Suku Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(95 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
| group = Aceh
|
| image = LINTO PHON.jpg
| caption = Anak lelaki Aceh dengan pakaian tradisional
| region1 = {{flag|Indonesia}}
| pop1
| region2 = {{flagicon|Malaysia}}
| pop2 = (640.000)<ref>{{Cite web|title=Warga Aceh di Malaysia Capai 640 Ribu Orang, 25 Ribu di Antaranya Sudah Punya Kedai|url=https://aceh.tribunnews.com/2018/02/21/warga-aceh-di-malaysiacapai-640-ribu-orang-25-ribu-diantaranya-sudah-punya-kedai|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2024-06-20}}</ref>
| langs = [[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
▲ |popplace = [[Indonesia]]: 3.404.000 (2010)<ref name="Ananta, Aris">[http://iussp.org/sites/default/files/event_call_for_papers/IUSSP%20Ethnicity%20Indonesia%20Poster%20Section%20G%202708%202013%20revised.pdf Changing Ethnic Composition: Indonesia, 2000-2010] halaman 14</ref> - 3.445.000 (2015)<ref>[https://joshuaproject.net/people_groups/10144/ID ''Acehnese in Indonesia'']. ©2016 Joshua Project. Diakses pada 8 Juli 2016.</ref><br>[[Malaysia]]: 80.000<ref>Fallon, Karla S. (2009). [https://circle.ubc.ca/bitstream/handle/2429/14845/ubc_2009_fall_fallon_karla.pdf?sequence=1 ''Making Noise: The Politics of Aceh and East Timor in the Diaspora''], University of British Columbia, Vancouver, hlm. 87.</ref>-500.000<ref>[http://bm.therakyatpost.com/sosial/2015/01/23/ukhuwah-rahsia-masyarakat-aceh-berjaya/ Ukhuwah, rahsia masyarakat Aceh berjaya]</ref>
| rels
| related = {{hlist|[[Suku Melayu|Melayu]] | [[Suku Cham|Cham]] | [[Suku Gayo|Gayo]] | [[Etnis Minangkabau|Minangkabau]]}}
}}
'''
Pada masa modern, etnis Aceh terkenal sebagai para [[pedagang]] yang ulung dan juga mayoritas etnis Aceh kini merupakan pemeluk agama [[Islam di Indonesia|Islam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}} Secara tradisional, etnis Aceh hidup secara matrilokal dan komunal, mereka tinggal di [[permukiman]] yang disebut ''[[gampong]]''. Masa keemasan peradaban etnis Aceh berpuncak pada masa sekitar abad ke-16 hingga abad ke-17, seiring dengan masa kejayaan [[Kesultanan Aceh Darussalam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}}
== Asal keturunan ==
Baris 28 ⟶ 22:
Bukti-bukti arkeologis terawal penghuni Aceh adalah dari masa pasca [[Plestosen]], di mana mereka tinggal di pantai timur Aceh (daerah [[Langsa]] dan [[Tamiang]]), dan menunjukkan ciri-ciri [[Ras Australoid|Australomelanesid]].{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=147}} Mereka terutama hidup dari hasil laut, terutama berbagai jenis kerang, serta hewan-hewan darat seperti babi dan badak.{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=148}} Mereka sudah memakai api dan menguburkan mayat dengan upacara tertentu.{{sfn|Poesponegoro|Notosusanto|2008|volume=1|pp=148}}
[[Berkas:Codice Casanatense Acehnese.jpg|300px|jmpl|kiri|Sebuah ilustrasi dari Portugis yang terdapat dalam buku [[w:en:Códice Casanatense|Códice Casanatense]] tahun 1540 yang menggambarkan orang Aceh. Inskripsi yang tertulis: "Orang-orang yang mendiami pulau Sumatra yang dikenal sebagai Orang Aceh, mereka adalah orang-orang kafir, sangat gemar perang yang bertempur dengan sumpit beracun; dari pulau Sumatra ini dikenal hasil [[cendana]], [[kemenyan]], dan banyak [[emas]] dan [[perak]], sungguh pulau ini sangatlah kaya."]]
Selanjutnya terjadi perpindahan suku-suku asli [[Suku Mante|Mantir]]{{sfn|Ion|Errington|1993|pp=61}} dan Lhan ([[Melayu Proto|proto Melayu]]), serta suku-suku [[Kerajaan Champa|Champa]], Melayu, dan [[Orang Minangkabau|Minang]] ([[Melayu Deutero|deutro Melayu]]) yang datang belakangan turut membentuk penduduk pribumi Aceh. Bangsa asing, terutama bangsa India selatan, serta sebagian kecil bangsa Arab, Persia, Turki, dan Portugis juga adalah komponen pembentuk suku Aceh. Posisi strategis Aceh di bagian utara [[pulau Sumatra]], selama beribu tahun telah menjadi tempat persinggahan dan percampuran berbagai suku bangsa, yaitu dalam jalur perdagangan laut dari [[Timur Tengah]] hingga ke [[Cina]].
===
[[Legenda]] rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh
Ketika [[Kerajaan Sriwijaya]] memasuki masa kemundurannya, diperkirakan sekelompok [[suku Melayu]] mulai berpindah ke tanah Aceh.<ref>{{Citation | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |first=Abdul Rani |last=Usman | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |url=http://books.google.co.id/books?id=szBwAAAAMAAJ&q=tamiang+sriwijaya&dq=tamiang+sriwijaya&hl=en&sa=X&ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&ved=0CFoQ6AEwCQ |publisher=Yayasan Obor Indonesia |year= 2003 |isbn=9789794614280 }}, hlm. 40.</ref> Di lembah [[sungai Tamiang]] yang subur mereka kemudian menetap, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan [[suku Tamiang]].<ref>{{Citation| first=Ismail |last=Suny | year=1980 | title=Bunga rampai tentang Aceh |url=http://books.google.co.id/books?ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&id=XsoLAAAAIAAJ&dq=tamiang+sriwijaya&focus=searchwithinvolume&q=Melayu | publisher=Bhratara Karya Aksara }}, hlm. 146.</ref> Setelah mereka ditaklukkan oleh [[Samudera Pasai|Kerajaan Samudera Pasai]] (1330), mulailah integrasi mereka ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan [[Bahasa Tamiang|dialek]] tetap terdapat kedekatan dengan budaya Melayu.
[[Suku Minang]] yang bermigrasi ke Aceh banyak yang menetap di sekitar [[Meulaboh]] dan lembah ''[[Krueng Seunagan]]''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Umumnya daerah subur ini mereka kelola sebagai persawahan basah dan kebun lada, serta sebagian lagi juga berdagang.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Penduduk campuran Aceh-Minang ini banyak pula terdapat di wilayah bagian selatan, yaitu di daerah sekitar [[Susoh, Aceh Barat Daya|Susoh]], [[Tapaktuan]], dan [[Labuhan Haji]]. Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun [[bahasa Aneuk Jamee]], yaitu dialek khusus mereka sendiri.
[[Berkas:Flag of the Aceh Sultanate.png|alt=|jmpl|252x252px|Bendera [[Kesultanan Aceh]]]]
Akibat politik ekspansi dan hubungan diplomatik [[Kesultanan Aceh Darussalam]] ke wilayah sekitarnya, maka suku Aceh juga bercampur dengan suku-suku
<!-- Masukkan info tentang migrasi Champa (Syah Pauling, Sulalatu Salatin), dan percampuran suku Aceh dengan Melayu, dan info suku-suku minoritas lainnya (Alas, Gayo, Kluet, Batak). (by Naval Scene)
-->
Baris 49 ⟶ 43:
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:25%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"''Sukèë Lhèë Reutōïh ban aneu' drang<br /> Sukèë Ja Sandang jra haleuba.<br /> Sukèë Ja Batèë na bachut-bachut;<br /> Sukèë Imeum Peuët nyang gō'-gō' dōnya.''" <p style="text-align: right;">— Puisi lisan (''hadih maja'') dalam<br /> ''De Atjeher'', [[Snouck Hurgronje]]''.{{sfn|Hurgronje|1984|pp=57}}</blockquote>
[[Bangsa Arab]] yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari [[Hadramaut]], [[Yaman]]. Di antara para pendatang tersebut terdapat antara lain marga-marga al-Aydrus, al-Habsyi, al-Attas, al-Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier, dan lain-lain, yang semuanya merupakan [[Marga Arab Hadramaut|marga-marga bangsa Arab asal Yaman]].<ref>Adan, Hasanuddin Yusuf (2006). ''[http://books.google.co.id/books?ei=GO6OU9WILs6dugTdxIGQAg&hl=id&id=EOBwAAAAMAAJ&dq=marga+arab+di+aceh&focus=searchwithinvolume&q=Bawazier Politik dan tamaddun Aceh]'', Adnin Foundation Aceh, ISBN 9789792594805. Hlm. 4.</ref> Mereka datang sebagai [[ulama]] penyebar agama [[Islam]] dan sebagai perdagang.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp=182}} Daerah Seunagan misalnya, hingga kini terkenal banyak memiliki ulama-ulama keturunan [[sayyid]], yang oleh masyarakat setempat dihormati dengan sebutan ''Teungku Jet ''atau ''Habib''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp=183}} di Seunagan banyak keturunan dari ulama besar Al Qutb Wujud Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Jailani yang dikenal dengan Habib Seunagan. Demikian pula, sebagian [[Daftar penguasa Aceh#Sultan-sultan Aceh Dinasti Syarif|Sultan Aceh]] adalah juga keturunan [[sayyid]].{{sfn|Hurgronje|1984|pp=47-48}} Keturunan mereka pada masa kini banyak yang sudah kawin campur dengan penduduk asli suku Aceh, dan menghilangkan nama marganya.
Terdapat pula keturunan bangsa [[Persia]] yang umumnya datang untuk menyebarkan agama dan berdagang,{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 182}} sedangkan bangsa [[Turki]] umumnya diundang datang untuk menjadi ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit, dan serdadu perang kerajaan Aceh.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 26-43}}{{sfn|Reid|2006|pp=56-57}} Saat ini keturunan bangsa Persia dan Turki kebanyakan tersebar di wilayah [[Aceh Besar]].{{fact}} Nama-nama warisan [[Persia]] dan [[Turki]] masih tetap digunakan oleh orang Aceh untuk menamai anak-anak mereka, bahkan sebutan ''Banda'' dalam nama kota [[Banda Aceh]] juga adalah kata serapan dari [[bahasa Persia]] (''Bandar'' artinya "pelabuhan").
=== Portugis ===
Keturunan bangsa [[Portugis]] terutama terdapat di wilayah Kuala Daya, Lam No (pesisir barat Aceh).<ref>{{cite web|url= https://lokadata.id/artikel/telusur-jejak-turunan-portugis-di-aceh|title= Telusur Jejak Turunan Portugis di Aceh|authors= Muammar Fikire, Muhajir Abdul Aziz|accessdate= 18 September 2020|archive-date= 2020-11-26|archive-url= https://web.archive.org/web/20201126172431/https://lokadata.id/artikel/telusur-jejak-turunan-portugis-di-aceh|dead-url= yes}}</ref> Pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan nakhoda Kapten Pinto, yang berlayar hendak menuju [[Malaka]], sempat singgah dan berdagang di wilayah Lam No, di mana sebagian di antara mereka lalu tinggal menetap di sana. Sejarah mencatat peristiwa ini terjadi antara tahun 1492-1511, pada saat itu Lam No di bawah kekuasaan kerajaan kecil Lam No, pimpinan Raja Meureuhom Daya. Hingga saat ini, masih dapat dilihat keturunan mereka yang masih memiliki profil wajah Eropa.
<!--
Di bagian penutup, masukkan tentang pencampuran suku Aceh diaspora, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ada dampak ga ya (riset dulu) dari sisi ekososbud antara diaspora tsb dng yg orang2 di NAD? (Naval Scene)
Baris 62 ⟶ 56:
=== Bahasa ===
:''Artikel utama: [[Bahasa Aceh]]''
[[Berkas:Peuta Narit Aceh.GIF|jmpl|
Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa [[Rumpun bahasa Chamik|Aceh-Chamik]], cabang dari rumpun bahasa [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]], cabang dari rumpun bahasa [[Austronesia]].{{sfn|Tyron|1995|pp=407-408}} Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh adalah bahasa [[bahasa Cham|Cham]], [[bahasa Roglai|Roglai]], [[bahasa Jarai|Jarai]], [[bahasa Rade|Rhade]], [[Chru]], [[Utset]] dan bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamik, yang dipertuturkan di [[Kamboja]], [[Vietnam]], dan [[Hainan]].{{sfn|Tyron|1995|pp=407-408}} Adanya kata-kata pinjaman dari bahasa [[Rumpun bahasa Mon-Khmer|bahasa Mon-Khmer]] menunjukkan kemungkinan nenek-moyang suku Aceh berdiam di Semenanjung Melayu atau Thailand selatan yang berbatasan dengan para penutur Mon-Khmer, sebelum bermigrasi ke Sumatra.{{sfn|Tyron|1995|pp=408-409}} Kosakata bahasa Aceh banyak diperkaya oleh serapan dari [[bahasa Sanskerta]] dan [[bahasa Arab]], yang terutama dalam bidang-bidang agama, hukum, pemerintahan, perang, seni, dan ilmu.{{sfn|Tyron|1995|pp=410}} Selama berabad-abad bahasa Aceh juga banyak menyerap dari [[bahasa Melayu]].{{sfn|Tyron|1995|pp=410}} [[Bahasa Melayu]] dan [[bahasa Minangkabau]] adalah kerabat bahasa Aceh-Chamik yang selanjutnya, yaitu sama-sama tergolong dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM IJzeren lemmet met een houten schede TMnr 501-4.jpg|jmpl|kiri|[[Rencong]], senjata tradisional orang Atjeh.]]
Sekelompok imigran berbahasa Chamik tersebut mulanya diduga hanya menguasai daerah yang kecil saja, yaitu pelabuhan Banda Aceh di Aceh Besar.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} [[Marco Polo]] (1292) menyatakan bahwa di Aceh saat itu terdapat 8 kerajaan-kerajaan kecil, yang masing-masing memiliki bahasanya sendiri.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} Perluasan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan pantai lainnya, terutama Pedir atau Pidie, Pasai, dan Daya, dan penyerapan penduduk secara perlahan selama 400 tahun, akhirnya membuat bahasa penduduk Banda Aceh ini menjadi dominan di daerah pesisir Aceh.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} Para penutur bahasa asli lainnya, kemudian juga terdesak ke pedalaman oleh para penutur berbahasa Aceh yang membuka perladangan.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}}
Baris 93 ⟶ 87:
{{main|Daftar makanan Aceh}}
[[Berkas:Mie Aceh.jpg|jmpl|Mie Aceh]]
Masakan Aceh terkenal banyak menggunakan kombinasi [[rempah-rempah]] sebagaimana yang biasa terdapat pada [[masakan India]] dan [[masakan Arab|Arab]], yaitu [[jahe]], [[merica]], [[ketumbar]], [[jintan]], [[cengkih]], [[kayu manis]], [[kapulaga]], dan [[adas]].<ref>{{Citation | first=Rosemary |last=Brissenden |url= http://books.google.co.id/books?id=AzIfdz0M0JEC&pg=PA69&dq=Acehnese+cuisine&hl=en&sa=X&ei=LxSXU7_4OIeSuATT54LICQ&ved=0CEkQuwUwBjgK#v=onepage&q=Aceh&f=false |title=Southeast Asian Food: Classic and Modern Dishes from Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Laos, Cambodia and Vietnam | publisher=Tuttle Publishing | year=2007 |isbn= 9780794604882 }}, hlm. 69.</ref> Berbagai macam makanan Aceh dimasak dengan bumbu [[gulai]] atau bumbu [[kari]] serta [[santan]], yang umumnya dikombinasikan dengan daging, seperti daging [[kerbau]], [[sapi]], [[kambing]], [[ikan]], dan [[ayam]].<ref>{{Citation | first= Patrick |last= Witton | title= World Food: Indonesia | url= http://books.google.co.id/books?id=WtiPHH2d8EAC&pg=PA163&dq=acehnese+curry&hl=en&sa=X&ei=HRuXU7DeMo7IuASdsoH4CA&ved=0CDEQ6AEwAg#v=onepage&q=acehnese%20curry&f=false | publisher=Lonely Planet | year= 2002 |isbn=9781740590099 }}, hlm. 163.</ref> Beberapa resep tertentu secara tradisional ada yang memakai [[ganja]] sebagai bumbu racikan penyedap; hal mana juga ditemui pada beberapa masakan Asia Tenggara lainnya seperti misalnya di [[Laos]],<ref>{{Citation | first=Alan | last=Davidson |title=The Penguin Companion to Food |url=http://books.google.co.id/books?ei=rxuXU8LnGsKGuASxrIAQ&id=J5DgAAAAMAAJ&dq=aceh+ganja+food&focus=searchwithinvolume&q=asanomi |publisher=Penguin Reference | year= 2002|isbn=9780142001639 }}, hlm. 452.</ref> namun kini bahan tersebut sudah tidak lagi dipakai.<ref>{{Cite news|authors=Ahmad Arif, Budi Suwarna, Aryo Wisanggeni Gentong|title=Inilah Rahasia Kelezatan Kari Aceh|url = http://travel.kompas.com/read/2013/04/02/08302087/Inilah.Rahasia.Kelezatan.Kari.Aceh|publisher=Kompas|date=2 April 2013|accessdate=16 Juni 2014|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made|work=[[Kompas.com]]}}</ref>
<!-- Mungkin bisa ditambahkan tentang asam sunti, plik'u, yg khas aceh dan cabai merah & cabai hijau yg hampir selalu ada di setiap masakan aceh. Naval Scene -->
Baris 119 ⟶ 113:
{{Col|3}}
* [[Timphan]]
* [[Keukarah]]
* [[Meuseukat]]
* [[Kanji Rumbi]]
* [[Pulôt]]
* [[Rujak Aceh]]
* Adèe
* [[Bhoi]]
{{end-col}}
== Tokoh ==
{{main|Daftar tokoh suku Aceh}}
* [[Sultan Malikussaleh]], sultan pertama [[Kesultanan Samudra Pasai]]
* [[Sultan Ali Mughayat Syah]], pendiri [[Kesultanan Aceh]]
* [[Laksamana Malahayati]], laksamana wanita pertama di dunia modern
* [[Sultan Iskandar Muda]], sultan Aceh terbesar
* [[Teungku Chik Di Tiro]], mujahid besar penghidup kembali perjuangan Aceh melawan Belanda
Baris 137 ⟶ 134:
* [[Cut Nyak Meutia]], pahlawan perempuan melawan Belanda
* [[Teungku Fakinah]], ulama perempuan dan pahlawan Aceh melawan Belanda
* Teuku Abdullah Paloh, Pimpinanan Kepolisian
* [[Daud
* [[Teuku Mohammad Hasan]], gubernur Sumatra pertama
* [[Teuku Nyak Arief]], gubernur pertama Aceh
* [[Hasan Tiro]], pendiri [[
* [[Ismail al-Asyi]], ulama besar Aceh
* [[Teuku Jacob]], bapak paleoantropologi Indonesia
* [[Teuku Markam]], pejuang kemerdekaan, pengusaha dan penyumbang 38
* [[Ibrahim Alfian]], sejarawan dan mantan dekan Fakultas Sastra, UGM
* [[P. Ramlee]], artis legenda Malaysia
* [[Tan Sri Sanusi Juned]], mantan menteri Malaysia
* [[Surya Paloh]], Pengusaha dan Politikus
== Lihat pula ==
* [[Aceh]]
== Referensi ==
Baris 161 ⟶ 156:
=== Bacaan lanjutan ===
{{refbegin|60em}}
* {{Citation | author=Alamsyah | year=2008 | title=
* {{Citation | year= 1995 | title= Comparative Austronesian Dictionary: An Introduction to Austronesian Studies, Part 1 | editor= Darrell T. Tryon | publisher= Walter de Gruyter |
* {{Citation |first1=Arndt |last1=
* {{Citation |first= C. Snouck |last= Hurgronje |
* {{Citation |
* {{Citation | first= Margaret J. | last= Kartomi | title= Musical Journeys in Sumatra | url= http://books.google.co.id/books?id=AIOw9oVyR-EC&pg=PA290&dq=traditional+acehnese+dances&hl=id&sa=X&ei=RQycU46FKM6MuATYh4GoDA&redir_esc=y#v=onepage&q=traditional%20acehnese%20dances&f=false | publisher= University of Illinois Press | year= 2012 | isbn= 9780252036712 }}
* {{Citation |first1= Sri |last1= Kuhnt-Saptodewo |first2= Volker |last2= Grabowsky |first3= Martin |last3= Grossheim |
* {{Citation |last=Minahan |first=James B. |
* {{Citation |
* {{Citation |
* {{Citation |
{{refend}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
<br />
[[Kategori:Suku Aceh| ]]
|