Kerajaan Inderapura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fuadi Zikri (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
merapikan penulisan kalimat |
||
(19 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 25:
|event_end = Keruntuhan
|image_map =
|image_map_caption = Wilayah kerajaan Inderapura
|capital = Inderapura
Baris 34:
|footnotes =
}}
'''Kesultanan Inderapura''' merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah kabupaten [[Pesisir Selatan]], [[
Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat [[Sumatra]] mulai dari [[Kota Padang|Padang]] di utara sampai Sungai Hurai di selatan.<ref>{{Cite web|first=Erizon|date=12 Februari 2018|title=Kerajaan Inderapura, Masa Lalu Kejayaan Masyarakat Pesisir|url=https://berita.pesisirselatankab.go.id/berita/detail/1222018--kerajaan-inderapura-masa-lalu-kejayaan-masyarakat-pesisir|website=pesisirselatankab.go.id|access-date=28 Februari 2023}}</ref> Produk terpenting Inderapura adalah [[lada]] dan [[emas]].<ref>{{Cite book|first=Sudarman|date=2022|url=http://penerbitombak.com/product/perniagaan-dan-islamisasi-di-kerajaan-inderapura-abad-xvii-xviii-m/|title=Perniagaan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura (abad XVII-XVIII)|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022586166|pages=41|url-status=live}}</ref>
Baris 47:
Kapan tepatnya Inderapura mencapai status negeri merdeka tidak diketahui dengan pasti. Namun, ini diperkirakan bertepatan dengan mulai maraknya perdagangan lada di wilayah tersebut pada pertengahan abad ke-16, didorong usaha penanaman lada di batas selatan Inderapura mencapai Silebar (sekarang di [[Provinsi Bengkulu]]). Pada masa ini, Inderapura telah menjalin persahabatan dengan [[Kesultanan Banten|Banten]] dan [[Kerajaan Aceh|Aceh]].
Ketika [[Kesultanan Aceh]] melakukan ekspansi sampai ke wilayah [[Kota Pariaman|Pariaman]], Indrapura menghentikan ekspansinya serta menjalin persahabatan dengan Aceh. Melalui ikatan perkawinan antara Raja Dewi, putri [[Munawar Syah|Sultan Munawar Syah]] dari Indrapura,<ref>Iskandar, T., (1966), ''Bustanu's-Salatin'', Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> dengan [[Sultan Firman Syah]], saudara Raja Aceh ketika itu, [[Sultan Ali Riayat Syah|Sultan Ali Ri'ayat Syah]] (1569-1575). Melalui hubungan perkawinan itu dengan kekuatan ekonominya, Indrapura
Namun pengaruh Indrapura terus bertahan di Kesultanan Aceh dari 1586 sampai 1588. Ada seorang yang masih berkaitan dengan Raja Dewi, yakni Sultan Buyong, memerintah dengan gelar [[Sultan Ali Ri'ayat Syah II]]<ref name="Lomba">Lombard, D., (2006), ''Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)'', Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, ISBN 979-9100-49-6.</ref> sebelum akhirnya terbunuh oleh intrik ulama Aceh.<ref name="Kat12">{{cite journal|last=Kathirithamby-Wells|first=J.|year=1976|title=The Inderapura Sultanate: The Foundation of its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Century|journal=Indonesia|volume=21|pages=65-84}}</ref>
== Perekonomian ==
Berdasarkan laporan [[Belanda]], pada tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur di bawah pemerintahan [[Raja Itam]], serta sekitar 30.000 rakyatnya terlibat dalam [[pertanian]] dan [[perkebunan]] yang mengandalkan komoditas [[beras]] dan [[lada]]. Selanjutnya pada masa Raja Besar sekitar tahun 1624, [[VOC]] berhasil membuat perjanjian dalam pengumpulan hasil pertanian tersebut langsung dimuat ke atas kapal tanpa mesti merapat dulu di pelabuhan, serta dibebaskan dari cukai pelabuhan. Begitu juga pada masa Raja Puti, pengganti Raja Besar, Inderapura tetap menerapkan ''pelabuhan bebas cukai'' dalam mendorong perekonomiannya.<ref name="Kat1" />
Setelah ekspedisi penghukuman tahun 1633 oleh [[Kesultanan Aceh]], sampai tahun 1637 Inderapura tetap tidak mampu mendongkrak hasil pertaniannya mencapai hasil yang telah diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Di saat penurunan pengaruh Aceh, [[Muzzaffar Syah dari Inderapura|Sultan Muzzaffar Syah]] mulai melakukan konsolidasi kekuatan, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Sultan Muhammad Syah yang naik tahta sekitar tahun 1660 dan mulai kembali menjalin hubungan diplomatik dengan [[Belanda]] dan [[Inggris]].
== Kemunduran ==
[[Berkas:Sebuah_bekas_bangunan_Indrapura.jpg|jmpl|300x300px|Puing-puing bekas Istana Kesultanan Indrapura]]
Di bawah [[Sultan Iskandar Muda]], kesultanan Aceh memerangi negeri-negeri penghasil lada di [[Semenanjung Malaya]] sambil berusaha memperkuat cengkeramannya atas monopoli lada dari pantai
Inderapura juga berusaha mengelak dari membayar cukai pada para panglima Aceh. Ini memancing kemarahan penguasa Aceh yang mengirim armadanya pada [[1633]] untuk menghukum Inderapura. Raja Puti yang memerintah Inderapura saat itu dihukum mati beserta beberapa bangsawan lainnya, dan banyak orang ditawan dan dibawa ke [[Kotaraja]]. Aceh menempatkan panglimanya di Inderapura dan Raja Malfarsyah diangkat menjadi raja menggantikan Raja Puti.
Kendali Aceh melemah keetika dipimpin pengganti Iskandar Muda, [[Sultan Iskandar Tsani]]. Selanjutnya, pada masa pemerintahan [[Ratu Tajul Alam]] pengaruh Aceh di Inderapura mulai digantikan Belanda ([[VOC]]). Dominasi VOC diawali ketika [[Muhammad Syah dari Inderapura|Sultan Muhammad Syah]] meminta bantuan Belanda memadamkan pemberontakan di Inderapura pada tahun 1662. Pemberontakan ini dipicu oleh tuntutan Raja Adil yang merasa mempunyai hak atas tahta Inderapura berdasarkan sistem [[matrilineal]]. Akibatnya, Sultan Inderapura terpaksa melarikan diri beserta ayah dan kerabatnya. Kemudian Sultan Mansur Syah, dikirim ke [[Batavia]] menanda-tangani perjanjian yang disepakati tahun 1663 dan memberikan VOC hak monopoli pembelian lada serta hak pengerjaan tambang emas. Pada Oktober 1663 pemerintahan Inderapura kembali pulih, dan Sultan Inderapura mengakui Raja Adil sebagai wakilnya yang berkedudukan di Manjuto.
== Pemerintahan ==
Secara etimologi, Inderapura berasal dari [[bahasa Sanskerta]], dan dapat bermakna ''Kota Raja''. Inderapura pada awalnya adalah kawasan ''rantau'' dari [[Minangkabau]], merupakan kawasan pesisir di pantai barat [[Pulau Sumatra]]. Sebagai kawasan rantau, Inderapura dipimpin oleh wakil yang ditunjuk dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] dan bergelar ''Raja''<ref>''Translation of the Undang Undang of Moco Moco'', by Richard Farmer, Governor of Benkulen (1717-18), in Malayan Miscellanies, 11/13 (1822), pp. 8-9.</ref> kemudian juga bergelar [[Sultan]]. Raja Inderapura diidentifikasikan sebagai putra ''Raja Alam'' atau [[Yang Dipertuan Pagaruyung]].<ref>Netscher, E., (1850), ''Verzameling van over1everingen van het rijk van Manangkabau uit het oorspronkelijk Maleisch vertaald'', Indisch Archief, II/2.</ref>
Baris 75:
=== Masa Belanda ===
Pada 1663, belanda melalui VOC membuat sebuah kontrak dengan Kerajaan Indrapura terkait batas wilayah. VOC ketika itu menyatakan batas wilayah Kerajaan Indrapura dengan wilayah lainnya dengan perpanjian yang kemudian dinamai "''Verbond Indrapoera''". Batas yang dinyatakan VOC itu ditandai atau disimbolkan dengan alam, seperti laut, gunung, dan daerah spesifik.<ref>Arsip Nasional RI, SWK No. 33 c, "''Verbond Indrapoera''", 27 Juli 1663 dan 29 Desember 1676.</ref>
* Sebelah utara wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura membentang hingga Air Bangis, yaitu hingga pelabuhan Air Bangis dan berbatsan langsung dengan [[Kerajaan Batang Toru]] (atau dikenal juga dengan Kerajaan Batak).
Baris 81:
* Sebelah timur wilayah kekuasaannya hingga gunung tertinggi di Pulau Sumatera yang kini disebut dengan Gunung Kerinci dan berbatasan langsung dengan [[Kerajaan Jambu Lipo|Kerajaan Jambi]].
* Sebelah barat berbatasan langsung dengan laut lepas.
Batas wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura ini pada akhirnya diakui oleh kerajaan lain di Nusantara, terutama kerajaan yang berdekatan dengannya. Selain itu, batas wilayah ini juga diakui oleh kerajaan di luar Nusantara, seperti Malaka dan kerajaan di Negeri Cina.
Pada 1665, VOC merilis sebuah peta yang memuat pembagian wilayah di pesisir barat. Pada peta tersebut juga diterangkan batas wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura, namun berbeda dengan batas wilayah sebelumnya.<ref>{{Cite book|last=M.s.|first=M. Nur|date=2003|title=Kerajaan Maritim dan Kota Pantai di Pesisir Selatan Pantai Barat Sumatera|publisher=Laporan Penelitian di Lembaga Penelitian Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang|pages=25|url-status=live}}</ref>
== Daftar Raja Inderapura ==
Baris 135 ⟶ 138:
|}
== <big>
* Puti Balkis Alisjahbana, 1996, Natal ranah nan data. Jakarta: Dian Rakyat
* [[Rusli Amran]], 1981,
* [[Rusli Amran]], 1985,
* Stibe, 1939, Encyclopedie Van Nederlansch Indie. S. Graven Hage: Arsip Nasional
* Herwandi, 2003, Rakena: Mandeh Rubiah penerus kebesaran bundo kanduang dalam penggerogotan tradisi, Padang: Museum Adityawarman
Baris 153 ⟶ 155:
* cip.cornell.edu [http://cip.cornell.edu/DPubS/Repository/1.0/Disseminate/seap.indo/1107106967/body/pdf The Inderapura Sultanate: The Foundations of Its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Centuries]
== Rujukan ==
{{Kerajaan di Sumatra}}▼
{{reflist}}
[[Kategori:Kerajaan Inderapura| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Inderapura]]
[[Kategori:Kerajaan di
▲{{Kerajaan di Sumatra}}
|