Peristiwa 27 Juli: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak perlu huruf balok Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(24 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Civil Conflict|title=Peristiwa 27 Juli|side3=|casualties_label=|casualties3=|casualties2=|casualties1=5 orang tewas, 149 orang terluka, 23 orang hilang|howmany3=|howmany2=|howmany1=|leadfigures3=|leadfigures2=|leadfigures1=|side2=Pemerintah [[Orde Baru]], [[Pemuda Pancasila]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]|partof=[[Kejatuhan Soeharto]]|side1=Pendukung [[Megawati Soekarnoputri]]|methods=[[Unjuk rasa|Demonstrasi mahasiswa]], [[kerusuhan]]|result=|goals=|status=|causes=Upaya yang disponsori pemerintah untuk menggulingkan Megawati dari kantor pusat [[Partai Demokrasi Indonesia]]|coordinates=|place=[[Jakarta]], Indonesia|date=27 – 29 Juli 1996|caption=Penyerangan kantor PDI di Jalan Diponegoro oleh pendukung kubu Soerjadi berakhir dengan bentrokan antara massa dan aparat keamanan di kawasan Jalan Salemba, Jakarta Pusat, 27 Juli 1996.|image=|notes=}}
'''Peristiwa 27 Juli 1996''' adalah serangan pasukan pemerintah Indonesia terhadap kantor pusat [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI), yang diduduki oleh para pendukung pemimpin partai yang baru saja digulingkan, [[Megawati Soekarnoputri]]. Peristiwa ini diikuti oleh kerusuhan selama dua hari di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di [[Jakarta]], khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar.▼
▲Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di
Pemerintah saat itu menuduh aktivis [[PRD]] sebagai penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD ke penjara. [[Budiman Sudjatmiko]] mendapat hukuman terberat, yakni 13 tahun penjara.▼
▲Pemerintah saat itu menuduh aktivis [[
== Etimologi ==
Ada dua istilah untuk Peristiwa 27 Juli ini, yaitu:▼
* [[Kudatuli]]. Akronim dari Kerusuhan 27 Juli. Pertama kali dimuat di Tabloid [[Swadesi]] dan kemudian luas digunakan oleh berbagai media massa. Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Soehardiman, SE juga pernah menggunakannya dalam bukunya.▼
▲
* [[Sabtu Kelabu]]. Merujuk pada hari saat terjadinya peristiwa ini yaitu hari Sabtu, kata "kelabu" untuk menggambarkan "suasana gelap" yang melanda panggung perpolitikan Indonesia saat itu. Tidak diketahui pencetusnya, namun diduga semula beredar dalam forum-forum di Internet.▼
▲*
▲*
== Laporan Komnas HAM ==
Hasil penyelidikan [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]]: 5 orang meninggal dunia, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan. Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran [[hak asasi manusia]].
Dokumen dari Laporan Akhir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut pertemuan tanggal
Dokumen tersebut juga menyebutkan aksi penyerbuan adalah garapan Markas Besar ABRI c.q. Badan Intelijen ABRI bersama Alex Widya S. Diduga, Kasdam Jaya menggerakkan pasukan pemukul Kodam Jaya, yaitu Brigade Infanteri 1/Jaya Sakti/Pengamanan Ibu Kota pimpinan Kolonel Inf. Tri Tamtomo untuk melakukan penyerbuan. Seperti tercatat di dokumen itu, rekaman video peristiwa itu menampilkan pasukan Batalion Infanteri 201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar seolah-olah massa PDI pro-Kongres Medan. Fakta serupa terungkap dalam dokumen Paparan Polri tentang Hasil Penyidikan Kasus 27 Juli 1996, di Komisi I dan II DPR RI, 26 Juni 2000.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94162.id.html Selimut Politik Sabtu Kelabu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081207070030/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94162.id.html |date=2008-12-07 }}, Tempo</ref>
== Latar belakang ==
Baris 24 ⟶ 26:
== Pasca Orde Baru ==
Pengadilan Koneksitas yang digelar pada era Presiden [[Megawati Soekarnoputri|Megawati]] hanya mampu membuktikan seorang buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan melempar batu ke Kantor PDI. Ia dihukum dua bulan sepuluh hari, sementara dua perwira militer yang diadili, Kol CZI Budi Purnama (mantan Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya) divonis bebas.
== Garis waktu ==
[[Berkas:Denah lokasi peristiwa 27 Juli 1996 di Menteng, Jakarta.jpg|jmpl|Denah lokasi daerah yang terkena dampak peristiwa 27 Juli 1996 di Jakarta, Indonesia]]
Semua waktu berdasarkan [[Waktu Indonesia Barat]] (WIB, [[UTC+7]]).▼
[[Berkas:CikiniRailBridge.jpg|jmpl|Jembatan kereta api di dekat kantor pusat PDI tempat parkir tank]]
▲Semua waktu berdasarkan [[Waktu Indonesia Barat]] (WIB, [[UTC+7|UTC+07:00]]).
Di Markas PDI ada sekitar 300 orang yang berjaga—suatu kebiasaan dilakukan sejak Kongres Medan lalu. Di luar pagar, ada sekitar 50 orang. Satgas dan simpatisan Megawati mulai terlelap dan sebagian ada yang bermain [[catur]] di pinggir pelataran kantor dan juga di Jalan Diponegoro dengan beralaskan terpal.▼
Para pendukung Mega mulai mencium sesuatu bakal terjadi, setelah patroli mobil polisi berkali-kali melintas. Sebagian dari mereka mencoba memantau keadaan dari jembatan kereta api [[Cikini]].▼
Serombongan pasukan berbaju [[merah]], kaus PDI, bergerak menuju Diponegoro 58. Konon mereka diangkut dengan delapan truk.▼
Pasukan berkaus merah tadi akhirnya sampai di depan Kantor PDI dan kedatangan mereka disambut para pendukung Mega dengan lemparan batu. Pasukan merah tadi pun membalas dengan batu dan lontaran api. Maka, spanduk yang menutupi hampir semua bagian depan Kantor PDI terbakar ludes. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Sebuah sumber mengatakan ada 4 orang tewas, tapi angka ini belum dikonfirmasi.<BR>▼
Di samping Kantor PDI (dan PPP) terlihat massa—yang tampaknya bukan dari PDI—sedang baku lempar batu dengan [[ABRI]] yang bertameng dan bersenjatakan pentungan. Massa terus melawan dengan melempar batu.▼
Massa di belakang Gedung SMPN 8 dan 9, di samping Kantor PDI dan PPP, mulai terdesak mundur ketika ada bantuan pasukan yang tadinya hanya berjaga-jaga di bawah jembatan kereta api. Mereka dipukul mundur sampai di belakang [[Gedung Proklamasi]]. Tiga wartawan foto mulai membidik massa yang lari tunggang langgang, Sedang salah seorang wartawan foto mendekati pasukan loreng dan berusaha mengambil gambar. Tiba-tiba seorang wartawan foto—yang belakangan diketahui bernama Sukma dari [[majalah Ummat]]—terlihat dipukuli pasukan loreng dan diseret bajunya (Lihat berita KOMPAS, 29 Juli 1996). Dari sana Sukma—dengan menarik bajunya—dibawa ke belakang Gedung SMP 8 dan 9 Jakarta, tempat pasukan loreng berkumpul yang berjarak 300 meter dari tempat pertama pemukulan.▼
Massa di depan Megaria yang diblokade pasukan polisi anti huru-hara, melempar batu ketika mobil ambulans dari Sub Dinas Kebakaran Jakarta yang meluncur dari kantor DPP PDI mencoba menerobos kerumanan massa dan polisi di depan Bank BII di pertigaan Megaria. Massa yang berada di depan gedung [[bioskop Megaria]] dan Bank BII, berteriak-teriak dan bernyanyi, "Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang".▼
Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah seorang satgas PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat dibakar dan arsip-arsip di dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas dari PDI pro Megawati yang berada di DPP diperkirakan empat orang. Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-cabang Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI.<BR>▼
Ribuan massa terus bertambah dan terpisah letaknya di 3 tempat. Yaitu di depan Bioskop Megaria, di depan BII, serta di depan Telkom, persis di depan jalan tempat Proyek Apartemen Menteng. Mereka menjadi satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan kereta api layang. Belum lagi massa dari arah Selatan di bawah jembatan layang kereta api yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan menjadi satu kembali dengan massa besar tadi.<BR>▼
Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi pentas mimbar bebas. Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar besi pembatas jalan dan bergabung menyaksikan mimbar bebas. Salah seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan membawa tongkat berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di dalam Kantor PDI. Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega," teriaknya lantang. Yang lain menyanyikan, "Satu komando..... satu tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka yang tewas.▼
Pihak keamanan meminta utusan mimbar bebas untuk bersama-sama pihak keamanan masuk melihat situasi di dalam Kantor PDI. Lima orang akhirnya dipilih, sementara mimbar bebas terus berjalan.▼
Bantuan polisi dari satuan Sabhara Polda Metro Jaya mulai berdatangan memenuhi jalan depan Kantor PDI. Sedang lima orang utusan di bawah pimpinan Drs. Abdurrahman Saleh, bekas pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, masuk ke dalam kantor DPP yang porak poranda. Sekitar lima menit berada di dalam Kantor PDI, lima utusan tadi ke luar. Salah seorang wakil utusan, ketika ditanya TEMPO Interaktif tentang bagaimana kondisi di dalam kantor DPP, mengatakan, "Di dalam tidak ada apa-apa; darah berceceran di semua ruangan." Orang ini bercerita sambil menahan tangis; matanya sarat air mata, sambil membawa jaket merah PDI bernama dada Nico Daryanto, mantan Sekretaris Jenderal PDI, dan satu spanduk merah.<BR>▼
Pengacara Megawati, RO Tambunan, berpidato di depan Kantor PDI. Dia mengatakan, "Kita menduduki Kantor DPP karena Megawati adalah pimpinan yang syah. Negara ini adalah negara hukum, jadi tunggu proses hukum selesai," katanya keras. Yang dimaksud Tambunan adalah proses hukum berupa tuntutan Megawati ke alamat Soerjadi dan sejumlah pejabat pemerintah di pengadilan yang sampai kini masih disidangkan, sehingga status Kantor PDI belum diputuskan.<BR>▼
Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang bersiaga dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing herder itu tak berani bergerak mengejar massa. Massa makin berani. "Kami ini manusia, kok dikasih anjing," kata seseorang marah. Siang itu pula setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI Diserbu, ramai-ramai dirobek-robek.▼
Hujan batu terjadi. Massa yang berada di depan pos polisi melempari barikade polisi anti huru-hara. Satuan anti kerusuhan itu terpaksa mundur dan berlindung dari hujan batu. Mobil anti huru-hara yang tetap nongkrong di bawah jembatan layang dilempari batu bertubi-tubi. Dua lapis barisan polisi dan tentara bergerak maju. Dengan tameng dan tongkat mereka merangsek maju menghalau massa. Maka, ribuan orang itu beringsut mundur ke arah Salemba.<BR>▼
▲* 01.00: Di Markas PDI ada sekitar 300 orang yang berjaga—suatu kebiasaan dilakukan sejak Kongres Medan lalu. Di luar pagar, ada sekitar 50 orang. Satgas dan simpatisan Megawati mulai terlelap dan sebagian ada yang bermain [[catur]] di pinggir pelataran kantor dan juga di Jalan Diponegoro dengan beralaskan terpal.
▲* 03.00: Para pendukung Mega mulai mencium sesuatu bakal terjadi, setelah
Enam buah panser mulai berdatangan di depan pos polisi Megaria. Persis di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM), sebuah bus tingkat dibakar massa. Tak jauh dari bus yang terbakar, satu lagi bus PPD nomor trayek 40, disiram bensin dan dibakar dengan sebuah korek api. Terbakarlah bus jurusan Kampung Rambutan-Kota itu.▼
▲* 05.00: Serombongan pasukan berbaju [[merah]], kaus PDI, bergerak menuju Diponegoro 58. Konon mereka diangkut dengan delapan truk.
▲* 06.15: Pasukan berkaus merah tadi akhirnya sampai di depan Kantor PDI dan kedatangan mereka disambut para pendukung Mega dengan lemparan batu. Pasukan merah tadi pun membalas dengan batu dan lontaran api. Maka, spanduk yang menutupi hampir semua bagian depan Kantor PDI terbakar ludes. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Sebuah sumber mengatakan ada 4 orang tewas, tapi angka ini belum dikonfirmasi.
Persis di depan Fakultas Kedokteran UI Salemba, sebuah bus Patas PPD nomor trayek 2, habis terbakar. Ribuan massa mulai mencabuti rambu-rambu lalu lintas dan menghancurkan lampu lalu-lintas di pertigaan Salemba. Asrama Kowad—yaitu gedung Persit Kartika Candra Kirana—merupakan gedung pertama yang diamuk massa. Pertama-tama dengan lemparan batu dari luar, kemudian massa masuk ke halaman, dan membakar gedung tersebut. Sebuah kendaraan jip yang diparkir di halaman dibakar massa, menimbulkan api yang besar.<BR>▼
▲* 09.15: Di samping Kantor PDI (dan PPP) terlihat massa—yang tampaknya bukan dari PDI—sedang baku lempar batu dengan [[ABRI]] yang bertameng dan bersenjatakan pentungan. Massa terus melawan dengan melempar batu.
▲* 09.24: Massa di belakang Gedung
▲* 09.35: Massa di depan Megaria yang diblokade pasukan polisi anti huru-hara, melempar batu ketika mobil ambulans dari Sub Dinas Kebakaran Jakarta yang meluncur dari kantor DPP PDI mencoba menerobos
Massa terus bergerak ke arah Matraman. Maka, beberapa gedung pun jadi korban amukan api yang disulut massa. Pertama-tama gedung Bank Swansarindo Internasional. Api yang berasal dari karpet lantai dan gorden jendela kaca itu dengan cepat merambat ke atas gedung berlantai lima ini. Show room Auto 2000 yang berada disebelahnya juga tidak luput dari amukan massa dan dibakar beserta mobil yang dipamerkan di dalamnya. Selanjutnya Bank Mayapada juga dibakar massa.<BR>▼
▲* 09.45: Wartawan dalam dan luar negeri, yang sedari pagi berkumpul di depan pos polisi, mulai dihalau oleh pasukan anti huru-hara menuju kerumunan massa di depan Bank BII. Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah seorang satgas PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat dibakar dan arsip-arsip di dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas dari PDI pro Megawati yang berada di DPP diperkirakan empat orang. Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-cabang Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI.
▲* 11.30: Ribuan massa terus bertambah dan terpisah letaknya di 3 tempat. Yaitu di depan Bioskop Megaria, di depan BII, serta di depan Telkom, persis di depan jalan tempat Proyek Apartemen Menteng. Mereka menjadi satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan kereta api layang. Belum lagi massa dari arah Selatan di bawah jembatan layang kereta api yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan menjadi satu kembali dengan massa besar tadi.
▲* 11.40: Massa yang berada di dalam pagar lintasan kereta api mulai melempar batu ke arah aparat yang sudah berjaga-jaga di depan SMP 8 dan 9 Jakarta. Terdengar dari kejauhan massa di mimbar bebas terus berteriak mengecam aparat berseragam loreng. Batu-batu yang beterbangan membuat wartawan berlindung di belakang blokade polisi dan sebagian lagi menyelamatkan diri dengan berlindung di mobil anti huru-hara. Pihak kepolisian Jakarta Pusat berusaha menenangkan massa yang melempari pasukan dari Yon Kavaleri VII dan Yon Armed 7 Jayakarta. Massa yang terus bergerak membuat pasukan berseragam loreng bertahan di sekitar Jalan Pegangsaan Timur. Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi pentas mimbar bebas. Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar besi pembatas jalan dan bergabung menyaksikan mimbar bebas. Salah seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan membawa tongkat berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di dalam Kantor PDI. Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega," teriaknya lantang. Yang lain menyanyikan, "Satu komando..... satu tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka yang tewas.
Massa rupanya melempari Bank BHS di Jalan Matraman. Kelihatan api mulai menyala di samping gedung BHS, tetapi tidak sampai menyentuh gedung bank itu karena sepasukan tentara berbaret hitam dengan tronton pengangkut pasukan segera tiba.<BR>▼
▲* 12.40 Pihak keamanan meminta utusan mimbar bebas untuk bersama-sama pihak keamanan masuk melihat situasi di dalam Kantor PDI. Lima orang akhirnya dipilih, sementara mimbar bebas terus berjalan.
▲* 12.45: Bantuan polisi dari satuan Sabhara Polda Metro Jaya mulai berdatangan memenuhi jalan depan Kantor PDI. Sedang lima orang utusan di bawah pimpinan Drs. Abdurrahman Saleh, bekas pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, masuk ke dalam kantor DPP yang porak poranda. Sekitar lima menit berada di dalam Kantor PDI, lima utusan tadi ke luar. Salah seorang wakil utusan, ketika ditanya TEMPO Interaktif tentang bagaimana kondisi di dalam kantor DPP, mengatakan, "Di dalam tidak ada apa-apa; darah berceceran di semua ruangan." Orang ini bercerita sambil menahan tangis; matanya sarat air mata, sambil membawa jaket merah PDI bernama dada Nico Daryanto, mantan Sekretaris Jenderal PDI, dan satu spanduk merah.
▲* 13.52: Pengacara Megawati, RO Tambunan, berpidato di depan Kantor PDI. Dia mengatakan, "Kita menduduki Kantor DPP karena Megawati adalah pimpinan yang syah. Negara ini adalah negara hukum, jadi tunggu proses hukum selesai," katanya keras. Yang dimaksud Tambunan adalah proses hukum berupa tuntutan Megawati ke alamat Soerjadi dan sejumlah pejabat pemerintah di pengadilan yang sampai kini masih disidangkan, sehingga status Kantor PDI belum diputuskan.
Tiga panser didatangkan ke perempatan Matraman. Panser ini berhasil membubarkan massa yang merusak semua rambu-rambu lalu lintas.▼
▲* 14.05: Soetardjo Soerjogoeritno, salah satu pimpinan DPP PDI yang pro Megawati, tiba-tiba terlihat berjalan mendekati Kantor PDI. Sesaat kemudian Soerjogoeritno bicara dengan Kapolres Jakarta Pusat soal status Kantor PDI. Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang bersiaga dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing herder itu tak berani bergerak mengejar massa. Massa makin berani. "Kami ini manusia, kok dikasih anjing," kata seseorang marah. Siang itu pula setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI Diserbu, ramai-ramai dirobek-robek.
▲* 14.29: Hujan batu terjadi. Massa yang berada di depan pos polisi melempari barikade polisi anti huru-hara. Satuan anti kerusuhan itu terpaksa mundur dan berlindung dari hujan batu. Mobil anti huru-hara yang tetap nongkrong di bawah jembatan layang dilempari batu bertubi-tubi. Dua lapis barisan polisi dan tentara bergerak maju. Dengan tameng dan tongkat mereka merangsek maju menghalau massa. Maka, ribuan orang itu beringsut mundur ke arah Salemba.
Massa di Jalan Proklamasi mulai berkerumun. Tak lama kemudian mereka membakar toko Circle K, Studio SS Foto, dan beberapa bangunan lagi. Aksi dikabarkan berlangsung sampai pukul 01.00 dinihari.<ref>TEMPO Interaktif, edisi 23/01 - 10/Agustus/1996</ref>▼
▲* 15.00: Enam buah panser mulai berdatangan di depan pos polisi Megaria. Persis di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM), sebuah bus tingkat dibakar massa. Tak jauh dari bus yang terbakar, satu lagi bus PPD nomor trayek 40, disiram bensin dan dibakar dengan sebuah korek api. Terbakarlah bus jurusan Kampung Rambutan-Kota itu.
▲* 15.37 Persis di depan Fakultas Kedokteran UI Salemba, sebuah bus Patas PPD nomor trayek 2, habis terbakar. Ribuan massa mulai mencabuti rambu-rambu lalu lintas dan menghancurkan lampu lalu-lintas di pertigaan Salemba. Asrama Kowad—yaitu gedung Persit Kartika Candra Kirana—merupakan gedung pertama yang diamuk massa. Pertama-tama dengan lemparan batu dari luar, kemudian massa masuk ke halaman, dan membakar gedung tersebut. Sebuah kendaraan jip yang diparkir di halaman dibakar massa, menimbulkan api yang besar.
▲* 15.55: Massa terus bergerak ke arah Matraman. Maka, beberapa gedung pun jadi korban amukan api yang disulut massa. Pertama-tama gedung Bank Swansarindo Internasional. Api yang berasal dari karpet lantai dan gorden jendela kaca itu dengan cepat merambat ke atas gedung berlantai lima ini. Show room Auto 2000 yang berada disebelahnya juga tidak luput dari amukan massa dan dibakar beserta mobil yang dipamerkan di dalamnya. Selanjutnya Bank Mayapada juga dibakar massa.
▲* 16.19: Massa rupanya melempari gedung Bank BHS di Jalan Matraman. Kelihatan api mulai menyala di samping gedung BHS, tetapi tidak sampai menyentuh gedung bank itu karena sepasukan tentara berbaret hitam dengan tronton pengangkut pasukan segera tiba.
▲* 16.33: Tiga panser didatangkan ke perempatan Matraman. Panser ini berhasil membubarkan massa yang merusak semua rambu-rambu lalu lintas.
▲* 19.00: Massa di Jalan Proklamasi mulai berkerumun. Tak lama kemudian mereka membakar toko Circle K, Studio SS Foto, dan beberapa bangunan lagi. Aksi dikabarkan berlangsung sampai pukul 01.00 dinihari.<ref>TEMPO Interaktif, edisi 23/01 - 10/Agustus/1996</ref>
== Buku dan penelitian ==
Baris 92 ⟶ 61:
== Peringatan ==
Pada Rabu
== Referensi ==
Baris 98 ⟶ 67:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/ Kumpulan tulisan seputar peristiwa 27 Juli] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090801003736/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/ |date=2009-08-01 }}, Tempo
* {{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94166.id.html Diponegoro 58, Suatu Hari pada 1996] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090806021254/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94166.id.html |date=2009-08-06 }}, Tempo
* {{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94165.id.html Letjen (Purn.) Soeyono: "SBY Ada di Lokasi, tapi ..."] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100725192952/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94165.id.html |date=2010-07-25 }}, Tempo
* {{id}} [http://jkt.detik.com/gudangdata/pengakuan-syarwan.shtml Pengakuan Syarwan Hamid (Detik)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051127064715/http://jkt.detik.com/gudangdata/pengakuan-syarwan.shtml |date=2005-11-27 }}
* {{id}} [http://unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=2247&coid=3&caid=22 Kasus 27 Juli] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070311140228/http://unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=2247&coid=3&caid=22 |date=2007-03-11 }}
* {{id}} [http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004060802030413 Kapolri Perintahkan Kasus 27 Juli Dilanjutkan (Media Indonesia)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20041118192250/http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004060802030413 |date=2004-11-18 }}
* {{id}} [http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0607/27/Politikhukum/2838411.htm Sepuluh Tahun Kasus 27 Juli: Korban Tetaplah sebagai Korban (Kompas)]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://www.liputan6.com/view/11,59271,1,0,1153935589.html Kekerasan 27 Juli 1996 Dalam Kenangan Ujang (liputan6.com)]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://lifeschool.wordpress.com/2008/07/27/kudatuli/ Kudatuli]
{{Lembaran hitam Indonesia}}
{{Bencana di Indonesia tahun 1990an}}
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1996]]
Baris 114 ⟶ 84:
[[Kategori:Represi politik di Indonesia]]
[[Kategori:Orde Baru]]
{{indo-sejarah-stub}}
|