Bakudung Batiung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kota berau
Nuguseo (bicara | kontrib)
 
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Bakudung Batiung''' adalah upacara adat [[Suku Dayak Gaai]] yang berada di [[Tumbit Dayak, Sambaliung, Berau|Kampung Tumbit Dayak]], [[Kabupaten Berau]] [[Kalimantan Timur]].<ref name=Kaltimpost>{{cite web |url=http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/93781-bakudung-batiung-tradisi-dayak-gaai.html |title=Bakudung Batiung, Tradisi Dayak Gaai |publisher=KaltimPost ||accessdate=20 Maret 2015}}</ref> Upacara adat bakudung baitung ini merupakan bagian dari tradisi Suku Dayak Gaai yang sudah dilakukan secara turun temurun dan terus berlanjut hingga sekarang oleh masyakarat [[Kampung Tumbit Dayak]].<ref name=Kaltimpost></ref>
 
== Makna Upacaraupacara ==
Upacara adat Bakudung Batiung merupakan upacara adat yang memiliki 2 arti dan juga 2 upacara adat.<ref name=Sapos>{{cite web |url=http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/rubrik/9/36559 |title=Bakudung Batiung, Tradisi Dayak Gaai yang Terus Dilestarikan |publisher=Samarinda Pos ||accessdate=20 Maret 2015}}</ref> Pertama Bakudung adalah [[bahasa Berau]], terjemahan dari [[bahasa Gaai]] yang berasal dari kata ''Nae Plie Ngatam'', yang artinya '''pesta syukuran setelah panen'''.<ref name=Sapos></ref> Maknanya adalah menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perolehan kesehatan, keselamatan dalam bekerja dan secara khusus perlindunganNya terhadap tanaman padi masyarakat, dari sejak menabur benih sampai pada menuai hasil panen yang disertai dengan ritual-ritual adat.<ref name=Sapos></ref>
 
Sementara yang kedua Batiung adalah bahasa Berau yang terjemahan dari bahasa Gaai yang berasal dari kata ''Lamko'', artinya '''pendewasaan anak laki-laki'''.<ref name=Sapos></ref> Jaman dahulu acara ini diadakan, selalu disesuaikan dengan jumlah anak laki-laki yang akan dinobatkan menjadi laki-laki dewasa.<ref name=Sapos></ref> Maknanya adalah apabila anak laki-laki akan memasuki kelompok kategori pemuda.<ref name=Sapos></ref> Mereka harus melalui proses ritual pendewasaan atau ''lamko''.<ref name=Sapos></ref> Kalau seorang anak laki-laki sudah melalui proses ini, barulah dinobatkan sebagai anak laki-laki yang dewasa dan jika ia ingin berkeluarga maka hal itu sudah diperbolehkan menurut aturan adat.<ref name=Sapos></ref>
 
== Tradisi Dalamdalam upacara Upacara==
Pada jamanzaman tempo dulu, kedua kegiatan ini dibuat secara terpisah, sesuai dengan ketetapan melalui keputusan rapat adat.<ref name=Kaltimpost></ref><ref name=Tribun>{{cite webCite news|url=http://kaltim.tribunnews.com/2012/06/29/wakil-bupati-berau-hadiri-upacara-adat-bakudung-batiung |title=Wakil Bupati Berau Hadiri Upacara Adat Bakudung Batiung |publisher=Tribun Kaltim ||accessdate=20 Maret 2015|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]] }}</ref> Namun dengan alasan dana dan waktu, maka saat ini 2 acara tersebut dilaksanakan bersamaan, sehingga upacara adat Bakudung Batiung tidak hanya pada upacara ritual adat semanta, namun dalam menjalin kebersamaan masyarakat Dayak Gaai.<ref name=Bontang>{{cite web |url=http://www.suarabontang.com/2014/08/bakudung-batiung-dayak-gaai.html |title=Bakudung Batiung Dayak Gaai |publisher=KotaBontang.Net |4= |accessdate=20 Maret 2015 |archive-date=2015-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150402133733/http://www.suarabontang.com/2014/08/bakudung-batiung-dayak-gaai.html |dead-url=yes }}</ref> Untuk memeriahkan digelarlah berbagai lomba, seperti olahraga dan kesenian tradisional suku Dayak Gaai.<ref name=Bontang></ref> Dalam rangkaian ini juga digelar rapat adat untuk penyempurnaan agar disetiap rangkaiannya tidak terlepas dari tata cara ritual adat yang sebenarnya.<ref name=Bontang></ref>
[[Berkas:Bakudung Batiung Dayak Gaai.JPG|thumb|right|250px|Panjat Piruai, pengambilan madu di pohon yang tinggi dengan cara berjalan diseutas rotan dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencapai sarang lebah.]]
Masyarakat Dayak Gaai juga memiliki tradisi yang hingga kini juga masih dipertahankan, yaitu panjat piruai atau pengambilan madu di pohon yang tinggi dengan cara berjalan diseutas rotan dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencapai sarang lebah.<ref name=Bontang></ref> Atraksi yang dilakukan pemuda Dayak Gaai ini juga selalu ditampilkan disetiap perayaan Bakudung Batiung.<ref name=Bontang></ref> Selain itu juga ada tradisi ''seksiang'', Para lelaki dewasa bersenjatakan tombak weheang atau tangkai padi dan melakukan simulasi perang-perangan di atas sampan di sungai.<ref name=kpdkaltim>{{cite web |url=http://kpdkaltim.com/wisata-kaltim/kebudayaan-kabupaten-berau/ |title=Kebudayaan Kabupaten Berau |publisher=KPD Kaltim ||accessdate=20 Maret 2015}}</ref> Dalam rangkaian ini juga digelar rapat adat untuk penyempurnaan agar disetiap rangkaiannya tidak terlepas dari tata cara ritual adat yang sebenarnya.<ref name=Bontang></ref> Sebelum itu mereka perlu mendayung sampan terlebih dahulu ke hulu. Peperangan di mulai ketika sampan pelan-pelan hanyut ke hilir. Namun, tidak boleh asal menombak. Orang yang membelakangi musuh atau musuh yang sampannya karam dilarang keras di tombak.<ref name=kpdkaltim></ref>
 
Masyarakat Dayak Gaai juga memiliki tradisi yang hingga kini juga masih dipertahankan, yaitu panjat piruai atau pengambilan madu di pohon yang tinggi dengan cara berjalan diseutas rotan dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencapai sarang lebah.<ref name=Bontang></ref> Atraksi yang dilakukan pemuda Dayak Gaai ini juga selalu ditampilkan disetiap perayaan Bakudung Batiung.<ref name=Bontang></ref> Selain itu juga ada tradisi ''seksiang'', Para lelaki dewasa bersenjatakan tombak weheang atau tangkai padi dan melakukan simulasi perang-perangan di atas sampan di sungai.<ref name=kpdkaltim>{{cite web |url=http://kpdkaltim.com/wisata-kaltim/kebudayaan-kabupaten-berau/ |title=Kebudayaan Kabupaten Berau |publisher=KPD Kaltim |4= |accessdate=20 Maret 2015 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Dalam rangkaian ini juga digelar rapat adat untuk penyempurnaan agar disetiap rangkaiannya tidak terlepas dari tata cara ritual adat yang sebenarnya.<ref name=Bontang></ref> Sebelum itu mereka perlu mendayung sampan terlebih dahulu ke hulu. Peperangan di mulai ketika sampan pelan-pelan hanyut ke hilir. Namun, tidak boleh asal menombak. Orang yang membelakangi musuh atau musuh yang sampannya karam dilarang keras di tombak.<ref name=kpdkaltim></ref>
==Referensi==
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Upacara Adatadat]]
[[Kategori:Suku Dayak]]
[[Kategori:Kabupaten Berau]]