Jurnalisme semu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: kbbi.web.id → kbbi.kemdikbud.go.id (2) |
k Bot: Mengganti kategori Jurnalisme dengan Kewartawanan |
||
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Yatim|Oktober 2022}}
'''Jurnalisme semu''' adalah suatu kegiatan yang seakan-akan dibuat sesuai dengan kaidah jurnalisme, akan tetapi kenyataannya adalah tidak. Dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan jurnalistik yang tidak mengindahkan akidah-akidah jurnalistik demi meraup kepentingan tertentu. Jurnalisme semu pada umumnya memiliki tujuan sebagai fungsi hiburan atau
== Istilah ==
Jurnalisme semu atau dikenal sebagai ''pseudo journalism'', berasal dari bahasa ''pseudo''<ref>{{Cite web|url=https://www.kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pseudo|title=Arti kata pseudo- - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|last=Setiawan|first=Ebta|website=www.kbbi.kemdikbud.go.id|access-date=2018-11-12}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> yang berarti tidak nyata, semu atau dibuat-buat dan jurnalisme yang berarti aktivitas penulisan atau pencarian suatu informasi untuk kemudian disebarluaskan melalui medium tertentu. Jurnalisme semu dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau kegiatan penulisan dan pencarian informasi yang dibuat-buat sehingga menjadi sesuatu yang terlihat seperti aktivitas jurnalistik demi upaya penggiringan opini masyarakat terhadap suatu isu yang diangkat.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/707726542|title=Agama saya adalah jurnalisme|last=Andreas.|first=Harsono,|date=2010|publisher=Penerbit Kanisius|isbn=9789792126990|location=Yogyakarta, Indonesia|oclc=707726542}}</ref>
Jurnalisme semu sering kali dekat dengan teori konspirasi yang menyebarluas tanpa didasari oleh suatu landasan teori atau bukti-bukti ilmiah nyata yang dapat dipertanggung jawabkan. Biasanya, jurnalisme semu dibuat oleh sekelompok orang yang ingin menguatkan teori yang dikarang sendiri oleh mereka supaya terlihat memiliki bukti yang dapat dipertangung jawabkan, sehingga mereka membuat suatu aktivitas jurnalistik fiksi yang disebarluaskan layaknya laporan investigasi jurnalistik.
== Media arus utama ==
Jurnalisme semu mulai beredar di Indonesia, hal ini dilakukan demi keuntungan politik atau ekonomi. Bhumika Gimire dalam laman media korea berbahasa inggris menjelaskan bahwa, media sering kali menuliskan pemberitaan terkait berita luar negeri tanpa benar-benar mengirimkan reporter keluar negeri demi menghemat keuangan mereka.<ref>{{Cite web|url=http://english.ohmynews.com/articleview/article_view.asp?at_code=366611&no=308711&rel_no=4|title=Technology and Pseudo-Journalism - OhmyNews International|website=english.ohmynews.com|access-date=2018-11-12|archive-date=2018-10-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20181015114456/http://english.ohmynews.com/articleview/article_view.asp?at_code=366611&no=308711&rel_no=4|dead-url=yes}}</ref> Dalam tulisannya yang berjudul ''Technology and Pseudo Journalism'', dia menggambarkan dilematis seorang reporter yang membaca informasi melalui media sosial dan kemudian meneruskanya menjadi semacam berita yang dipublikasikan pada media massa.
Penulisan berita terkait konflik di Afghanistan, Timur tengah tanpa benar-benar berada disana memang tantangan yang sulit sekaligus pilihan yang aman bagi para pekerja media dan perusahaan media. Bisa dibayangkan berapa besar penghematan keuangan yang mampu dilakukan oleh suatu perusahaan media dengan memilih cara penulisan seperti ini. Akan tetapi, hal yang menjadi pertanyaan adalah, apakah informasi tersebut dapat dipercaya dan kredibilitasmya dapat dipertanggung jawabkan.
Baris 30 ⟶ 31:
Pada awal tahun 2014, topik paling hangat yang selalu dibahas di berbagai media Indonesia adalah pemberitaan seputar pemilihan umum presiden. Terdapat dua kandidat yang dicalonkan pada saat itu, yaitu pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Banyak yang dapat ditayangkan dalam pemberitaan; mengenai profile pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, persiapan KPU (Komisi Pemilihan Umum) dalam keberlangsungan pemilihan umum, kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon, dan masih banyak lagi. Namun tidak semua pemberitaan di media bersifat positif.<ref name=":0" />
Salah satu acara pemberitaan di stasiun televisi swasta RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) yaitu Seputar Indonesia terdeteksi telah menyiarkan berita bohong seputar debat pasangan calon presidan dan calon wakil presiden pada saat itu. Seputar Indonesia menayangkan bahwa pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla telah mendapat bocoran mengenai topik debat yang akan dilakukan. Berita ini disiarkan sebanyak tiga kali, yakni pada Seputar Indonesia Sore (11/06/14), Seputar Indonesia Malam (11/06/14), dan Seputar Indonesia Pagi (15/06/14). Berita tersebut mulai ditanyakan kebenarannya oleh karena bukti-bukti pendukung yang digunakan tidaklah kuat. Bahkan informasi tersebut didapatkan pihak RCTI melalui sebuah portal berita online.<ref name=":0">{{Cite news|url=http://www.jatengpos.com/2014/11/dewan-pers-putuskan-rcti-langgar-kode-etik-jurnalistik-554183|title=Dewan Pers Putuskan RCTI Langgar Kode Etik Jurnalistik|last=Media|first=Jafar Sodiq Assegaf - Jatengpos Digital|newspaper=JATENGPOS.com|language=id-ID|access-date=2018-11-12|archive-date=2018-10-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20181015080255/http://www.jatengpos.com/2014/11/dewan-pers-putuskan-rcti-langgar-kode-etik-jurnalistik-554183|dead-url=yes}}</ref>
== Referensi ==
Baris 37 ⟶ 38:
== Pranala luar ==
* [http://english.ohmynews.com/articleview/article_view.asp?at_code=366611&no=308711&rel_no=4 Technology and Pseudo Journalism] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181015114456/http://english.ohmynews.com/articleview/article_view.asp?at_code=366611&no=308711&rel_no=4 |date=2018-10-15 }}
[[Kategori:
|