Seboto, Gladagsari, Boyolali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5:
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Boyolali
|kecamatan =AmpelGladagsari
|kode pos =57352
|nama pemimpin =Kamali
Baris 12:
|kepadatan =... jiwa/km²
|Website=http://seboto.id}}
'''Seboto''' ({{lang-jv|Sebata}}) adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[AmpelGladagsari, Boyolali|AmpelGladagsari]], [[Kabupaten Boyolali|Boyolali]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Di sana dimakamkan salah satu pahlawan nasional yang sangat berjasa di bidang perawatan orang-orang cacat yaitu Prof. Dr. Soeharso, yang namanya diabadikan menjadi sebuah rumah sakit rujukan nasional khusus tulang di Kota Surakarta dan di sana juga terdapat sebuah embung yang sering disebut dengan '''''Embung Mini'''''
 
== Pembagian wilayah ==
Desa Seboto terdiri dari dukuh<ref name="printilan">{{cite web
|url=https://printilan.com/nama-dukuh-di-kecamatan-gladagsari-kabupaten-boyolali/
|title=Nama Dukuh di Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali
|last=
|first=
|date=20 Januari 2024
|website=printilan.com
|publisher=
|access-date=9 Juli 2024
|quote= }}
</ref>:
* Bendo
* Cengklik
* Drajud
* Dungus
* Rejosari
* Seboto
* Selomiring
* Sendang
* Tempel
* Wates
 
== Sejarah ==
Baris 24 ⟶ 47:
Satu di antara sekian banyak prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri dari kejaran penjajah yaitu bernama Ki Niti Poero, tersesat di hutan lereng gunung Merbabu dan menemukan sebuah Goa yang pada kahirnya menjadi tempat persembunyian Ki Niti Poero. Goa tempat persembunyian tersebut oleh penduduk lereng gunung Merbabu disebut Goa Inderajit (yang pada saat ini menjadi dukuh Drajut).
 
Setelah beberapa lama bersembunyi di goa, Ki Niti Poero memberanikan diri untuk keluar dan mencoba membur dengan masyarakat umum di desa dekat goa tempat persembunyiannya. Setelah Ki Niti Poero memastikan bahwa pasukan Belanda tidak lagi mengejarnya, beliau mulai beraktifitasberaktivitas bersama masyarakat desa. Setelah keberadaanya diterima dengan baik oleh warga desa, Ki Niti Poero akhirnya mengabdi kepada sesepuh desa yang bernama Ki Tjo Taroeno.
 
Selama pengabdiannya kepada Ki Tjo Taroeno, Ki Niti Poero merupakan pribadi yang baik, ulet, dan rajin dalam semua pekerjaan. Karena sifat dan sikapnya tersebut Ki Niti Poero mampu mengambil hati Ki Tjo Taroeno yang akhirnya menjadikannya tangan kanan dalam semua urusan. Ternyata bukan hanya Ki Tjo Taroeno ternyata warga desa pun memandang Ki Niti Poero sebagai sosok yang baik dan mempunyai wibawa. Ki Tjo Taroeno dan warga desa semakin dibikin takjub oleh Ki Niti Poero dengna keahlian yang tergolong langka kala itu. Ternyata Ki Niti Poero mempunyai bakat seni yang baik yaitu ahli dalam pembuatan tulisan-tulisan kaligrafi jawa.
Baris 32 ⟶ 55:
Dalam tugasnya sebagai Kepala Desa Ki Niti Poero mendapat predikat yang baik dari masyarakat, selain kepeduliannya terhadap sesama juga karena kepiawaiannya dalam mensejahterakan masyarakat. Seiring jabatannya sebagai Kepala Desa, disuatu waktu Ki Niti Poero menemukan sebuah tombak yang diberi nama ''“Koro Welang”'', konon tombak tersebut mampu menambah kewibawaan sebagai Kepala Desa.
 
Sebagai Kepala Desa, Ki Niti Poero berfikirberpikir keras berupaya untuk meningkatkan taraf hidup warga desa. Satu di antara sekian banyak usahanya yang menjadi cikal bakal nama desa Seboto yaitu usahanya dalam mengajak warganya untuk membuat batu bata merah.
 
Dalam proses pembuatan batu bata merah selalu mengalami kegagalan. Percobaan demi percobaan hasilnya masih saja gagal, warga dan Ki Niti Poero sendiri mulai patah semangat. Kegagalan usaha pembautan batu bata merah tersebut ternyata dikarenakan tanah di desa banyak bercampur dengan pasir yang menyebabkan bata merah tidak dapat terbentuk dan kuat. Dari sekian banyak bata merah yang dibuat ternyata yang sempurna hanya satu.
Baris 40 ⟶ 63:
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun ''Kuncoro Tri Sariro Tunggal'', penjabarannya sebagai berikut:
 
Kuncoro : 1 (satu)
 
Tri : 3 (tiga)
 
Sariro : 8 (delapan)
 
Tunggal : 1 (satu)
 
Arti dari ''Kuncoro Tri Sariro Tunggal'' adalah tahun 1831.
Baris 54 ⟶ 77:
Semoga di usia Desa Seboto yang sudah mencapai angka 185 tahun pada tahun 2016 ini semakin maju, warganya sejahtera, alamnya lestari dan ijo royo royo.
 
== RujukanReferensi ==
{{reflist}}
[http://seboto.id Website resmi Pemerintah Desa Seboto]
 
== Pranala luar ==
* [http://gladagsarikec.boyolali.go.id/ Situs web resmi Kecamatan Gladagsari]
[http://seboto.id Situs web resmi Pemerintah Desa Seboto] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190904144731/http://seboto.id/ |date=2019-09-04 }}
 
{{AmpelGladagsari, Boyolali}}
 
{{Authority control}}
{{kelurahan-stub}}