Buruan, Blahbatuh, Gianyar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Memperbaiki sintaksis wiki |
Angayubagia (bicara | kontrib) |
||
(42 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|[[desa]] di [[Kabupaten Tabanan]]|Buruan, Penebel, Tabanan}}
{{Coord|-8.543564|115.302729|display=title}}
{{Desa
|
|
|
|keterangan = Kori di Pura Dalem Kutri, salah satu pura di Buruan
|
|dati2
|nama
|dati3
|kecamatan = Blahbatuh
| nama pemimpin = I Ketut Sumarda▼
|nama pemimpin = I Gusti Ngurah Aryawan<ref>{{cite web |url= https://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ |title= Desa Mandara Bali Desa Buruan |access-date= 20 November 2018 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
|
|luas = 4,21 km²<ref name="BPS Blahbatuh 2016"/>
|penduduk = 6.714 jiwa(2015)<ref name="BPS Blahbatuh
|
|
|
|
|
|APBDesa = Rp. 897.444.000 (2019)<ref name="APBDesa 2019">{{cite web |url= https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |title= Realisasi Pagu APBDesa 2019 |publisher= Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia |access-date= 13 Juni 2020 |archive-date= 2020-06-13 |archive-url= https://web.archive.org/web/20200613054347/https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |dead-url= yes }}</ref>
|
}}
'''Buruan''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di [[Blahbatuh, Gianyar|kecamatan Blahbatuh]], [[Kabupaten Gianyar]], provinsi [[Bali]], [[Indonesia]].<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Desember 2018}}</ref><ref name="Permendagri-72-2019">{{cite web|url= http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/pm/Permendagri%20No%2072%20Th%202019+lampiran.pdf |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |archive-url= https://archive.org/details/permendagriindonesia722019 |archive-date= 25 Oktober 2019 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 15 Januari 2020}}</ref><ref name="Kepmendagri-050-145-2022">{{Cite web |last= Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia |date= 2022-02-14 |url= https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |title= Keputusan Menteri Dalam Negeri Indonesia Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Pulau tahun 2021 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |archive-url= https://web.archive.org/web/20220807035020/https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |archive-date= 2022-08-07 |access-date= 2022-12-29 |dead-url= unfit }}</ref> Desa Buruan termasuk desa tua karena berdiri semenjak awal abad ke-11 Masehi dengan didirikannya Candi Bhurwan di hutan Kutri. Desa ini memiliki luas wilayah 4,21 km² (421 Ha) dengan jumlah penduduk sebanyak 6.488 jiwa (Sensus BPS 2010).
== Sejarah Desa Adat ==
Pada awal abad ke-11, ''icaka warsa leng angapit lawang'' atau tahun caka 929, (''Leng'' artinya 9 (sembilan lubang), ''apit'' artinya dua, ''lawang'' artinya 9 (lawang berarti pintu atau dwara-dwara sanga)), atau pada tahun 1007 M, semenjak '''[[Mahendradatta|Sri Ratu Bali Pulina Sri Gunapria Darmapatmi]]''' wafat, abunya di''dharma''kan atau disemayamkan di Candi Bhurwan di hutan Kutri (''Datu Lumaheng Buruan''). Nama desa Buruan itu mengambil nama candi tersebut yaitu ''Bhurwan'' yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa sanskerta]] (''Bhur'' berarti tanah dan ''Wan'' berarti mulia atau suci). Karena perubahan pengucapan disesuaikan dengan kemampuan lafal orang Bali lama kelamaan menjadi ''Buruan''. Sebagai candi, raja Bali menempatkan ''prajuru'' (pengurus) dan ''pengayah'' (pembantu) untuk mengurus candi Bhurwan tersebut yang kemudian bermukim di sana. Lama kelamaan menjadi sebuah pemukiman yang semula belum menetap meskipun hanya beberapa kubon saja.
Pada ''icaka Leng Panca Nawa'' (tahun caka 959), di sebelah timur Buruan ini berdiri pesraman seorang pendeta yang bernama ''Empu Kidul''. Asramanya didirikan pada ''Ceruk'' (lekukan atau gua) sehingga tempat ini sampai sekarang dikenal bernama desa ''Celuk''.
Pada abad ke 14 M, sewaktu [[Gajah Mada]] menyerang [[kerajaan Bedahulu]], beliau menyusun rencana (siasat) di padukuhan dukuh Dangka (''kedangkan'') di sebelah barat Buruan yang lazim disebut ''Kedangan''.
Pada abad ke 16 M, I Gusti Ngurah Jelantik pindah dari [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]] ke [[Tojan, Klungkung, Klungkung|Tojan]], diantar oleh [[Kerajaan Buleleng#I Gusti Anglurah Panji Sakti|Ki Gusti Panji Sakti dari Den Bukit]] dengan mengendarai [[gajah]]. Selama beberapa hari, Ki Gusti Panji Sakti berada di daerah Tojan untuk mengisi waktu menghibur diri. Ki Gusti Panji Sakti bersama I Gusti Ngurah Jelantik kemudian memutuskan berburu di dekat Candi Bhurwan. Binatang yang diburunya adalah binatang kecil seperti trenggiling, landak dan biawak yang banyak terdapat di tempat itu. Di sebelah selatan tempat berburu terdapat pepohonan mangga (''getes'') yang menghutan. Karena itu, tempat ini juga diberi nama Buruan. Sedangkan gajah Ki Gusti Panji Sakti digembalakan di sebelah barat tempat berburu yang diberi nama ''Angon Liman''. ''Angon'' berarti mengembala dan ''Liman'' berarti Gajah. Lama-kelamaan lebih dikenal dengan nama ''Bangunliman''.
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada berdirilah ''pekraman'' yang berangsur-angsur mempunyai pura ''parahyangan'' (kahyangan tiga). Pekuburannya terletak di selatan Pura Dalem Buruan. Kemudian, terjadi lagi perpindahan penduduk dari [[Bedulu, Blahbatuh, Gianyar|desa Bedahulu]] (penyungsung [[Pura Samuan Tiga]]) bermukim disebelah selatan desa. Disana mendirikan pemujaan berbentuk [[Lingga (arca)|Lingga]] dan Yoni, Ratu Panji dan lain-lain. Ditempat mendirikan pemujaan prahyangan itu ada pohon ''embacang'' (pakel) yang besar. Sehingga parhyangan itu disebut '''Pura Penataran Batan Pakel'''. Sedangkan wilayah pemukiman penyungsungnya disebut '''Hyang Angga Yoni''' atau Yangloni.
Puluhan tahun kemudian, saat keturunan I Gusti Ngurah Jelantik sudah menetap di Blahbatuh dan memegang kekuasaan, ia berunding dengan Ida I Dewa Pemayun dari Puri Agung Blahbatuh untuk meminta salah seorang putranya memimpin desa Buruan sebagai Kepala Desa (''pacek''), maka disetujuilah salah seorang putranya menjadi pacek di Buruan yang kemudian disebut sebagai ''I Dewa Buruan saha iringan panjak'' dari Blahbatuh dan tombak pusaka ''luk telu''. Mulailah pekraman itu ditata lebih baik untuk memperkuat kedudukan I Gusti Ngurah Jelantik disebelah utara dibentuklah prajurit yang disebut ''bekelan'' yaitu:
* ''Bekelan Teruna'' (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah ''awinih sibak'' (kurang lebih 25 are).
* ''Bekelan Senapang'' (pasukan bedil) diberi tanah ''awinih tenah'' (kurang lebih 36 are).
* ''Bekelan Manca'' (pengawal) diberi tanah ''awinih tenah''.
Dengan demikian, ''pekraman'' ditata dengan tertib serta pembagian tanah dikelompokkan menjadi [[subak]]. Karena tata pemukiman semakin baik dengan jalan dan lorongnya, maka [[setra]] (kuburan disebelah selatan Pura Dalem Buruan) dipandang kurang tepat letaknya, kemudian dipindahkan ke sebelah timur.
Semakin lama menjalani proses, pekraman itu semakin baik termasuk penataan pura. Merajapati yang semula terletak di lokasi Pura Dalem, dipindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu di setra Buruan, sedangkan pejenengan bekas mrajapati itu disebut Ratu Sekar Pule. Demikianlah proses menuju pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman berjalan terus. Sampai dengan zaman pemerintahan Belanda masih tetap disebut Krama Desa (desa pekraman). Hanya bedanya sudah mulai tampak perbedaan tampuk pimpinan, ada ''kelian'' yang mengurus dinas dan ''Bendesa '' yang mengurus urusan adat.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
== Pemerintahan ==
=== Daftar kepala desa ===
=== Pembagian Administratif ===
Desa ini tersebar di 7 Banjar dinas yaitu:
# Kutri
# Buruan
Baris 32 ⟶ 59:
# Griya Ketandan
Sementara dalam konteks pemerintahan adat, wilayah Desa Buruan terbagi dalam 8 Desa Pekraman wilayah subak. Disamping kondisi wilayah yang sangat strategis, Desa Buruan juga memiliki potensi-potensi di luar sektor pertanian seperti, Peternakan, Kerajinan, Kesenian, Pariwisata, Koperasi dan Jasa Lainnya.
===
Pagu anggaran APBDesa tahun 2019 di desa ini sebesar Rp.897.444.000,-. Pada tahun 2018, sebesar Rp.722.232.000,-. Pada tahun 2017, sebesar Rp.840.992.000,-.<ref name="APBDesa 2019">{{cite web|url= https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |title= Realisasi Pagu APBDesa 2019 |publisher= Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia |access-date=13 Juni 2020}}</ref>
== Tempat terkenal ==
=== Pura Bukit Dharma Durga Kutri Gianyar ===
{{utama|Pura Bukit Dharma Durga Kutri}}
Pura ini berawal dan berkembang sebagai sebuah kahyangan jagat dari pemerintahan ''[[Sri Kesari Warmadewa|Sri Kesari Warmadewa, Ugrasena, Tabanendra, Jayasingha, Mahadewi, Udayana]]''. Pada saat pemerintahan Udayana, beliau ditemani permaisuri ''[[Gunapriya Dharmapatni]]'' sehingga disebut sebagai raja sejoli. Beliau berkuasa sekitar abad ke 10 M. Kekuasaan kerajaan Bali pada saat itu hingga mencapai [[Timor Timur]]. Prasasti yang mendukung keberadaan pura ini adalah ''Prasasti Peguyangan'', ''Tengkulak'', ''Trunyan'', dan ''Prangsada''
Dalam ''prasasti Prangsada'' disebutkan: ''Sang Ari Anak Wungsu'', ''Kunang Sira Sang Ibu Murwa Sira Mantuking Suryatmaka Dinarma Sira Ring Candi Ibu'' yang artinya Prabu Anak Wungsu meyakini ibunya Ratu Mahendradatta Udayana setelah wafat kembali ke inti Surya yaitu Wisnu, bersatu secara simbolis (Arcanam) di tempat pemujaan beliau (Candi Burwan). Dari prasasti tersebut dapat dijabarkan makna yang terkandung di dalamnya, yaitu Raja dan umat pada saat itu merupakan Pemuja Surya (Wisnu) dan Pura Bukit Dharma sudah ada pada masa Ratu Mahendradatta memerintah, di mana terdapat suatu benda dalam bentuk ''Arca Durga Ma'' (Ibu Durga). Hal ini terlihat pada kalimat ''beliau bersatu dengan yang dipuja di tempat beliau memuja''. Yang dimaksud dengan dipuja di tempat beliau memuja adalah ''Suryatmaka'' (Inti Surya yaitu Wisnu), ''Hyang Widhi'' (Tuhan) dalam fungsi memelihara jagat raya. Dengan demikian Pura Bukit Dharma adalah ''Kahyangan Widhi''.
Baris 45 ⟶ 75:
Prasasti lain yang mendukung adalah ''Prasasti Peguyangan''. Prasasti ini menjabarkan keagungan Tuhan yang dipuja di Buruan dijadikan dasar hidup bernegara dan beragama oleh masyarakat di bawah kekuasaan ''Ratu Mahendradata Udayana''. Barang siapa yang sudah melaksanakan hidup bermasyarakat ''Grahasta'', diwajibkan menjalani hidup bernegara dan beragama seperti yang ditetapkan oleh pemerintah pada saat itu.
Apabila dalam
Selain arca yang terdapat di puncak, di penataran agung juga terdapat beberapa arca yang masih terkait yaitu arca-arca Gedong Pesaren, Arca Budha, Siwa, Lingga Yoni, arca gedong Doho. Arca Gedong Doho ini kemungkinan berkaitan dengan leluhur Raja Sejoli.
=== [[Stadion Kapten I Wayan Dipta]] ===
{{utama|Stadion Kapten I Wayan Dipta}}
Stadion kapten I Wayan Dipta adalah sebuah stadion multifungsi, yang utamanya dipakai untuk pertandingan sepak bola, terletak di Gianyar, Bali, Indonesia. Kapasitasnya berjumlah 20.000 kursi.
Pada tahun 2010, sejak bergulirnya Liga Primer Indonesia, Stadion Dipta kembali difungsikan dan untuk sementara menjadi homebase satu-satunya kesebelasan asal Pulau Dewata yakni [[Bali Devata FC]].
Pada tahun 2014, Stadion Dipta merupakan markas [[Bali United F.C.|Bali United Pusam]] yg bermain di kompetisi Indonesia Super League yg sebelumnya tim ini bernama [[Persisam Putra Samarinda]] yg bermarkas di [[Stadion Segiri]], [[kota Samarinda]], [[Kalimantan Timur]].
== Demografi ==
Penduduk desa Buruan sampai dengan tahun 2015 berjumlah 6.714 jiwa terdiri dari 3.417 laki-laki dan 3.297 perempuan dengan [[Sex ratio manusia|sex rasio]] 103.<ref name="BPS Blahbatuh 2016">
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala
* {{id}} [https://gianyarkab.bps.go.id/publication.html BPS Kabupaten Gianyar]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
* {{id}} [http://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ Situs Desa Buruan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Blahbatuh, Gianyar}}
{{
|