Buruan, Blahbatuh, Gianyar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Angayubagia (bicara | kontrib) |
||
(18 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|nama = Buruan
|peta =
|foto = Pura Dalem Kutri.jpg
|keterangan = Kori di Pura Dalem Kutri, salah satu pura di Buruan
|provinsi = Bali
|dati2 = Kabupaten
Baris 10 ⟶ 11:
|dati3 = Kecamatan
|kecamatan = Blahbatuh
|nama pemimpin = I Gusti Ngurah Aryawan<ref>{{cite web |url= https://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ |title= Desa Mandara Bali Desa Buruan |access-date= 20 November 2018 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
|kode pos = 80581
|luas = 4,21 km²<ref name="BPS Blahbatuh 2016"/>
Baris 19 ⟶ 20:
|RW =
|KK = 1.342
|APBDesa = Rp. 897.444.000 (2019)<ref name="APBDesa 2019">{{cite web |url= https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |title= Realisasi Pagu APBDesa 2019 |publisher= Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia |access-date= 13 Juni 2020 |archive-date= 2020-06-13 |archive-url= https://web.archive.org/web/20200613054347/https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |dead-url= yes }}</ref>
|situs web = {{URL|http://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/}}
}}
'''Buruan''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di [[Blahbatuh, Gianyar|kecamatan Blahbatuh]], [[Kabupaten Gianyar]], provinsi [[Bali]], [[Indonesia]].<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Desember 2018}}</ref><ref name="Permendagri-72-2019">{{cite web|url= http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/pm/Permendagri%20No%2072%20Th%202019+lampiran.pdf |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |archive-url= https://archive.org/details/permendagriindonesia722019 |archive-date= 25 Oktober 2019 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 15 Januari 2020}}</ref><ref name="Kepmendagri-050-145-2022">{{Cite web |last= Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia |date= 2022-02-14 |url= https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |title= Keputusan Menteri Dalam Negeri Indonesia Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Pulau tahun 2021 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |archive-url= https://web.archive.org/web/20220807035020/https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |archive-date= 2022-08-07 |access-date= 2022-12-29 |dead-url= unfit }}</ref> Desa Buruan termasuk desa tua karena berdiri semenjak awal abad ke-11 Masehi dengan didirikannya Candi Bhurwan di hutan Kutri. Desa ini memiliki luas wilayah 4,21 km² (421 Ha) dengan jumlah penduduk sebanyak 6.488 jiwa (Sensus BPS 2010).
== Sejarah Desa Adat ==
Pada awal abad ke-11, ''icaka warsa leng angapit lawang'' atau tahun caka 929, (''Leng'' artinya 9 (sembilan lubang), ''apit'' artinya dua, ''lawang'' artinya 9 (lawang berarti pintu atau dwara-dwara sanga)), atau pada tahun 1007 M, semenjak '''[[Mahendradatta|Sri Ratu Bali Pulina Sri Gunapria Darmapatmi]]''' wafat, abunya di''dharma''kan atau disemayamkan di Candi Bhurwan di hutan Kutri (''Datu Lumaheng Buruan''). Nama desa Buruan itu mengambil nama candi tersebut yaitu ''Bhurwan'' yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa sanskerta]] (''Bhur'' berarti tanah dan ''Wan'' berarti mulia atau suci). Karena perubahan pengucapan disesuaikan dengan kemampuan lafal orang Bali lama kelamaan menjadi ''Buruan''. Sebagai candi, raja Bali menempatkan
Pada ''icaka Leng Panca Nawa'' (tahun caka 959), di sebelah timur Buruan ini berdiri pesraman seorang pendeta yang bernama ''Empu Kidul''. Asramanya didirikan pada ''Ceruk'' (lekukan atau gua) sehingga tempat ini sampai sekarang dikenal bernama desa ''Celuk''.
Baris 32:
Pada abad ke 14 M, sewaktu [[Gajah Mada]] menyerang [[kerajaan Bedahulu]], beliau menyusun rencana (siasat) di padukuhan dukuh Dangka (''kedangkan'') di sebelah barat Buruan yang lazim disebut ''Kedangan''.
Pada abad ke 16 M, I Gusti Ngurah Jelantik pindah dari [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]] ke [[Tojan, Klungkung, Klungkung|Tojan]], diantar oleh [[Kerajaan Buleleng#I Gusti Anglurah Panji Sakti|Ki Gusti Panji Sakti dari Den Bukit]] dengan mengendarai [[gajah]]. Selama beberapa hari, Ki Gusti Panji Sakti berada di daerah Tojan untuk mengisi waktu menghibur diri. Ki Gusti Panji Sakti bersama I Gusti Ngurah Jelantik kemudian memutuskan berburu
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada
* ''Bekelan Teruna'' (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah ''awinih sibak'' (kurang lebih 25 are).
* ''Bekelan Senapang'' (pasukan bedil) diberi tanah ''awinih tenah'' (kurang lebih 36 are).
* ''Bekelan Manca'' (pengawal) diberi tanah ''awinih tenah''.
Dengan demikian,
Semakin lama menjalani proses, pekraman itu semakin baik termasuk penataan pura. Merajapati yang semula terletak di lokasi Pura Dalem, dipindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu di setra Buruan, sedangkan pejenengan bekas mrajapati itu disebut Ratu Sekar Pule. Demikianlah proses menuju pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman berjalan terus. Sampai dengan zaman pemerintahan Belanda masih tetap disebut Krama Desa (desa pekraman). Hanya bedanya sudah mulai tampak perbedaan tampuk pimpinan, ada ''kelian'' yang mengurus dinas dan ''Bendesa '' yang mengurus urusan adat.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
== Pemerintahan ==
=== Daftar kepala desa ===
Saat ini, dipimpin oleh
=== Pembagian Administratif ===
Baris 64 ⟶ 62:
=== APBDesa ===
Pagu anggaran APBDesa tahun 2019 di desa ini sebesar Rp.
== Tempat
=== Pura Bukit Dharma Durga Kutri Gianyar ===
{{utama|Pura Bukit Dharma Durga Kutri}}▼
Berdasarkan prasasti
▲{{utama|Pura Bukit Dharma Kutri}}
▲Berdasarkan prasasti di berbagai wilayah di Bali yang menunjuk keberadaan pura ini, ''Pura Bukit Dharma Durga Kutri'' diperkirakan sudah berdiri sejak 835 caka. Pada saat itu Bali diperintah oleh ''Raka Sri Kesari Warmadewa''. Lokasi pura berada di lingkungan Banjar Kutri, di samping jalan utama menuju Blahbatuh, Gianyar. Yang unik adalah pada bagian mandala utama terdapat bukit yang diselimuti hutan kecil. Pada puncaknya itulah distanakan arca ''Durga Mahisamardini Astabuja''.
Pura ini berawal dan berkembang sebagai sebuah kahyangan jagat dari pemerintahan ''[[Sri Kesari Warmadewa|Sri Kesari Warmadewa, Ugrasena, Tabanendra, Jayasingha, Mahadewi, Udayana]]''. Pada saat pemerintahan Udayana, beliau ditemani permaisuri ''[[Gunapriya Dharmapatni]]'' sehingga disebut sebagai raja sejoli. Beliau berkuasa sekitar abad ke 10 M. Kekuasaan kerajaan Bali pada saat itu hingga mencapai [[Timor Timur]]. Prasasti yang mendukung keberadaan pura ini adalah ''Prasasti Peguyangan'', ''Tengkulak'', ''Trunyan'', dan ''Prangsada''
Dalam ''prasasti Prangsada'' disebutkan: ''Sang Ari Anak Wungsu'', ''Kunang Sira Sang Ibu Murwa Sira Mantuking Suryatmaka Dinarma Sira Ring Candi Ibu'' yang artinya Prabu Anak Wungsu meyakini ibunya Ratu Mahendradatta Udayana setelah wafat kembali ke inti Surya yaitu Wisnu, bersatu secara simbolis (Arcanam) di tempat pemujaan beliau (Candi Burwan). Dari prasasti tersebut dapat dijabarkan makna yang terkandung di dalamnya, yaitu Raja dan umat pada saat itu merupakan Pemuja Surya (Wisnu) dan Pura Bukit Dharma sudah ada pada masa Ratu Mahendradatta memerintah, di mana terdapat suatu benda dalam bentuk ''Arca Durga Ma'' (Ibu Durga). Hal ini terlihat pada kalimat ''beliau bersatu dengan yang dipuja di tempat beliau memuja''. Yang dimaksud dengan dipuja di tempat beliau memuja adalah ''Suryatmaka'' (Inti Surya yaitu Wisnu), ''Hyang Widhi'' (Tuhan) dalam fungsi memelihara jagat raya. Dengan demikian Pura Bukit Dharma adalah ''Kahyangan Widhi''.
Baris 96 ⟶ 93:
{{reflist}}
* {{id}} [https://gianyarkab.bps.go.id/publication.html BPS Kabupaten Gianyar]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
* {{id}} [http://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ Situs Desa Buruan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Blahbatuh, Gianyar}}
{{Authority control}}
|