Lambang Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox emblem
|name = Lambang Sumatera Barat
Baris 42 ⟶ 41:
'''Lambang Sumatera Barat''', juga disebut '''Lambang Tuah Sakato'''<ref>{{Cite web|title=Arti Lambang Tuah Sakato|url=https://sumbarprov.go.id/home/news/340-arti-lambang-tuah-sakato.html|website=sumbarprov.go.id|language=|access-date=2023-05-11}}</ref> diadopsi pada tahun 1971 melalui Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 10 Tahun 1970.<ref>{{Cite web|title=Logo Lambang Daerah Provinsi Sumatera Barat - Sistem Informasi Kearsipan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bukittinggi|url=https://bukittinggikota.sikn.go.id/index.php/lambang-daerah-provinsi-sumatera-barat-2|website=bukittinggikota.sikn.go.id|access-date=2023-05-11}}</ref> Lambang ini berbentuk perisai segi lima, di dalamnya terdapat siluet [[Rumah Gadang]] dengan [[Arsitektur Minangkabau|atap gonjongnya]] dan atap masjid tradisional [[Minangkabau]] yang bertingkat tiga, bintang di kemuncak, gelombang air laut, dan semboyan daerah Tuah Sakato.
 
Sumatera Barat adalah rumah dan kampung halaman bagi [[Orang Minangkabau|masyarakat Minangkabau]] yang membentuk mayoritas penduduk provinsi. Atap masjid dan bangunan Rumah Gadang sebagai tempat musyawarah bersama menjadi ciri khas budaya setempat yang melambangkan masyarakat Sumatera Barat yang teguh memegang agama dan adat. Pada puncak atap masjid, terdapat bintang yang mengambil [[Lambang negara Indonesia#Perisai|simbol Ketuhanan Yang Maha Esa]] pada [[Pancasila]]. Gelombang air laut melambangkan dinamika masyarakat Minangkabau selaku suku asli Sumatera Barat. Semboyan Tuah Sakato bermakna kesepakatan untuk melaksanakan hasil musyawarah merupakan hal yang bertuah bagi masyarakat.
 
== Sejarah ==
Lambang ini diperkenalkan pada tahun 1971, atas saran [[doktor]] dan [[guru besar]] [[seni rupa]] [[Ibenzani Usman]].<ref>{{Cite book|last=Usman|first=Ibenzani|date=1985|url=https://www.google.co.id/books/edition/Seni_ukir_tradisional_pada_rumah_adat_Mi/n01KhUAUsqIC|title=Seni ukir tradisional pada rumah adat Minangkabau: teknik, pola dan fungsinya|publisher=Institut Teknologi Bandung|language=id}}</ref> Gagasan menampilkan atap gonjong dipengaruhi oleh berdirinya [[Rumah Bagonjong|Kantor Gubernur Sumatera Barat]]. Penggunaan identitas Minangkabau pada lambang ini dianggap sebagai bentuk pertahanan jati diri dan perlawanan terhadap tekanan Pemerintah Pusat setelah kota-kota di Sumatera Barat dibombardir sewaktu gejolak [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI).<ref>{{Cite book|last=Bahar|first=Saafroedin|url=https://www.google.co.id/books/edition/ETNIK_ELITE_DAN_INTEGRASI_NASIONAL/Tk1jDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Lambang+Sumatera+Barat&pg=PA327&printsec=frontcover|title=ETNIK, ELITE DAN INTEGRASI NASIONAL: MINANGKABAU 1945-1984 REPUBLIK INDONESIA 1985-2015|publisher=Gre Publishing|language=id|url-status=live}}</ref>
 
== Catatan ==