Letusan Krakatau 1883: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(39 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|letusan 1883|detail mengenai kondisi sebelum letusan|Krakatau}}
{{Redirect|Gunung berapi di Indonesia|Daftar gunung berapi di Indonesia|Daftar gunung berapi di Indonesia}}
{{Infobox eruption
| name = Letusan Krakatau 1883
| photo = File:KrakatoaDe eruptionuitbarsting lithographvan de Krakatau, KITLV 5888.jpgtiff
| photo-size = 250px
| caption = [[Litografi]] letusan (circa 1888).
|start_date date = 26-2720 AgustusMei 1883
|end_date = {{end date|1883|10|21|df=y}}
| volcano = [[Krakatau]]
| type = [[Ultra Plinian]]
Baris 14 ⟶ 16:
| map-size =
| map-caption = Peta Krakatau setelah letusan 1883, menunjukkan perubahan geografi.
| impact = 36,417–80,000417 tewas<br>Letusan besar terakhir terdengar hingga 3.000 mil jauhnya; 20 juta ton [[sulfur]] dilepaskan ke [[atmosfer]]; menyebabkan [[musim dingin vulkanik]] (mengurangi suhu di seluruh dunia dengan rata-rata 1.2&nbsp;°C selama 5 tahun)
|deaths =
}}
'''Letusan Krakatau 1883''' terjadi di [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]), yang bermula pada tanggal 2627 Agustus 1883 (dengan gejala pada awal Mei) dan berpuncak dengan letusan hebat yang meruntuhkan [[kaldera]]. Pada tanggal 20 Mei 1883, dan letusan besar terjadi pada 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian [[Krakatau]] runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Aktivitas [[Seisme|seismik]] tetap berlangsung hingga Februari 1884. Letusan ini adalah salah satu [[Daftar bencana alam terdahsyatberdasarkan sepanjangjumlah sejarahkorban jiwa|letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah]], setelah [[Letusan Tambora 1815]], menimbulkan setidaknya 36.41741 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia.
 
[[File:Krakatoa Tsunami 1883.jpg|thumb|240px|Peta gelombang tsunami di wilayah [[Samudra Hindia]]]]
 
Letusan ini adalah salah satu peristiwa gunung berapi paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah. Letusan ini adalah salah satu ledakan dengan suara paling keras yang pernah tercatat, dan terdengar setidaknya 3.000 mil (4.800 km) jauhnya. Peristiwa ini menyebabkan [[musim dingin]] vulkanik selama 5 tahun lamanya. Gelombang tekanan akustik mengelilingi dunia lebih dari tiga kali.<ref name="Symons88">{{cite book|url=https://archive.org/stream/eruptionkrakato00whipgoog#page/n12/mode/2up |title=Symons, G.J. (ed) ''The Eruption of Krakatoa and Subsequent Phenomena'' (Report of the Krakatoa Committee of the Royal Society). London, 1888 |publisher=Internet Archive |year=1888}}</ref>
 
Dampak tambahan yang signifikan dirasakan di seluruh dunia dalam beberapa hari dan minggu setelah letusan gunung berapi. Aktivitas seismik tambahan dilaporkan hingga Februari 1884, namun laporan apa pun setelah Oktober 1883 ditolak oleh penyelidikan selanjutnya oleh Rogier Verbeek terhadap letusan tersebut.
 
Sebenarnya jauh sebelum 1883, Krakatau juga pernah meletus pada tahun 416 sebelum Masehi, diikuti beberapa letusan pada abad ke-3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, dan 17 yang diikuti dengan tumbuhnya kerucut Rakata dan Danan.<ref name=arif>Arif, Ahmad (20 Agustus 2018). "Mengingat Krakatau". ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]''. Hlm.10</ref>
 
== Fase awal ==
Sebelum letusan 1883, aktivitas seismik di sekitar Krakatau sangat tinggi, menyebabkan sejumlah [[gempa bumi]] yang dirasakan hingga ke [[Australia]]. Pada 20 Mei 1883, pelepasan uap mulai terjadi secara teratur di [[Perboewatan]],. pulau paling utara di Kepulauan Krakatau. Pelepasan [[abu vulkanik]] mencapai ketinggian hingga 6&nbsp;km dan suara letusan terdengar hingga ke Batavia (sekarang [[Jakarta]]), yang berjarak 160&nbsp;km dari Krakatau. Aktivitas vulkanik menurun pada akhir Mei, dan tidak ada aktivitas lebih lanjut yang tercatat hingga beberapa minggu ke depan.<ref>{{Cite web|date=2022-02-02|title=Sejarah Letusan Gunung Krakatau hingga Kemunculan Anak Krakatau - Nasional Katadata.co.id|url=https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/61fa24adeb94e/sejarah-letusan-gunung-krakatau-hingga-kemunculan-anak-krakatau|website=katadata.co.id|language=id|access-date=2022-05-16}}</ref>
 
Letusan kembali terjadi pada 16 Juni, yang menimbulkan letusan keras dan menutupi pulau dengan awan hitam tebal selama lima hari. Pada 24 Juni, angin timur yang bertiup membersihkan awan tersebut, dan dua gulungan kabut asap terlihat membubung dari Krakatau. Letusan ini diyakini telah menyebabkan munculnya dua ventilasi baru yang terbentuk di antara Perboewatan dan Danan. Aktivitas gunung juga menyebabkan air pasang di sekitarnya menjadi sangat tinggi, dan kapal-kapal di pelabuhan harus ditambatkan dengan rantai agar tidak terseret laut. Guncangan gempa mulai terasa di [[Anyer]], [[Jawa Barat]], dan kapal-kapal Belanda melaporkan mengenai adanya [[batu apung]] besar yang mengambang di [[Samudra Hindia]] di sebelah barat.{{citation needed|date = August 2013}}
Baris 28 ⟶ 37:
 
== Fase klimaks ==
[[File:Krakatoa eruption lithograph.jpg|thumb|Lithograph Krakatau {{circa|1883}}]]
Tanggal 25 Agustus, letusan semakin meningkat. Sekitar pukul 13.00 tanggal 26 Agustus, Krakatau memasuki [[Volcanic Explosivity Index#Classification|fase paroksimal]]. Satu jam kemudian, para pengamat bisa melihat awan abu hitam dengan ketinggian {{convert|27|km|mi|abbr=on}}. Pada saat ini, letusan terjadi terus menerus dan ledakan terdengar setiap sepuluh menit sekali. Kapal-kapal yang berlayar dalam jarak {{convert|20|km|mi|abbr=on}} dari Krakatau telah dihujani abu tebal, dengan potongan-potongan batu apung panas berdiameter hampir {{convert|10|cm|in|abbr=on}} mendarat di dek kapal. [[Tsunami]] kecil menghantam pesisir [[Pulau Jawa]] dan [[Sumatra]] hampir {{convert|40|km|mi|abbr=on}} jauhnya pada pukul 18.00 dan 19.00.
 
Baris 39 ⟶ 49:
 
== Dampak ==
===Kerusakan===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groot brok koraal uit zee dat bij Anjer op land is geworpen na de uitbarsting van de Krakatau in 1883. TMnr 60005541.jpg|jmpl|Gundukan batu karang (c. 1885) dihempaskan ke pantai Jawa setelah letusan Krakatau.]]
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht vanaf de heuvel bij Merak op oever vol puin takken rotsblokken enzovoorts n.a.v. de uitbarsting van de Krakatau in 1883. TMnr 60005536.jpg|thumb|250px|Kehancuran di [[Pelabuhan Merak|Merak, Banten]] akibat tsunami]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groot brok koraal uit zee dat bij Anjer op land is geworpen na de uitbarsting van de Krakatau in 1883. TMnr 60005541.jpg|thumb|250px|Gundukan batu karang (c. 1885) dihempaskan ke pantai Jawa setelah letusan Krakatau.]]
 
Pada tengah hari tanggal 27 Agustus 1883, hujan abu panas turun di Ketimbang (sekarang Desa [[Banding, Rajabasa, Lampung Selatan]]). Kurang lebih 1.000 orang tewas akibat hujan abu ini.<ref name="winchester">{{Cite book|last=Winchester|first=Simon|authorlink=Simon Winchester|title=[[Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883]]|publisher=Penguin/Viking|year=2003|isbn=0-670-91430-4}}</ref> Kombinasi [[aliran piroklastik]], abu vulkanik, dan tsunami juga berdampak besar terhadap wilayah di sekitar Krakatau. Tak satupun yang selamat dari total 3.000 orang penduduk pulau [[Sebesi]], yang jaraknya sekitar 13&nbsp;km (8,1 mil) dari Krakatau. Aliran piroklastik menewaskan kurang lebih 1.000 orang di Ketimbang dan di pesisir Sumatra yang berjarak 40&nbsp;km (25 mil) di sebelah utara Krakatau. Jumlah korban jiwa yang dicatat oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] adalah 36.417<ref>Verbeek, R.D.M. 1885. ''Krakatau.'' Batavia : Imprimerie de L'etat</ref> (dengan rincian : 165 kampung hancur total, 132 kampung hancur sebagian),<ref>{{Cite journal|last=Gustaman|first=Budi|date=2019-08-30|title=Binatang-Binatang di Sekitar Letusan Krakatau 1883|url=http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/227|journal=Jurnal Sejarah|language=id|volume=2|issue=2|pages=1–13|doi=10.26639/js.v2i2.227|issn=2581-2394|access-date=2020-01-20|archive-date=2020-02-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20200215115248/http://jurnal.masyarakatsejarawan.or.id/index.php/js/article/view/227|dead-url=yes}}</ref> namun beberapa sumber menyatakan bahwa jumlah korban jiwa melebihi 120.000.
Baris 47 ⟶ 59:
Pada tahun setelah letusan, rata-rata musim panas di belahan bumi utara [[Musim dingin vulkanik|suhu turun]] sebesar {{convert|0.4|C-change|F-change|sigfig=2|abbr=on}}.<ref name="Explosive">{{Cite journal|last=Bradley|first=Raymond S.|date=June 1988|title=The explosive volcanic eruption signal in northern hemisphere continental temperature records|url=http://www.geo.umass.edu/faculty/bradley/bradley1988.pdf|journal=Climatic Change|volume=12|issue=3|pages=221–243|bibcode=1988ClCh...12..221B|doi=10.1007/bf00139431|s2cid=153757349|issn=0165-0009|via=Springer}}</ref> Rekor curah hujan yang melanda [[California Selatan]] selama [[tahun air]] dari Juli 1883 hingga Juni 1884 – [[Los Angeles]] menerima {{convert|38.18|in|mm|order=flip|sigfig=3 }} dan [[San Diego]] {{convert|25.97|in|mm|order=flip|sigfig=3}}<ref>{{Cite web|url=http://www.haldermanhome.com/weather/LARAIN.pdf|title=Los Angeles and San Diego rainfall}}</ref> – telah dikaitkan dengan letusan Krakatau.<ref>Kuhn, Gerald G. and Shepard, Francis Parker; ''Sea Cliffs, Beaches, and Coastal Valleys of San Diego County: Some Amazing Histories and Some Horrifying Implications''; p. 32. {{ISBN|9780520051188}}</ref> Tidak ada [[El Niño]] selama periode itu seperti biasa ketika hujan lebat terjadi di California Selatan,<ref>{{Cite journal|last1=Kane|first1=R.P.|last2=Kane|date=1 August 1997|title=Relationship of El Niño–Southern Oscillation and Pacific Sea Surface Temperature with Rainfall in Various Regions of the Globe|journal=Monthly Weather Review|volume=125|issue=8|pages=1792–1800|doi=10.1175/1520-0493(1997)125<1792:roenos>2.0.co;2|bibcode=1997MWRv..125.1792K|doi-access=free}}</ref> tetapi banyak ilmuwan meragukan bahwa ada hubungan sebab akibat.<ref>{{Cite journal|last1=Mass|first1=Clifford F.|last2=Portman|first2=David A.|last3=Mass|first3=Clifford F.|last4=Portman|first4=David A.|date=1 June 1989|title=Major Volcanic Eruptions and Climate: A Critical Evaluation|url=https://atmos.washington.edu/~dennis/Mass_Portman_89.pdf|journal=Journal of Climate|volume=2|issue=6|pages=566–593|bibcode=1989JCli....2..566M|doi=10.1175/1520-0442(1989)002<0566:mveaca>2.0.co;2|jstor=26194042|doi-access=free}}</ref>{{Failed verification|date=February 2020}}
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Brokstukken van grote stoomkranen in Merak na de uitbarsting van de Krakatau in 1883. TMnr 60005540.jpg|thumb|250px|[[Pelabuhan Merak|Merak, Banten]] setelah tsunami]]
Letusan itu menyuntikkan sejumlah besar gas [[sulfur dioksida]] (SO<sub>2</sub>) yang luar biasa besar ke dalam [[stratosfer]], yang kemudian diangkut oleh angin tingkat tinggi ke seluruh planet ini. Hal ini menyebabkan peningkatan global dalam konsentrasi [[asam sulfat]] (H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub>) di [[awan cirrus]] tingkat tinggi. Peningkatan yang dihasilkan dalam [[Cloud albedo|cloud reflectivity]] (atau [[albedo]]) memantulkan lebih banyak cahaya yang masuk dari matahari dari biasanya, dan mendinginkan seluruh planet sampai belerang jatuh ke tanah bagian dari [[hujan asam]].<ref>{{Cite web|url=https://volcanoes.usgs.gov/vhp/gas.html|title=USGS: Volcano Hazards Program|website=volcanoes.usgs.gov}}</ref>
 
Baris 52 ⟶ 65:
 
Selain itu pula, letusan Krakatau pada tahun 1883 sebenarnya juga menjadi salah satu kejadian awal sebelum dimulainya [[Geger Cilegon 1888|perlawanan rakyat]] di [[Cilegon]] 5 tahun sesudahnya.<ref name=arif/> Kejadian ini juga sempat tercatat dalam ''[[Syair Lampung Karam]]'' oleh Muhammad Saleh, seorang yang kemungkinan asli Lampung dan mengungsi ke Singapura. Kitab syair itu terbit pada 1888, dan menceritakan secara dramatis soal kengerian dan keadaan kacau balau ketika Krakatau meletus. Bisa dikatakan, kitab ini menceritakan letusan Krakatau satu-satunya dari perspektif pribumi sendiri.<ref>{{cite news |author=Yurnaldi|url=https://travel.kompas.com/read/2008/08/31/10515861/ditemukan.naskah.kuno.letusan.krakatau.1883 |date=31 Agustus 2008|accessdate=26 Desember 2018|work=Kompas|title=Ditemukan Naskah Kuno Letusan Krakatau 1883}}</ref>
 
=== Korban ===
Jumlah korban tewas akibat erupsi dan tsunami dipastikan mencapai 36,417, tetapi beberapa peneliti memperkirakan korban tewas jauh lebih tinggi, yaitu 120,000 korban tewas.<ref>{{Cite web |date=16 July 2018 |title=Mengingat Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau 1883, Mungkinkah Terulang Kembali? |url=https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/07/16/mengingat-dahsyatnya-letusan-gunung-krakatau-1883-mungkinkah-terulang-kembali |access-date=5 July 2022 |website=Tribunnews.com}}</ref>
 
{| class="wikitable"
|+ Jumlah korban tewas
|-
! Provinsi !! Tewas
|-
| [[Banten]] || align=right|21,565
|-
| [[Lampung]] || align=right|12,466
|-
| [[Jakarta]] || align=right|2,350
|-
| [[Bengkulu]] || align=right|34
|-
| [[Jawa Barat]] || align=right|2
|-
! Total !! 36,417
|}
 
=== Dampak iklim global ===
[[File:Houghton 71-1250 - Krakatoa, twilight and afterglow.jpg|thumb|Lukisan tahun 1888, menampilkan efek letusan Krakatau di langit seiring berjalannya waktu]]
Letusan Krakatau pada tahun 1883 menggelapkan langit di seluruh dunia selama beberapa tahun setelahnya dan menghasilkan pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh dunia selama beberapa bulan. Seniman Inggris, [[William Ascroft]], membuat ribuan sketsa berwarna tentang matahari terbenam merah di sekitar setengah dunia dari Krakatau dalam beberapa tahun setelah letusan tersebut. Abu vulkanik tersebut menyebabkan "matahari terbenam merah yang begitu mencolok sehingga pemadam kebakaran dipanggil di New York, Poughkeepsie, dan New Haven untuk memadamkan api yang seolah-olah terjadi". Letusan ini juga menghasilkan Cincin Uskup di sekitar matahari pada siang hari, dan cahaya ungu vulkanik pada senja. Pada tahun 2004, seorang ahli astronomi mengusulkan ide bahwa langit merah yang terlihat dalam lukisan "''The Scream''" karya [[Edvard Munch]] tahun 1893 adalah gambaran yang akurat dari langit di Norwegia setelah letusan tersebut.<ref>{{Cite news|last=Panek|first=Richard|date=2004-02-08|title=ART; 'The Scream,' East of Krakatoa|url=https://www.nytimes.com/2004/02/08/arts/art-the-scream-east-of-krakatoa.html|newspaper=The New York Times|language=en-US|issn=0362-4331|access-date=2023-09-11}}</ref>
 
Para pengamat cuaca pada masa itu melacak dan memetakan efeknya pada langit. Mereka memberi label fenomena ini sebagai "aliran asap ekwatorial." Ini adalah identifikasi pertama dari apa yang sekarang dikenal sebagai jet stream. Selama beberapa tahun setelah letusan, dilaporkan bahwa bulan terlihat berwarna biru dan terkadang hijau. Hal ini disebabkan karena beberapa awan abu berisi partikel dengan lebar sekitar 1 μm - ukuran yang tepat untuk menyebarkan cahaya merah dengan kuat sambil memungkinkan warna lainnya untuk lewat. Cahaya bulan putih yang bersinar melalui awan tersebut muncul berwarna biru dan terkadang hijau. Orang juga melihat matahari berwarna lavender dan, untuk pertama kalinya, mencatat [[awan noktilusen]].<ref>{{Cite web|title=Blue Moon {{!}} Science Mission Directorate|url=https://science.nasa.gov/science-news/science-at-nasa/2004/07jul_bluemoon/|website=science.nasa.gov|access-date=2023-09-11}}</ref>
 
== Budaya populer ==
[[File:Edvard Munch, 1893, The Scream, oil, tempera and pastel on cardboard, 91 x 73 cm, National Gallery of Norway.jpg|thumb|'''''[[Jeritan (lukisan)|The Scream]]''''', lukisan tahun 1893, terinspirasi dari letusan Krakatau]]
* Ledakan tersebut diteorikan menjadi sumber inspirasi lukisan The Scream karya [[Edvard Munch]] tahun 1893. Langit kemerahan di latar belakang merupakan kenangan sang seniman akan dampak letusan gunung berapi Krakatau yang dahsyat, yang mewarnai langit matahari terbenam menjadi merah di beberapa bagian belahan bumi Barat selama berbulan-bulan selama tahun 1883 dan 1884, sekitar satu dekade sebelum Munch melukis [[Jeritan (lukisan)|The Scream]].<ref>
{{cite journal |last=Olson |first=Donald W. |author2=Russell L. Doescher |author3=Marilynn S. Olson |title=The Blood-Red Sky of the Scream |journal=APS News |publisher=American Physical Society |volume=13 |issue=5 |date=May 2005 |url=http://www.aps.org/publications/apsnews/200405/backpage.cfm |access-date=22 December 2007 }}</ref>
 
* Episode Musim 2, Episode 11 dari serial antologi Beyond Belief: Fact or Fiction, pertama kali ditayangkan pada tanggal 1 Mei 1998, menampilkan segmen berjudul "The Scoop", yang meliput kisah seorang reporter yang mendapat firasat misterius tentang letusan di sebuah mimpi, menuntunnya untuk menulis artikel tentang letusan bahkan sebelum itu terjadi.
 
== Perbandingan letusan ==
[[File:VEIfigure en.svg|thumb|240px|[[Indeks Daya Ledak Vulkanik]] beserta peristiwanya]]
Daftar ini adalah daftar letusan gunung berapi yang paling terkenal pada [[abad ke-19]] hingga saat ini dengan [[Indeks Daya Ledak Vulkanik]] (VEI) 5 atau lebih tinggi, dan letusan lebih kecil yang mengakibatkan kerusakan atau korban jiwa yang signifikan.
 
{| class="wikitable" style="text-align: center; font-size:98%;"
|-
! colspan="10" | Letusan gunung berapi terbesar sejak 1800
|-
! style="width: 10%;" scope="col" | [[Indeks Daya Ledak Vulkanik|VEI]]
!Nama
!Lokasi
!Sabuk vulkanik
!Korban
!tanggal
|-
!style="background-color: #900; color: white;"|7
|[[Letusan Tambora 1815]]
|[[Indonesia]], [[Sumbawa]]
|[[Cincin Api Pasifik]]
|71.000+
|{{dts|1815-07-15}}
|- colspan="6" style="background:#ccf;"
!style="background-color: #F00; color: white;"|6
|Letusan Krakatau 1883
|[[Indonesia]]
|[[Sabuk alpida]]
|36.417
|{{dts|1883-08-27}}
|-
!style="background-color: #F00; color: white;"|6
|[[Novarupta|Letusan Novarupta 1912]]
|[[Amerika Serikat]], [[Alaska]]
|Cincin Api Pasifik
|0
|{{dts|1912-06-06}}
|-
!style="background-color: #F00; color: white;"|6
|[[Letusan Gunung Pinatubo 1991]]
|[[Filipina]], [[Luzon]]
|Cincin Api Pasifik
|838
|{{dts|1991-06-06}}
|-
!style="background-color: #F00; color: white;"|6
|[[Santa María (gunung berapi)|Letusan Santa María 1902]]
|[[Guatemala]]
|Cincin Api Pasifik
|6.000
|{{dts|1902-10-05}}
|-
!style="background-color: #F00; color: white;"|6
|[[Letusan dan tsunami Hunga Tonga 2022|Letusan Hunga Tonga 2022]]
|[[Tonga]]
|Cincin Api Pasifik
|6
|{{dts|2022-01-14}}
|-
!style="background-color: #F60;"|5
|[[Letusan Gunung Agung 1963]]
|[[Indonesia]], [[Bali]]
|Sabuk alpida
|1.148
|{{dts|1963-03-17}}
|-
!style="background-color: #F60;"|5
|[[El Chichón|Letusan El Chichón 1982]]
|[[Meksiko]], [[Chiapas]]
|Cincin Api Pasifik
|1.900
|{{dts|1982-04-03}}
|-
!style="background-color: #F60;"|5
|[[Gunung Tarawera|Letusan Gunung Tarawera 1886]]
|[[Selandia Baru]]
|Cincin Api Pasifik
|120
|{{dts|1886-06-10}}
|-
!style="background-color: #F60;"|5
|[[Letusan Gunung St. Helens 1980]]
|[[Amerika Serikat]], [[Washington (negara bagian)|Washington]]
|Cincin Api Pasifik
|57
|{{dts|1980-05-18}}
|-
!style="background-color: #F60;"|5
|[[Gunung Galunggung|Letusan Gunung Galunggung 1822]]
|[[Indonesia]], [[Jawa Barat]]
|Sabuk alpida
|4.011
|{{dts|1822-10-08}}
|}
 
== Lihat juga ==
{{portal|Indonesia}}
* [[Daftar bencana alam di Indonesia]]
* [[Daftar gunung berapi di Indonesia]]
* [[Erupsi freatik]]