Sang Pemimpi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
|||
(33 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 10:
| release_date = Juli [[2006]]
| pages = x, 292 halaman
| isbn =
}}
'''Sang Pemimpi Baru''' adalah novel kedua dalam [[tetralogi]] [[Laskar Pelangi]] karya [[Andrea Hirata]] yang diterbitkan oleh [[Bentang Pustaka]] pada Juli [[2006]]. Dalam novel ini, Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatannya dengan dua anak yatim piatu, Arai Ichsanul Mahidin dan Jimbron, serta kekuatan mimpi yang dapat membawa Andrea dan Arai melanjutkan studi ke Sorbonne, [[Paris]], [[Prancis]].
Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea Hirata bercerita tentang kehidupannya di Belitong pada masa SMA. Tiga tokoh utama dalam karya ini adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal tidak lain adalah Andrea Hirata sendiri, sedangkan Arai Ichsanul Mahidin adalah saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Arai disebut ''simpai keramat'' karena dalam keluarganya ia adalah orang terakhir yang masih hidup dan ia pun diangkat menjadi anak oleh ayah Ikal. Jimbron merupakan teman Arai dan Ikal yang sangat terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil hingga mereka bersekolah di SMA Negeri
== Latar peristiwa ==
Andrea mengenali Arai yang hidup yatim piatu dan harus hidup sebatang kara ("Simpai Keramat"). Karena, ayahnya
Masjid Al-Hikmah memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Haji Satar, Haji Marhaban Hamim bin Muktamar Aminudin (Taikong Hamim), dan Haji Hazani. Haji Satar adalah pembuat peraturan, Taikong Hamim adalah pelaksana peraturan, dan Haji Hazani adalah pengawas peraturan. Namun, sebagai pelaksana peraturan, Taikong Hamim juga memiliki watak yang sama tegasnya dengan Pak Mustar, wakil kepala sekolah SMA Negeri Bukan Main. Dan, jika sampai tamat SD belum hafal Juz Amma, maka akan dimasukkan ke dalam beduk yang dipukul sekeras-kerasnya, sehingga ketika keluar akan berjalan zig-zag seperti "ayam keracunan kepiting batu". (Bab 5
Ikal dan Arai sering dihukum Taikong Hamim. Karena, mereka mengaji dengan nafas yang lemah sehingga tidak terdengar ''tajwid''-nya. Namun, ketika Taikong Hamim menjadi imam shalat, ketika Taikong sampai pada ayat terakhir Surah al-Fathihah ''"waladh dhaaliin"'', Arai membalasnya dengan mengucapkan ''"amin"'' dengan suara yang panjang. Hal tersebut terjadi kembali ketika Arai menimba ilmu di Eropa, shalat di salah satu masjid di Austria dengan imam Oruzgan Mourad Karzani. (Edensor. Bab 38
Drs. Julian Ichsan Balia adalah kepala SMA Negeri Bukan Main. Beliau adalah tokoh yang kharismatik. Digambarkan dalam bab 1 ''"What A Wonderful World"'' di halaman 9, dalam percakapannya dengan Pak Mustar, Pak Balia memang masih belia, tetapi beliau adalah "pengibar panji" ''Akhlaqul Karimah'' dan integritasnya tak tercela. Jika wakil rakyat zaman sekarang berwatak seperti Pak Balia, maka republik ini tidak akan berkenalan dengan istilah studi banding. Pak Balia menetapkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) untuk diterima di SMA Negeri Bukan Main, minimal 42. Namun, seorang ''tauke'' yang anaknya memiliki NEM 28 dan sampai tamat SMP tidak tahu
{{cquote|
Baris 31:
}}
Mustar M. Dja'idin, B.A. adalah pendiri SMA Negeri Bukan Main, Manggar, yang mana beliau adalah wakil kepala sekolah tersebut. Namun, Pak Mustar berubah menjadi tempramental justru karena anak laki-laki semata wayangnya tidak diterima di SMA yang ia dirikan sendiri tersebut. Nilai Ebtanas Murni (NEM)-nya ternyata 41,75. Sedangkan, Pak Balia menetapkan NEM minimal 42. Rupanya, Pak Balia "mencium bau" konspirasi antara Pak Mustar dengan anak tunggalnya. (Bab 1
{{cquote|
<poem>
Pak Balia : "Tak pantas kita berdebat di depan para orang tua murid. Bicaralah baik-baik ..."<br>Pak Mustar : "... Sok idealis, anak muda bau kencur, tahu apa ... Saya berani bertaruh, angka 0,25 tidak akan membedakan kualifikasi anak saya dibanding anak-anak lain yang diterima, apalah artinya angka 0,25 itu?!"<br>Pak Balia : "0,25 itu berarti segala-galanya, Pak. Angka kecil seperempat itu adalah simbol yang menyatakan lembaga ini sama sekali tidak menoleransi persekongkolan!"<br>Pak Mustar : "Bagaimana para orang tua?? Setuju dengan pendapat itu?! Tanpa saya, SMA ini tak 'kan pernah berdiri!! Saya ''babat alas'' di sini!!"<br>Pak Balia : "Tak ada pengecualian!! Tak ada kompromi, tak ada ''katebelece'', dan tak ada akses istimewa untuk mengkhianati aturan. Inilah yang terjadi dengan bangsa ini, terlalu banyak kongkalikong!! Seharusnya Bapak bisa melihat tidak diterimanya anak bapak sebagai peluang untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa kita konsisten mengelola sekolah ini. NEM minimal 42, titik!! Tak bisa ditawar-tawar!!"
</poem>
}}
Pak Mustar dikenal tegas. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya. Salah satu ketegasan Pak Mustar adalah setelah berbicara di hadapan para orang tua murid dengan Pak Balia, ia "menumpahkan kekesalan"-nya pada siswa yang diterima. (Bab 1
{{cquote|
Baris 47:
}}
Demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, Ikal dan Arai harus bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan milik Lam Nyet Pho. Namun begitu, mereka tetap gigih belajar sehingga selalu berada dalam peringkat lima teratas dari 160 murid di sekolahnya. Sekolah mereka merupakan SMA negeri pertama yang bergengsi di Belitong, sebelumnya satu-satunya SMA yang terdekat berada di Tanjung Pandan. Sekolah tersebut berada 30 kilometer dari rumah Ikal dan Arai sehingga mereka harus menyewa kamar dan hidup jauh dari orang tua.
Lam Nyet Pho adalah ketua preman pasar ikan, keturunan prajurit Hupo, semacam ''capo''. Nyonya Pho memiliki 16 perahu motor dan memiliki ratusan anak buah yang tidak pernah melepaskan badik dari pinggangnya. Ketika Ikal dan Arai dikejar-kejar karena mengejek Pak Mustar ketika upacara bendera, Ikal dan Arai bersembunyi di balik peti es bau busuk milik Nyonya Pho.
Nyonya Pho juga memiliki gedung bioskop yang mana anak-anak sekolah dilarang masuk, karena bioskop itu memuat film-film yang mengandung maksiat seperti "[[Beranak Dalam Kubur]]". Oleh karena itu, Pak Mustar melarang keras murid-murid SMA Negeri Bukan Main untuk mendekati apalagi masuk ke dalam bioskop tersebut. Padahal, kontrakan Ikal dan Arai berdekatan dengan bioskop "terlarang" tersebut. (Bab 9
{{cquote|
Baris 59:
}}
Semasa SMA, banyak kenakalan yang dilakukan oleh Arai dan Ikal. Mereka pernah mengejek Pak Mustar ketika upacara bendera, sehingga Pak Mustar marah dan mengejar mereka hingga mereka bersembunyi di balik peti es bau busuk milik Nyonya Pho. Mereka juga pernah menyusup ke bioskop yang juga dimiliki oleh Nyonya Pho, yang tidak mengizinkan anak sekolah masuk untuk menonton film dewasa. Pak Mustar mengetahui hal tersebut sehingga Arai, Jimbron, dan Ikal diberi hukuman keesokan harinya. (Bab 10
{{cquote|
<poem>
"Setelah kuteliti baik-baik, SMA ini rupanya memiliki sebuah geng tengik beranggotakan tiga orang cecunguk, yang tak pernah berhenti membuat kerusakan-kerusakan!! Ketiga orang itu adalah kampiun masalah, para juara pembuat onar!! Menonton bioskop mengandung
</poem>
}}
Jimbron, yang sangat terobsesi pada kuda, akhirnya ditawari bekerja di peternakan kuda milik Nyonya Pho. Namun, Ikal dan Arai memutuskan untuk merantau ke Jawa. Jimbron memberikan salam perpisahan kepada Ikal dan Arai berupa celengan berbentuk kuda, yang diharapkan dapat membantu mereka berdua untuk melanjutkan studi ke Eropa. Ikal dan Arai akhirnya memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta.
== Tokoh-tokoh ==
== Tokoh Utama ==▼
# '''Ikal''' : Andrea Hirata sendiri, tokoh utama dalam cerita▼
# '''Arai''' : anak yatim piatu, disebut sebagai "Simpai Keramat" karena ayahnya, satu-satunya anggota keluarganya, meninggal dunia. Arai diangkat sebagai sepupu Ikal. ▼
# '''Jimbron''' : anak yatim piatu. Ia diasuh oleh Pendeta Geovanny, anggota keluarganya yang berbeda agama. Meskipun demikian, Pendeta Geovanny menginginkan Jimbron taat menjalankan Islam.▼
=== Tokoh
# '''Seman Said Harun''' : ayah Ikal, pekerja PN Timah, kuli yang menyekop xenotim di wasrai (instalasi pencucian timah)▼
▲# '''Arai'''
# '''Pendeta Geovanny''' : paman Jimbron setelah menjadi yatim piatu. Meskipun ia berbeda agama namun ia menginginkan Jimbron taat menjalankan Islam▼
▲# '''Jimbron'''
# '''Mustar M. Djai'din. BA.''' : pendiri dan wakil kepala SMA Negeri Bukan Main. Sejak anak semata wayangnya tidak diterima karena NEM-nya kurang, ia berubah menjadi tempramental. Sehingga, wataknya tegas dan sering menghukum murid-murid karena melakukan kesalahan.▼
# '''Drs. Julian Ichsan Balia''' : Kepala SMA Negeri Bukan Main, seorang bumiputera, amtenar pintar lulusan IKIP Bandung▼
# '''Zakiah Nurmala''', putri Berahim Matarum : gadis pujaan Arai, ''"karatan"'' di kursi nomor satu sejak kelas satu (Bab 15 : "Ekstrapolasi Kurva yang Menanjak", hal. 209)▼
# '''Laksmi''' : gadis pujaan Arai, ia menjadi yatim piatu dan bekerja di pabrik cincau▼
# '''Lam Nyet Pho''' : ketua preman pasar ikan, keturunan prajurit Hupo, semacam ''capo''. Ia memiliki 16 perahu motor dan dikawal oleh ratusan anak buah yang tidak pernah melepaskan badik dari pinggangnya▼
# '''Haji Marhaban Hamim bin Muktamar Aminudin''' : guru mengaji. Dalam struktur organisasi Masjid Al-Hikmah, ia merupakan pelaksana peraturan, di antara Haji Satar selaku pembuat peraturan dan Haji Hazani selaku pelaksana peraturan. Taikong Hamim memiliki watak yang sama tegasnya seperti Pak Mustar di SMA Negeri Bukan Main, dan juga sering menghukum. Terutama, jika sampai tamat SD belum hafal Juz Amma, maka akan dimasukkan ke dalam beduk yang dipukul keras-keras. ▼
# '''Bang Zaitun''' : seniman musik pemimpin sebuah kelompok orkes Melayu. Memiliki banyak pacar dan empat kali menikah. Bang Zaitun mengajari Arai cara menaklukkan wanita▼
# '''Mak Cik Maryamah''' : wanita paruh baya, namun hidupnya agak lebih miskin dibanding keluarga Ikal▼
# '''Nurmi''' : putri dari Mak Cik Maryamah, seorang pemain biola▼
# '''A Kiun''' : pekerja loket karcis bioskop▼
# '''Pak Cik Basman''' : tukang sobek karcis bioskop▼
# '''A Siong''' : pemilik toko kelontong, tempat Ikal dan Arai berselisih tentang penggunaan uang tabungan▼
# '''Deborah Wong''' : Istri A Siong, perempuan asal Hongkong yang tambun dan berkulit putih▼
# '''Mei Mei''' : putri dari A Siong dan Deborah Wong▼
# '''Bang Rokib''' : ''kernet'' bis kota yang mengantar Ikal dan Arai ke [[Ciputat]], Ikal dan Arai sedang merantau ke Jawa▼
= Film ''Sang Pemimpi'' =▼
▲# '''Seman Said Harun'''
▲# '''Pendeta Geovanny'''
▲# '''Mustar M. Djai'din. BA.'''
▲# '''Drs. Julian Ichsan Balia'''
▲# '''Zakiah Nurmala''', putri dari Berahim Matarum
▲# '''Lam Nyet Pho'''
▲# '''Haji Marhaban Hamim bin Muktamar Aminudin'''
▲# '''Bang Zaitun'''
▲# '''Mak Cik Maryamah'''
▲# '''A Siong'''
▲# '''Bang Rokib'''
▲== Film ''Sang Pemimpi'' ==
{{utama|Sang Pemimpi (film)}}
Naskah Sang Pemimpi juga diadaptasi menjadi film [[Film Sang Pemimpi|Sang Pemimpi]] yang juga diproduksi oleh tim yang sama yang membuat film [[Laskar Pelangi (film)|Laskar Pelangi]] yaitu [[Miles Films]] dan [[Mizan Production]]. Film ini dirilis tahun 2009. Untuk mencari pemeran tokoh-tokoh Sang Pemimpi, menurut rencana [[Mira Lesmana]] akan melakukan kasting di [[Belitung]], [[Jakarta]] dan [[Bandung]].
== Lihat pula ==
* [[Laskar Pelangi]]
* [[Maryamah Karpov]]
* [[Edensor]]
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.khatulistiwa.net/khatulistiwa.php?c=92&p=796 Sang Pemimpi di Khatulistiwa.net]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://www.sastrabelitong.multiply.com Website pribadi Andrea Hirata] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160401072859/http://sastrabelitong.multiply.com/ |date=2016-04-01 }}
{{s-start}}
Baris 114 ⟶ 115:
{{s-end}}
{{
[[Kategori:Novel tahun 2006]]
[[Kategori:Novel Indonesia]]
[[Kategori:Novel oleh Andrea Hirata]]
[[Kategori:Novel yang diadaptasi menjadi film]]
{{sastra-stub}}
|