Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
Menambahkan deskripsi
k Menambah Kategori:Museum di Jakarta menggunakan HotCat
(31 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Museum Maritim Indonesia.jpg|jmpl|Museum Maritim Indonesia]]
'''Museum Maritim''' adalah museum yang secara khusus mengangkat maritim sebagai tema utamanya. Di dalam museum maritim, dipamerkan berbagai macam benda-benda bersejarah berbau maritim, seperti kapal, lukisan, senjata angkatan laut, maupun benda-benda lain yang berhubungan dengan dunia maritim. Kurator museum maritim akan mengatur sedimikian rupa agar benda-benda tersebut menjadi ‘hidup’ dan memiliki alur cerita yang baik sehingga dapat memengaruhi perspektif dan pola pikir pengunjung. Di Indonesia khususnya, museum maritim ada empat buah yang keempatnya tersebar di [[Jakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Magelang]], dan [[Surabaya]]. Keempat museum yang ada memiliki tema spesifik yang berbeda-beda; ada yang khusus mengangkat tema militer dan angkatan laut, ada pula yang mengangkat tentang sejarah maritim.
'''Museum Maritim''' '''Indonesia''' adalah museum yang terletak di kawasan [[Pelabuhan Tanjung Priok]], Jakarta Utara, [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] . Museum ini didirikan pada tahun 2018 yang ditargetkan akan menjadi pusat riset dan sumber pengetahuan maritim Indonesia. Konsep museum dibuat digital dengan menampilkan informasi mengenai sejarah kemaritiman Indonesia, pelabuhan dan perkapalan. Selain itu, keberadaan museum ini menjadi pelabuhan digital [[Pelindo|PELINDO]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Pelindo|title=Selebaran: Museum Maritim Indonesia|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|last=Puspita|first=Sherly|date=25 Januari 2019|title=Museum Maritim Bukan Museum Bahari, Ini Bedanya...|url=https://jakarta-tourism.go.id/article/enjoy-peninggalan-sejarah/museum-maritim-bukan-museum-bahari-ini-bedanya|website=Enjoy Jakarta|access-date=11 Juli 2024}}</ref>
 
== Latar Belakang ==
PELINDO mengemban amanat dan perpanjanngan tangan pemerintah dalam menjalankan peran pelabuhan sebagai simpul jaringan transportasi, gerbang perekonomian, tempat kegiatan alih moda transportasi, penunjang kegiatan perdagangan, tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang serta mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan Negara. Peran dalam mememajukan edukasi dunia kemaritiman juga dijalankan PELINDO sehingga dibangunlah Museum Maritim Indonesia<ref name=":1" />
Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke Utara mengarungi laut [[Tiongkok]], ke Barat memotong lautan Hindia hingga [[Madagaskar]], ke Timur hingga [[Pulau Paskah]]. Kondisi itu membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa penjelajah samudera. Kenyataan akan kejayaan maritim Indonesia di masa lampau memang bukan sekadar mitos yang dilebih-lebihkan catatan sejarah. Sejak dahulu, bangsa Indonesia telah menjadikan laut sebagai bagian penting dari kehidupan keseharianya. Sebelum kedatangan bangsa penjajah, laut Indonesia juga telah digunakan sebagai “titik temu” berbagai suku bangsa yang saling berinteraksi dalam hal ekonomi, percaturan politik, hingga pertukaran bahasa dan budaya. Di seluruh penjuru [[Nusantara]] telah tersebar berbagai bandar dagang dan pelabuhan-pelabuhan besar. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritimnya.  
 
== Bangunan dan koleksi ==
Cerita tentang kejayaan maritim Nusantara juga tercermin dalam kisah Kerajaan [[Sriwijaya]]. Sriwijaya merupakan negara maritim yang kuat, sehingga dapat menguasai seluruh [[Sumatera]] dan mengirimkan ekspedisinya ke [[Jawa]] serta menguasai [[Selat Malaka]] hingga [[Tanah genting Kra]].<ref>Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe). Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang melalui journal.um.ac.id</ref> Di puncak kejayaannya, [[Sriwijaya]] menjadi tuan atas [[Selat Malaka]] dan menguasai rute perdagangan yang melalui selat ini. Di tahun 1178, seorang penulis [[Cina]], Chou K’u-fei, melaporkan bahwa beberapa kapal asing yang lewat akan diserang jika tidak masuk pelabuhan Sriwijaya atau membayar tol. Kapal-kapal Sriwijaya melakukan pelayaran sendiri antara Cina dan [[India]]. Ia juga mengirimkan utusan ke Cina dan diakui sebagai negara penguasa di [[Asia Tenggara]].<ref>Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe). Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang melalui journal.um.ac.id</ref>
Museum Maritim Indonesia berada dalam gedung bersejarah yang berada di wilayah PELINDO Regional 2 Tanjung Priok. Gedung ini dulunya kantor pengelola pelabuhan dibangun pada awal abad ke-20. Museum Maritim Indonesia mempunyai dua ruang pameran tetap di sisi timur dan sisi barat. Ruang pamer sisi timur menampilkan sejarah kemaritiman dan sisi barat menampilkan hal terkait pelabuhan di Indonesia.
 
Museum menampilkan koleksi berupa alat navigasi, keramik benda muat kapal yang tenggelam, replika prasasti dan kapal, barang-barang Ir. H. Djuanda yang digunakan selama hidupnya dan diorama peristiwa penting dalam kemaritiman dan perdagangan.
Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-14, kekuatan maritim Nusantara digantikan oleh [[Kerajaan Majapahit]]. Segala kemegahan kekuatan maritim Majapahit diceritakan [[Pramoedya Ananta Toer]] dalam Novel [[Arus Balik]]'':'' di zaman Majapahit, ''Arus Balik'' peradaban berlangsung dari wilayah ''Bawah Angin'' di Selatan ke ''Atas Angin'' di Utara. [[Majapahit]] memang dikenal memiliki kehebatan sebagai kerajaan besar penguasa Arus Selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan Utara. Majapahit menjadi kekuatan maritim terbesar pada abad itu (1350-1389 M) dan mengusai hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini, hingga [[Singapura]] (Tumasik), [[Malaysia]] (Malaka), dan beberapa negara [[ASEAN]] lainnya<ref>Toer, Pramoedya Ananta. 2002. Arus Balik: Sebuah Epos Pasca Kejayaan Nusantara di Awal Abad 16. Jakarta: Hasta Mitra</ref>.
 
== Referensi ==
Namun, masih menurut Pramoedya, kini arus telah berubah ke arah sebaliknya: dari Utara ke Selatan. Arus zaman telah membalik, segalanya berubah: kekuasaan laut menjadi mengkerut ke pedalaman, kemuliaan menukik dalam kemerosotan, kejayaan berubah ke kekalahan, kecemerlangan cendekia menjadi kedunguan penalaran, persatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan. Penjajahan kolonial adalah penyebab malapetaka ini. ''Mindset'' masyarakat Indonesia yang semula berorientasi pada laut dialihkan perlahan-lahan ke darat. Bangsa Indonesia pun hidup semakin jauh dari jati diri azalinya sebagai bangsa maritim. Indonesia kini diatur oleh paham kontinental dengan watak khasnya yang bukan saja tak kenal, tetapi juga meminggirkan budaya maritim. Hal itu terus mengakar kuat hingga sekarang.
 
{{reflist}}
== Pentingnya Museum Maritim ==
Kehadiran museum bertema [[maritim]] di tengah persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia –pudarnya budaya dan pola pikir maritim– sangat relevan. Budaya [[maritim]] yang begitu kaya membutuhkan ruang untuk terus lestari dan berkembang. Kekayaan dan keberagaman budaya maritim akan hilang apabila tidak dikomunikasikan kepada khalayak dan diberi ruang untuk terus hidup. Terlebih lagi, di tengah dinamika sosial dan budaya yang berkembang begitu cepat, museum bertema maritim dapat menjadi media alternatif pendidikan non-formal yang berfungsi untuk merekonstruksi pola pikir maritim dan wawasan [[Nusantara]]. Hal itu ditegaskan oleh [[Sutan Takdir Alisjahbana]] dalam tulisannya yang mengatakan bahwa museum sebagai alat pendidikan zaman modern akan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dunia modern itu sendiri.<ref name=":0">Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref> Sama seperti museum-museum pada umumnya, museum bertema [[maritim]] di [[Indonesia]] juga memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya maritim baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat ''display'' dan ruang pameran, museum bertemakan maritim di [[Indonesia]] berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
 
== Pranala luar ==
Keberadaan museum bertema maritim di Indonesia menjadi sangat penting mengingat museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda [[cagar budaya]], melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik. Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ''ICOM'', “Museum memiliki tugas penting untuk mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya. Interaksi dengan masyarakat pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum.<ref>Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref>
[https://maritimemuseum.id/ Situs resmi museum]
 
[[Kategori:Museum di Indonesia]]
== Menilai Kualitas Museum Maritim ==
[[Kategori:Museum di Jakarta]]
Untuk menganalisis kualitas yang ada pada museum bertema maritim tersebut, dapat dilihat pada unsur dan model komunikasi yang diterapkan. Unsur dan model komunikasi dapat menjadi indikator seberapa efektif museum bertema maritim menjalankan fungsi dan perannya. Hal itu disebabkan karena unsur dan model komunikasi menjadi penghubung antara museum dengan publik secara langsung. Dalam bahasa sederhana, unsur dan model komunikasi museum menjadi ujung tombak keberhasilan museum dalam merekonstruksi pola pikir dan budaya masyarakat. Hal itu juga dibuktikan dalam sejarah perkembangan museum mengenai peran penting komunikasi museum dalam menciptakan daya tarik serta mempermudah pemahaman pesan yang disampaikan kepada publik<ref>Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref>. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas museum maritim terutama dalam hal kosmunikasi adalah sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|Sumber (''Source)''
|Dalam komunikasi museum, sumber (''source'') diartikan sebagai personel atau keseluruhan sumber daya manusia yang ada di dalam museum, seperti ''director'', kurator, kelompok kerja, dan lain-lain.
|-
|Pesan
|Pesan diartikan sebagai simbol verbal maupun nonverbal yang berisi nilai, gagasan, atau informasi lain yang dikomunikasikan oleh unsur sumber kepada penerima.
|-
|Media
|Media disebut juga sebagai saluran atau alat atau wahana yang digunakan unsur sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
|-
|Pengunjung
|Pengunjung diartikan sebagai penerima pesan (''receiver''), yaitu mereka yang datang ke museum dan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang disampaikan oleh unsur sumber menjadi gagasan atau informasi baru yang dia pahami.
|-
|Gangguan
|Gangguan atau disebut dengan hambatan diartikan sebagai rangsangan tambahan, baik berupa fisik maupun psikologis, yang tidak dikehendaki dan mengganggu pesan yang disampaikan oleh unsur sumber.
|-
|Efek
|Efek atau dampak diartikan sebagai sesuatu yang terjadi pada pengunjung setelah menerima pesan dari unsur sumber. Hal itu dapat dicontohkan seperti adanya perubahan mindest, pengetahuan, insirasi dan pola pikir
|}
 
== Museum Kapal Selam Senopati ==
Museum Kapal Selam Pasopati berada di [[Surabaya]], tepatnya di Jalan Pemuda, Embong Kaliasin, Genteng. Museum ini didirikan pada tahun 1995 atas inisiasi Gubernur Jawa Timur pada masa itu, Basofi Soedirman, dan pihak [[TNI Angkatan Laut]]. Di dalam Museum Kapal Selam Pasopati terdapat kapal selam asli bernomor lambung Pasopati 410 di bawah Korps Hiu Kencana TNI-AL. Pengelolaannya sendiri berada di bawah PUSKOPAL (Pusat Koperasi Angkatan Laut) yang merupakan bagian dari usaha [[Angkatan laut]] dalam mengelola aset-asetnya. Adapun pendirian Museum Kapal Selam Pasopati selain sebagai [[Objek wisata]] edukasi juga sebagai upaya untuk mengenang jasa Kapal Selam Pasopati pada masa baktinya.
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur komunikasi pada Museum Kapal Selam Pasopati:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber (''Source)''
|Dalam komunikasi museum, sumber (''source'') diartikan sebagai personel atau keseluruhan sumber daya manusia yang ada di dalam museum, seperti ''director'', kurator, kelompok kerja, dan lain-lain.
|-
|2.
|Pesan
|Pesan diartikan sebagai simbol verbal maupun nonverbal yang berisi nilai, gagasan, atau informasi lain yang dikomunikasikan oleh unsur sumber kepada penerima.
|-
|3.
|Media
|Media disebut juga sebagai saluran atau alat atau wahana yang digunakan unsur sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
|-
|4.
|Pengunjung
|Pengunjung diartikan sebagai penerima pesan (''receiver''), yaitu mereka yang datang ke museum dan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang disampaikan oleh unsur sumber menjadi gagasan atau informasi baru yang dia pahami.
|-
|5.
|Gangguan
|Gangguan atau disebut dengan hambatan diartikan sebagai rangsangan tambahan, baik berupa fisik maupun psikologis, yang tidak dikehendaki dan mengganggu pesan yang disampaikan oleh unsur sumber.
|-
|6.
|Efek
|Efek atau dampak diartikan sebagai sesuatu yang terjadi pada pengunjung setelah menerima pesan dari unsur sumber. Hal itu dapat dicontohkan seperti adanya perubahan mindest, pengetahuan, insirasi dan pola pikir
|}
Berikut ini dijabarkan analisis kualitas unsur-unsu Museum Kapal Selam Pasopati [[Surabaya]]:<ref name=":0" />
 
1.Sumber
 
Sumber daya manusia dalam Museum Kapal Selam Pasopati Surabaya berperan sebagai  pelaksana dan pengelola museum. Berdasarkan sumber penelitian sebelumnya, sumber daya manusia yang mengelola dan menjalankan fungsi di [[Museum]] Kapal Selam Pasopati termasuk dalam kategori kurang memadai. Hal itu disebabkan oleh banyaknya ketidaksesuaian antara peran yang diampu dengan latar belakang pendidikan. Sebagai contoh, di Museum Kapal Selam Senopati Surabaya, peran kurator, tata pameran, dan konservasi tidak memiliki ''background'' pendidikan formal. Padahal, standar minimal untuk menjadi kurator adalah S1 Permuseuman atau bidang lain yang sejenis; standar minimal untuk tata pameran adalah D3 seni rupa; sedangkan standar minimal untuk konservasi adalah SMA jurusan IPA.
 
2. Pesan
 
Secara garis besar, pesan yang dikomunikasikan dalam museum tergolong belum dikonsep dengan baik. Hal itu dapat dilihat pada banyaknya pengunjung yang merasa kebingungan, tidak terinspirasi, dan tidak mendapat pengetahuan baru yang signifikan. Salah satu pesan yang disampaikan berupa film dokumenter terkesan tidak sesuai dengan tema besar yang dingkat Museum Kapal Selam Pasopati. Museum ini tidak mengangkat pesan mengenai Kapal Selam Pasopati secara spesifik, tetapi kebanyakan mengangkat tentang sejarah TNI-AL. Sementara itu, hal-hal penting seperti misi Kapal Selam Pasopati berikut sejarah dan pembuatannya justru tidak banyak diangkat.
 
3. Media
 
Media utama yang digunakan dalam Museum Kapal Selam Pasopati adalah Kapal Selam Pasopati itu sendiri. Kapal selam tersebut berpotensi menjadi media komunikasi pesan yang baik karena keunikan dan kelangkaannya. Bahkan, Kapal Selam Pasopati disebut-sebut sebagai satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, media utama komunikasi Museum Kapal Selam Pasopati dapat digolongkan sebagai media komunikasi yang unik.
 
4. Pengunjung
 
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, 98% dari pengunjung museum menginginkan adanya pengetahuan baru mengenai perkembangan maritim dari museum. Pengunjung juga menginginkan adanya koleksi unik dan bernilai penting seperti kapal selam asli dan pelayaran yang maksimal. Di samping itu, pengunjung juga menginginkan penggunaan teknologi dalam komunikasi museum seperti audiovisual dan smart tablet. 
 
5. Efek
 
Secara garis besar, efek atau dampak buruk masih banyak bermunculan sebagai akibat dari sumber daya manusia museum yang kurang kompeten, pesan museum yang tidak dirancang dengan baik, serta adanya potensi gangguan yang cukup tinggi. Hal-hal itu menyebabkan munculnya kebingungan pengunjung, tidak terinspirasi, dan pengunjung merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan. 
 
6. Gangguan
 
Secara umum, masih banyak terdapat gangguan dalam unsur komunikasi Museum Kapal Selam pasopati. Gangguan itu dibagi menjadi gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik terjadi akibat ukuran ruang kapal yang sempit, penuh, sesak, dan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Selain itu, panggung hiburan dan kolam renang yang berada di sekitar kapal selam juga menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara gangguan psikologis muncul akibat adanya kebingungan pengunjung karena ''storyline'' yang ada tidak dikonsep dengan baik dan unsur sumber komunikasi museum tidak kompeten sehingga menimbulkan kebingungan pada pengunjung.
 
== Museum Kapal Samudraraksa ==
Museum Kapal Samudraraksa<ref>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/108468/museum-kapal-di-candi-borobudur|title=Museum Kapal di Candi Borobudur|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-10-16}}</ref> berada di dalam Komplek Taman Wisata [[Borobudur]], Kabupaten [[Magelang]], [[Jawa Tengah]]. Museum ini baru dibangun pada tahun 2004 dan diresmikan pada tahun 2005 oleh Menkokesra. Sementara itu, pengelolaan Museum Kapal Samudraraksa dibawahi langsung oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur. Sedangkan tema utama yang diangkat dalam museum tersebut adalah pelayaran Kapal Samudraraksa ke [[Afrika]] dalam rangka ekspedisi kebudayaan maritim sekaligus rekonstruksi pelayaran dan perniagaan pada masa lampau. 
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur pada Museum Kapal Samudraraksa<ref name=":0" />:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi Museum'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber             
|Staff museum teridiri dari penanggung jawab museum, juru penerang, resepsionis, perawatan, dan penjual souvenir.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, Museum Kapal Samudraraksa mengangkat tema pelayaran kapal Borobudur dan kaitannya dengan sejarah maritim Nusantara.
|-
|3.
|Media
|Perahu asli Samudraraksa, peralatan kapal dan awak kapal, keramik China, label informasi, lemari kaca, gambar, poster, replika relief Candi Borobudur, lukisan dinding goa, dan diorama jalur perdagangan.
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayoritas pengunjung adalah pelajar, kemudian mahasiswa, dan terakhir masyarakat umum.
|-
|5.
|Gangguan
|Gangguan fisik muncul sebagai akibat kerusakan pada bagian media pendukung museum, seperti LCD, diorama, informasi audiovisual. Sementara gangguan psikologis muncul akibat sumber (SDM) yang kurang komunikatif.
|-
|6.
|Efek
|Efek yang muncul adalah adanya suatu kebingungan yang memunculkan keraguan, tidak terinspirasi: penambahan pengetahuan tidak signifikan.
|}
Berdasarkan data unsur-unsur komunikasi Museum Kapal Samudraraksa di atas, kelemahan-kelemahan unsur komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut<ref name=":0" />:
1.Sumber Daya Mansia
Sumber daya manusia yang ada dalam Museum Kapal Samudraraksa terdiri dari direktur, kurator, dan perencana pameran. Menurut data mengenai latar belakang pendidikan dan tugas fungsional di Museum Kapal Samudraraksa, dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada masih kurang memadai. Sebagai contoh adalah peran fungsional kurator, pustakawan, tata pameran, dan koleksi yang tidak memiliki ''basic'' pendidikan formal. Padahal, posisi fungsional tersebut memerlukan standar minimal kualifikasi pendidikan S1 bidang permuseuman atau bidang lain yang sejenis.
 
2. Pesan
 
Menurut evaluasi dan hasil penelitian yang ada, pesan yang dikomunikasikan dalam Museum Kapal Samudraraksa tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tingginya tingkat pemahaman pengunjung pada pesan yang dikomunikasikan oleh unsur sumber, besarnya prosentase pengunjung untuk kembali lagi mengunjungi museum, dan cukup tingginya prosentase pengunjung yang merasa terinspirasi serta memperoleh pengetahuan baru setelah mengunjungi Museum Kapal Samudraraksa.
 
3. Media
 
Media komunikasi utama yang digunakan oleh Museum Kapal Samudraraksa adalah Kapal Samudraraksa itu sendiri. Sementara media pendukungnya adalah poster, gambar, dan informasi koleksi. Menurut hasil penelitian Sadzali (2014), media komunikasi museum yang diterapkan tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada warna-warni poster dan gambar yang edukatif serta penjelasan pada informasi koleksi yang jelas. Namun demikian, dalam media komunikasi tersebut masih terdapat beberapa kerusakan sehingga mengakibatkan pola komunikasi yang diterapkan kurang komunikatif
 
4. Pengunjung
 
Pengunjung Museum Kapal Samudraraksa didominasi oleh pelajar (SMP dan SMA), mahasiswa, kalangan umum (guru dan orang tua). Berdasarkan hasil penelitian yang ada, 95% pengunjung menginginkan sebuah pengetahuan baru, misalnya pengetahuan tentang perkembangan maritim di Indonesia. Pengunjung juga menginginkan adanya pelayanan yang maksimal dari pegawai museum, salah satunya melalui partisipasi aktif pengunjung dan pemanfaatan teknologi informasi. Selain itu, pengunjung juga menyukai koleksi museum yang unik dan langka. 
 
5. Efek
 
Dalam hal efek, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak pengunjung yang mengalami keragu-raguan apakah pesan yang disampaikan museum cukup menginspirasi atau tidak. Selain itu, pengunjung kategori pelajar (SMP dan SMA) sebagian besar merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan setelah mengunjungi museum.
 
6. Gangguan
 
Gangguan fisik pada Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh penempatan lokasi museum pada jalur keluar Candi Borobudur yang mengakibatkan rendahnya minat pengunjung. Gangguan fisik juga disebabkan oleh beberapa media pendukung yang mengalami kerusakan sehingga menghambat proses komunikasi museum. Sementara itu, gangguan psikologis Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh kurang komunikatif-nya staff museum dalam mengkomunikasikan pesan-pesan museum dan perasaan lelah pengunjung setelah mengunjungi Candi Borobudur yang menyebabkan rasa malas mengunjungi museum.
*