hal tersebut pula sering dikaitkan bahwa seorang raja wanita adalah aset kesultanan, karena sultanah sendiri juga bermakna kesultanan.
== Kepala negara ==
Baris 29 ⟶ 31:
[[Malaysia]] merupakan sebuah negara monarki konstitusional yang terdiri dari [[Negara bagian dan wilayah persekutuan di Malaysia|tiga belas negara bagian]]. Beberapa kepala negara bagian ini bergelar sultan, seperti [[Johor]], [[Kedah]], dan [[Kelantan]].
Di Indonesia, Sultan Abdurrahman (Hamengkubuwana) dari Yogyakarta berperan sebagai
=== Sultan di Indonesia ===
Di Indonesia, raja pertama yang diketahui menyandang gelar "Sultan" adalah [[Sultan Sulaiman]] (wafat 1211) dari [[Lamreh]] (kini
Di Jawa, raja pertama yang memakai gelar "Sultan" adalah [[Pangeran Ratu]] dari [[Kesultanan Banten|Banten]] (bertahta 1596—1651), yang mengambil nama tahta Sultan Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir tahun 1638.
Di Indonesia, gelar ini hingga kini masih digunakan (meski hanya bersifat seremonial — pengecualian untuk Yogyakarta) antara lain
* [[Keraton Kasepuhan|Sultan Kasepuhan]], [[Keraton Kanoman|Sultan Kanoman]] dan [[Keraton Kacirebonan|Sultan Kacirebonan]] di [[Cirebon]];
* [[Kesultanan Deli|Sultan Deli]] di [[Kota Medan|Medan]];
Baris 45 ⟶ 47:
* [[Kesultanan Ternate|Sultan Ternate]];
* [[Kesultanan Tidore|Sultan Tidore]];
* [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Sultan Yogyakarta]] saat ini
=== Wanita ===
|