Van Heiden Tot Christen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Donovanpalu (bicara | kontrib) →Monangu Buaya: Perbaikan kesalahan ketik ''j'' Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(28 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Italic title}}
'''Buku " Van Heiden Tot Christen "<ref>'''Suku Bare'e''', ''[https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=12735&keywords=]", Diakses 28 Mei 2023.</ref> (''Keluar Dari Agama Suku Masuk Ke Agama Kristen'')''', Buku yang terbit tahun 1927 yang ditulis oleh [[Albertus Christiaan Kruyt]] dari [[Hindia Belanda|Belanda]], Buku ini berisi mengenai perjalanan [[Kekristenan di Sulawesi Tengah]] dalam diri seseorang dan melihat seberapa dalam kristen diri mereka.▼
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Leerlingen van een zendingsschool in Poso Celebes TMnr 10000810.jpg|thumb|Anak-anak para pendatang toraja to lampu membaur dengan suku bare'e mohammadisme di [[Watu Mpogaa|sekolah misi]] di poso-tojo]]
▲'''
Di wilayah Sulawesi bagian [[Kabupaten Poso|Poso]] dan [[Kabupaten Tojo Una-Una|Tojo]], dahulunya ada istilah Toraja diciptakan [[Hindia Belanda|Belanda]] untuk menamakan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen ; Alfouren) yang masih beragama Lamoa (Tuhan PueMpalaburu), tetapi masih sangat banyak juga [[Kerajaan Tojo|Suku Bare'e]] yang beragama Lamoa yang ikut [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] yang ber[[agama Islam]] (Mohammadisme) karena Suku Bare'e tersebut tidak cocok dengan gaya hidup orang [[Hindia Belanda|Belanda]] yang berkulit putih dan berambut kuning, dan Alfouren yang mau ikut [[Hindia Belanda|Belanda]] inilah yang disebut dengan istilah Toraja.▼
▲Di wilayah Sulawesi bagian [[Kabupaten Poso|Poso]] dan [[Kabupaten Tojo Una-Una|Tojo]], dahulunya ada istilah Toraja diciptakan [[Hindia Belanda|Belanda]] untuk menamakan [[
Alfouren yang diistilahkan [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan istilah ''Toradja'' tersebut harus meninggalkan kebiasaan dari suku lama mereka yaitu Suku Bare'e (''Bare'e-Stammen''), karena [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] telah banyak yang ber[[agama Islam]] sehingga bagi pihak [[Hindia Belanda|Belanda]] kemudian mengistilahkan "Van Heiden tot Christen"<ref>Van Heiden tot Christen, dari agama suku masuk agama kristen ''[https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=12735&keywords=]", Diakses 31 Mei 2023.</ref>▼
untuk penduduk asli suatu wilayah yang wilayahnya dinamakan Belanda dengan nama [[Grup Poso-Tojo]] yang memiliki nama lain Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare'e) dengan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] sebagai suku asli pemilik wilayah tersebut, dan istilah "Van Heiden tot Christen" sudah sangat dikenal di wilayah [[Grup Poso-Tojo]], dan orang Toradja (istilah bagi orang Bare'e yang bukan ber[[agama Islam]]) ini kemudian diberi makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan pengajaran [[Agama Kristen]].▼
▲Alfouren yang diistilahkan [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan istilah ''Toradja'' tersebut harus meninggalkan kebiasaan dari suku lama mereka yaitu Suku Bare'e (''Bare'e-Stammen''), karena [[
Beberapa puluh tahun setelah perilisan, buku ini dikutip oleh berbagai [[penulis]] dan [[peneliti]] seperti [[H.C. Raven]], [[Walter Kaudern]], [[John Sidel]], [[Greg Acciaioli]], [[David Henley (peneliti)|David Henley]], [[Lorraine Aragon]] dan masih banyak peneliti lain sebagai salah satu sumber rujukan dalam penulisan tentang [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] untuk studi mereka.▼
▲untuk penduduk asli suatu wilayah yang wilayahnya dinamakan Belanda dengan nama [[Grup Poso-Tojo]] yang memiliki nama lain Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare'e) dengan [[
▲Beberapa puluh tahun setelah perilisan, buku ini dikutip oleh berbagai [[penulis]] dan [[peneliti]] seperti [[H.C. Raven]], [[Walter Kaudern]], [[John Sidel]], [[Greg Acciaioli]], [[David Henley (peneliti)|David Henley]], [[Lorraine Aragon]] dan masih banyak peneliti lain sebagai salah satu sumber rujukan dalam penulisan tentang [[
{{sfn|Kaudern|1925|p=45}}{{sfn|Kaudern|1925|p=420}} {{sfn|Raven|1926|p=10}}
==Sejarah==
Tahun 1888 adalah awal gerakan misionaris di
Awal gerakan misionaris terjadi pada tahun 1888
Pada tahun 1892, NZG kemudian mengirimkan misionaris bernama [[Albertus Christiaan Kruyt]], yang ditempatkan di Wilayah [[Grup Poso-Tojo]], dan menemukan 3 batu yang tersisa yang ternyata bernama [[Watu Mpogaa]]<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebess jilid 1 halaman 6, ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 28 Mei 2023.''</ref> dibekas sisa Desa Pamona di tepi [[Danau Poso]] (Rano Poso/ To Rano).
Suku Bare'e atau bahasa Belandanya BARE'E-STAMMEN (De Bare'e-Sprekende jilid 1 halaman 119)<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes jilid 1 halaman 119, ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 28 Mei 2023.''</ref> yang pada waktu itu sudah banyak yang ber[[agama Islam]] yang disebut [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan nama Mohammadisme, dan sebagian kecil [[Kabupaten Poso|Orang Poso]] masih beragama [[Lamoa]] (Langit), cara [[Hindia Belanda|Belanda]] mengidentifikasikan
(Bare'e-Stammen) merupakan Suku Asli di wilayah [[Grup Poso-Tojo]].
Kemudian orang-orang yang berpenampilan seperti
Setelah mempelajari Watu Mpoga'a<ref>DATA CAGAR BUDAYA DI SULAWESI TENGAH (per Des 2014) ''[http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/data-cagar-budaya-di-sulawesi-tengah-per-des-2014/]", Diakses 28 Mei 2023.''</ref>,
==Keagamaan==
Pada zaman penjajahan, [[Hindia Belanda]] melarang semua bentuk kepercayaan [[Lamoa]] yang bertuhan kepada Puempalaburu, dan membebaskan budaya dan adat yang tidak berhubungan dengan kepercayaan lama seperti [[Tari Moraego]], Tari Mokayori (Kerajaan Tojo), dll..<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
Pada awal tahun 1900 jalannya Pemerintahan [[Hindia Belanda]] di jalur dari pantai timur ke pantai barat terganggu dengan adanya sekelompok "bajing loncat" dari kelompok Rarongganu di sekitar Danau Lindu yang memutuskan semua akses Pemerintahan [[Hindia Belanda]] dari pantai timur ke pantai barat, sehingga untuk sementara dibuatlah jalur alternatif sementara dari poso ketempat Pusat Pemerintahan [[Hindia Belanda]] terdekat yaitu di wilayah [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]], dan Pemerintahan [[Hindia Belanda]] dari wilayah [[Grup Poso-Tojo|Poso - Tojo]] ke wilayah [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] ini disebut Blok Poso-stretch,▼
MONANGU BUAJA
dan dari Blok Poso stretch dimanfaatkan oleh Misionaris Belanda dengan mengadakan suatu gerakan yang disebut Monangu Buaja<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:▼
▲MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''semua toraja (toradja) desa pamona Watu Mpoga'a berasal dari wotu, luwu timur, dan Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> (krokodilzwemmen).
▲Pada awal tahun 1900 jalannya Pemerintahan [[Hindia Belanda]] di jalur dari pantai timur ke pantai barat terganggu dengan adanya sekelompok "bajing loncat" dari kelompok
▲dan dari Blok Poso stretch dimanfaatkan oleh Misionaris Belanda dengan mengadakan suatu gerakan yang disebut Monangu Buaja<ref>
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan semua toraja (toradja) desa pamona Watu Mpoga'a berasal dari wotu, luwu timur. [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref> (krokodilzwemmen).
===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi===
[[Bugis]] dan To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].
Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat [[Kerajaan Luwu|Sulawesi Selatan]] yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan [[Watu Mpogaa|Budaya Luwu Monangu Buaya]] yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat [[Sulawesi Selatan]] dengan pihak misionaris Belanda sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>
Pada zaman modern para peneliti dan akademisi [[Sulawesi]] seperti [[Priyanti Pakan]], [[Mashudin Masyhuda]], [[Andi Mattulada]], dan [[Lorraine Aragon]] juga pada awalnya menolak penerapan istilah [[Toraja]] bagi penduduk Sulawesi Tengah.{{sfn|Aragon|2000|p=2}}
===Monangu Buaya===
'''Monangu Buaya
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen). [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref> (''monangu buaja;
''krokodilzwemmen'') atau'' "berenang seperti buaya",'' yakni berenang langsung menuju sasaran tanpa melihat ke kiri dan ke kanan yaitu semacam gerakan menarik upeti ciptaan Misionaris [[Hindia Belanda]] untuk memperluas wilayah jajahan mereka, gerakan Monangu Buaya ini ditujukan untuk semua [[Suku Toraja|Toradja-Stammen]] dan [[Umat Kristen]] di poso untuk mendukung budaya luwu, jadi semacam taktik mengadu domba antara [[Kerajaan Tojo]] dengan [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]], dengan melihat kepada Tokoh Alkitab yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]].
Dan dari gerakan Monangu Buaya maka suku asli (alfouren) di wilayah [[Grup Poso-Tojo|Toraja Bare'e]] dibedakan menjadi [[Suku Bare'e]]<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja
===Perbedaan Suku Bare'e & Toraja===
Khusus di wilayah [[Sulawesi Tengah|Sulawesi bagian tengah (midden celebes)]] yaitu Wilayah [[Grup Poso-Tojo]] Istilah Toraja diciptakan [[Hindia Belanda|Belanda]] untuk menamakan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] (Alfouren) yang masih beragama Lamoa (Tuhan PueMpalaburu), dan semua [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen) yang masih beragama [[Lamoa]] harus mengakui dirinya adalah orang Toraja (Toradja) dan bukan lagi [[Suku Bare'e|Bare'e]], tetapi walaupun begitu masih sangat banyak juga Suku Bare'e yang beragama [[Lamoa]] yang ikut Suku Bare'e yang beragama Islam (Mohammadisme) karena Suku Bare'e tersebut tidak cocok dengan gaya hidup orang [[Belanda]] yang berkulit putih dan berambut kuning.
Maka penduduk asli atau ALFOUREN di wilayah [[Grup Poso-Tojo]] dibagi 2 Kelompok yaitu :
1. Bare’e, atau Suku Bare'e<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes jilid 1 halaman 119, De Namen of Stamenners ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 28 Mei 2023.''</ref> (Bare’e-Stammen) yang beragama Islam (Mohammadisme), dan Suku Bare'e yang masih beragama Lamoa (Bertuhan PueMpalaburu), dan
2. Toraja (Toradja)<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja in midden celebes jilid 1 halaman
Tetapi perkembangannya Suku Bare'e yang beragama Lamoa lebih banyak yang ikut dengan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] yang ber[[agama islam]] karena belum terbiasa dengan kebiasaan hidup Orang-orang Belanda yang berkulit putih dan bermata biru.
===Papa i Wunte===
Setelah takluknya Benteng Jalaja di [[Wotu, Luwu Timur|wotu]], dan kemudian penjajah [[Hindia Belanda]] mengadakan suatu budaya "Monangu Buaya<ref>"POSSO", MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>" di [[Kerajaan Tojo|poso-tojo]] yang memisahkan antara penduduk pendatang dari wotu dengan penduduk asli yang dikenal dengan nama [[Suku Bare'e]],
Maka pada tahun 1909 pernah mencatatkan bahwa upacara adat [[Padungku]] di jaman Penjajahan [[Hindia Belanda|Belanda]] sangat dilarang dirayakan oleh [[Umat Kristen]] saat itu, karena Upacara adat Padungku identik dengan Perayaan Pengucapan Rasa Syukur dan Pemujian kepada Tuhan [[Lamoa|Suku Bare'e yaitu PueMpalaburu]], yang mana sewaktu [[Albertus Christiaan Kruyt]] mengajarkan injil di wilayah desa Wawo Pebato, [[Albertus Christiaan Kruyt]] di tantang oleh Papa I Wunte yaitu seorang kepala desa dari salah satu wilayah di [[Kerajaan Tojo|Wawo pebato]] mengenai cara berladang dengan memakai [[Momparilangka|wurake (dukun)]] yang ternyata hasilnya masih banyak kekurangannya, dan setelahnya diadakan Festival Panen Padungku yang ternyata dipenuhi [[Lamoa|"kafir"]].
Dan pada awalnya, Kruyt, seperti para pendahulunya di bidang misi lainnya, mencoba untuk "membuktikan" bahwa [[roh]]-roh dan kekuatan yang ditakuti dan disembah oleh orang Toraja itu tidak nyata, dan tidak ada. Tetapi orang-orang tidak menerima pendapat "[[ilmiah]]"-nya. Kruyt memutuskan untuk memahami sikap mereka dan berhenti menyerang agama mereka secara langsung. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa Tuhan dengan pesan yang dia bawa bersamanya adalah lebih kuat daripada [[Lamoa|dewa lokal dan roh]]. Ini adalah tingkat berdebat yang bisa dimengerti orang. Dan melihat banyaknya cara berladang [[Suku Bare'e]] dengan memakai [[Momparilangka|wurake (dukun)]], pemerintah [[Hindia Belanda]] kemudian melarang semua sistem berladangnya suku bare'e tersebut dan menganggap mereka sebagai [[Suku Bare'e|Suku Kafir (Van Heiden)]], apalagi budaya padungku dan wurake adalah termasuk budaya [[Kerajaan Tojo|poso-tojo]] bukan budaya [[Kerajaan Luwu|luwu]], yang mana semua [[Suku Toraja]] dan umat kristen di [[Kerajaan Tojo|poso-tojo]] harus mendukung semua budaya [[Kerajaan Luwu|luwu]]<ref>"POSSO",page 151:
, ''ingatlah Lazarus dan harus mendukung semua budaya luwu '' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1]</ref>. [[Lamoa|Budaya padungku dan wurake]] jauh berbeda dengan [[Tari Moraego]] yang diperbolehkan oleh [[Umat Kristen]] Belanda sampai ke wilayah pantai barat sulawesi, dan sudah pasti [[Tari Moraego]] asalnya dari [[Suku Bare'e]] yang semuanya sudah beragama Islam sejak tahun 1770, dan yang sekarang ini PueMpalaburu (Tuhan Pemilik Langit dan Bumi) setelah [[Suku Bare'e]] ber[[agama Islam]] dikenal dengan nama [[Allah]].<ref>AGAMA KAFIR, ditulis oleh N. Adriani dan A.C. Kruyt''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB31:038848000:00005&query=Adriani+De+bare%27e-sprekende+&page=10&coll=boeken&rowid=9]".''</ref>
Beberapa tahun kemudian, [[Albertus Christiaan Kruyt|A.C.Kruyt]] menyerang agama mereka secara langsung, untuk membuktikan hal tersebut. Di sebuah desa ditata dua set [[kebun]]: satu disertai dengan ritual adat, yang lain tanpa ritual apa pun, dengan tujuan untuk melihat mana yang akan melakukan lebih baik. Ketika tidak ada perbedaan sama sekali, desa tersebut menyatakan bahwa mereka siap untuk merangkul iman Kristen. Namun, Kruyt berpendapat bahwa "serangan" langsung pada agama tradisional tidak cukup. Seperti pendahulunya dari abad ke-19, dia ingin pesan Injil untuk menembus ke dalam hati orang-orang dan membawa mereka ke pertobatan pribadi. Tapi lebih baik daripada mereka, dia mengerti bahwa untuk menyentuh bagian terdalam dari para pendengarnya, dia harus mengetahui pola yang berlaku dalam pikiran mereka. Jadi dia mulai mempelajari agama dan budaya setempat di beberapa daerah lain di [[Hindia Belanda]] dengan intensitas tanpa preseden dalam misi penginjilan, yang membuatnya salah satu ahli [[etnografi]] terkemuka pada masanya.<ref>Suku Bare'e, suku asli pemilik wilayah kabupaten poso dan tojo una-una, ''[https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=12735&keywords=]".''</ref>
==Referensi==
{{reflist|2}}
[[Kategori:Buku tahun 1927]]
|