Pengguna:Athayahisyam/Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Athayahisyam (bicara | kontrib)
menambah kutipan langsung
Athayahisyam (bicara | kontrib)
Peringkasan subbab
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 2:
Hamid Fahmy Zarkasyi mengkritisi pengaruh pemikiran Barat dalam semesta pemikiran Islam<ref name=":4">{{Cite book|last=Hashim|first=Rosnani|date=2010|url=https://www.google.co.id/books/edition/Reclaiming_the_Conversation/gZUc2IzdaBUC|title=Reclaiming the Conversation: Islamic Intellectual Tradition in the Malay Archipelago|publisher=The Other Press|isbn=978-983-9541-74-8|language=en}}</ref>, utamanya pemikiran Islam di Indonesia.<ref name=":5">{{Cite book|last=Husaini|first=Adian|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=nn8cODFdNEcC|title=Wajah peradaban Barat: dari hegemoni Kristen ke dominasi sekular-liberal|publisher=Gema Insani|isbn=978-979-561-992-5|language=id}}</ref> Ia menentang sekularisasi dan liberalisasi Islam di Indonesia.<ref name=":6">{{Cite web|last=Nasrul|first=Erdy|date=2022-02-16|title=Hamid Fahmy Zarkasyi, dkk di Tengah Liberalisasi Islam|url=https://republika.id/posts/25122/hamid-fahmy-zarkasyi-dkk-di-tengah-liberalisasi-islam|website=Republika|language=|archive-url=https://web.archive.org/web/20240709092908/https://www.republika.id/posts/25122/hamid-fahmy-zarkasyi-dkk-di-tengah-liberalisasi-islam|archive-date=2024-07-09|access-date=2024-07-09}}</ref> Beberapa kajian utama Hamid Fahmy Zarkasyi adalah sebagai berikut.
 
=== Deliberalisasi dan Dewesternisasi ===
Hamid menekankan bahwa konsep Tuhan dalam tradisi intelektual Barat problematik, ia menggaris bawahi sikap manusia Barat yang meletakkan posisi teologi sebagai hal yang hanya bisa dipahami lewat iman, sementara filsafat hanya dengan akal.
Istilah "Islam Liberal" mulai populer sejak tahun 2004 melalui kajian keislaman di kampus-kampus besar Islam di Indonesia.<ref>{{Cite book|last=Dzulhadi|first=Qosim Nursheha|date=2013|url=https://books.google.co.id/books/about/Membongkar_kedok_liberalisme_di_Indonesi.html?id=0eYwlwEACAAJ|title=Membongkar kedok liberalisme di Indonesia: study kritis pemikiran sekularisme, pluralisme & liberalisme|publisher=Cakrawala Publishing|isbn=978-602-205-011-7|language=id}}</ref> Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa corak Islam Liberal sudah terlihat sejak tahun 1990 - 2000 dengan diskursus teologi rasional [[Muktazilah|Mu'tazilah]] yang dikemukakan oleh [[Harun Nasution]],<ref>{{Cite book|last=Nasution|first=Harun|date=1979|url=https://books.google.co.id/books/about/Islam_ditinjau_dari_berbagai_aspeknya.html?id=ONf2vwEACAAJ|title=Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Universitas Indonesia|language=id}}</ref> yang kemudian memperoleh kritik dari [[Mohammad Rasjidi]].<ref>{{Cite book|last=Rasyidi|first=M.|date=1977|url=https://books.google.co.id/books/about/Koreksi_terhadap_Dr_Harun_Nasution_tenta.html?id=GMuOGwAACAAJ|title=Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Bulan Bintang|language=id}}</ref>
 
{{quote|Sejak awal era modern, Francis Bacon (1561-1626) menggambarkan ''mindset'' manusia Barat begini: ''Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason.'' Maknanya, teologi di Barat tidak masuk akal dan berfilsafat tidak bisa melibatkan keimanan pada Tuhan.}}
[[Leonard Binder]] menerangkan bahwa "Islam Liberal" adalah Muslim yang menganut faham penafsiran yang tidak tekstual terhadap [[Al-Qur'an|Qur'an]], melainkan menafsirkan dengan pencarian esensi makna yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.<ref>{{Cite book|last=Binder|first=Leonard|date=1988-08-15|url=https://books.google.co.id/books/about/Islamic_Liberalism.html?id=pkNKPebCfwEC|title=Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-05147-5|language=en}}</ref> [[Charles Kurzman|Kurzman]], dalam bukunya ''Liberal Islam'' (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul ''Wacana Islam Liberal''<ref>{{Cite journal|last=Kurzman|first=Charles|date=2001|title=Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global|url=https://scholar.google.com/scholar?cluster=1351541186559895345&hl=en&oi=scholarr|journal=Jakarta: paramadina}}</ref>)—yang secara aktif dikaji oleh akademisi Indonesia<ref name=":6" />—berpendapat bahwa Islam Liberal adalah Muslim yang kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam, di samping dengan memiliki semangat untuk mengedepankan nilai Islam yang sejalan dengan nilai liberalisme barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak asasi manusia dan lain sebagainya.<ref>{{Cite book|last=Kurzman|first=Charles|date=1998|url=http://dx.doi.org/10.1093/acref/9780195116212.001.0001|title=Liberal Islam|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-511621-2}}</ref>
 
Akibatnya, intelektualitas di peradaban Barat tidak bisa rukun dengan diskusi filsafat dan sains. Hamid menandaskan hal tersebut sekaligus akibat dari problematika ini.
Hamid Fahmy Zarkasyi mengkorelasikan antara pemikiran liberal cendekiawan Islam dengan tren pemikiran Barat untuk mewujudkan [[Masyarakat madani|masyarakat sipil]] (''civil society'') dan menegaskan bahwa [[metodologi]], kerangka kerja, konsep dan teori yang digunakan untuk mewujudkan gagasan masyarakat sipil bertentangan secara diametrikal dengan apa yang telah ada dalam tradisi intelektual Islam.<ref name=":7">{{Cite book|last=Zarkasyi|first=Hamid Fahmy|last2=Salim|first2=Mohammad Syam'un|date=2021|url=https://books.google.co.id/books/about/Rasional_tanpa_menjadi_liberal.html?id=Qpa3zgEACAAJ|title=Rasional tanpa menjadi liberal: menjawab tantangan liberalisasi pemikiran Islam|publisher=Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization|isbn=978-602-52894-4-6|language=id}}</ref> Ia menekankan bahwa pengkaji Islam Liberal terkesan "memaksakan" pembacaan Islam menggunakan metodologi dan teori Barat, tanpa proses epistemologis yang jelas.<ref name=":7" /> Hamid kemudian merelasikan pemaksaan ini dengan teori Foucault mengenai ilmu dan kekuasaan. Menurut Foucault, ilmu merupakan kekuasaan dan saat digunakan ia akan mengatur perilaku orang lain.<ref>{{Cite book|last=Foucault|first=Michel|date=1977|url=https://books.google.co.id/books/about/Discipline_and_Punish.html?id=pWv1R2o_PWsC|title=Discipline and Punish: The Birth of the Prison|publisher=Vintage Books|isbn=978-0-679-75255-4|language=en}}</ref> Dalam pandangan Hamid, teori tersebut terpenuhi dalam pemaksaan pembacaan Islam menggunakan perspektif (metodologi dan teori) Barat<ref name=":7" />. Secara tersirat, ia menganggap bahwa liberalisasi Islam merupakan upaya melanggengkan penjajahan Barat yang sudah terejawantahkan sebelumnya dalam bentuk hegemoni keilmuan Orientalisme, sebagaimana yang dipaparkan oleh [[Edward Said|Said]]<ref>{{Cite book|last=Said|first=Edward W.|date=2014-10-01|url=https://www.google.com/books/edition/Orientalism/npF5BAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=said+orientalism&printsec=frontcover|title=Orientalism|publisher=Knopf Doubleday Publishing Group|isbn=978-0-8041-5386-7|language=en}}</ref> dan kemudian [[Wael Hallaq|Hallaq]].<ref>{{Cite book|last=Hallaq|first=Wael B.|date=2018-07-03|url=https://www.google.com/books/edition/Restating_Orientalism/HUtBDwAAQBAJ?hl=en|title=Restating Orientalism: A Critique of Modern Knowledge|publisher=Columbia University Press|isbn=978-0-231-54738-3|language=en}}</ref>
 
{{quote|...Tuhan tidak lagi berkaitan dengan ilmu, dunia empiris...Akhirnya Barat kini, dalam bahasa Nietzsche, sedang "menempuh ketiadaan yang tanpa batas."}}
Barat, menurut Hamid, menjadi peradaban yang "maju" namun,
 
Ketika pemikiran Barat masuk ke dalam semesta intelektualitas Indonesia, dalam pandangan Hamid, yang terjadi ialah diskursus teologi yang menggugat sifat Tuhan sebagai entitas maha kuasa, dan diskursus memisahkan antara ketuhanan sebagai akar peradaban dengan peradaban itu sendiri.
{{quote|...tanpa teks (kitab suci), tanpa otoritas teolog, dan ''last but not least'' tanpa Tuhan. Barat adalah peradaban yang meninggalkan Tuhan dari wacana keilmuan, wacana filsafat, wacana peradaban bahkan dari kehidupan publik.}}
 
{{quote|Kini di Indonesia dan di negeri-negeri Muslim lainnya, sebagian cendekiawan Muslim mulai ikut-ikutan risih dengan konsep Allah Maha Kuasa (''Supreme Being''). Tuhan tidak lagi mengatur segala aspek kehidupan manusia. Bahkan kekuasaan Tuhan harus dibatasi.}}
Hamid menekankan bahwa konsep Tuhan dalam tradisi intelektual Barat problematik, ia menulis,
 
Lebih jauh lagi, Hamid menegaskan, bahwa sekularisasi menumbuhkan logika relativisme. Dari pandangan relatif terhadap kebenaran agama, berujung kepada ateisme, yang meniadakan Tuhan. Produk akhirnya adalah membuat manusia menjadi ateis epistemologi, yang menolak kuasa Tuhan pada rasio.
{{quote|Sejak awal era modern, Francis Bacon (1561-1626) menggambarkan ''mindset'' manusia Barat begini: ''Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason.'' Maknanya, teologi di Barat tidak masuk akal dan berfilsafat tidak bisa melibatkan keimanan pada Tuhan.}}
 
{{quote|Mungkin karena tidak ada ilmu dalam teologi akhirnya tidak ada Tuhan dalam ilmu (''godless''). Jadi ateis di zaman modern adalah ateis epistemologi...Orang menjadi ateis bukan hanya karena lemah iman, tapi juga salah ilmu. Ilmunya tidak menambah imannya. Epistemologinya tidak teologis dan teologinya tidak epistemologis. Dalam Islam, hati yang tak berzikir adalah mati, dan otak yang tidak bertafakkur akan kufur.}}
Akibatnya, intelektualitas di peradaban Barat tidak bisa rukun dengan diskusi filsafat dan sains. Hamid menandaskan hal tersebut sekaligus akibat dari problematika ini.
 
{{quote|...Tuhan tidak lagi berkaitan dengan ilmu, dunia empiris...Akhirnya Barat kini, dalam bahasa Nietzsche, sedang "menempuh ketiadaan yang tanpa batas."}}
 
Untuk "membalik" efek liberalisasi dan westernisasi ini, Hamid mengajukan dewesternisasi dan deliberalisasi dengan program Islamisasi<ref>{{Cite web|last=Salim|first=Moh. Syam'un|date=2022-02-12|title=Prof. Hamid: Cerminan Imbangnya Kekayaan Turats dan Penguasaan Wacana Kontemporer|url=https://insists.id/prof-hamid-cerminan-imbangya-kekayaan-turats-dan-penguasaan-wacana-kontemporer/|website=INSISTS|language=|access-date=2024-07-09}}</ref> yang berasal dari pandangan hidup (''worldview'') Islam.<ref>{{Cite book|last=Zarkasyi|first=Hamid Fahmy|date=2020|url=https://www.google.com/books/edition/Minhaj_berislam/KP9fzQEACAAJ?hl=en|title=Minhaj berislam: dari ritual hingga intelektual|publisher=Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization|isbn=978-602-52894-3-9|language=id}}</ref>
 
=== Deliberalisasi ===
Istilah "Islam Liberal" mulai populer sejak tahun 2004 melalui kajian keislaman di kampus-kampus besar Islam di Indonesia.<ref>{{Cite book|last=Dzulhadi|first=Qosim Nursheha|date=2013|url=https://books.google.co.id/books/about/Membongkar_kedok_liberalisme_di_Indonesi.html?id=0eYwlwEACAAJ|title=Membongkar kedok liberalisme di Indonesia: study kritis pemikiran sekularisme, pluralisme & liberalisme|publisher=Cakrawala Publishing|isbn=978-602-205-011-7|language=id}}</ref> Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa corak Islam Liberal sudah terlihat sejak tahun 1990 - 2000 dengan diskursus teologi rasional [[Muktazilah|Mu'tazilah]] yang dikemukakan oleh [[Harun Nasution]],<ref>{{Cite book|last=Nasution|first=Harun|date=1979|url=https://books.google.co.id/books/about/Islam_ditinjau_dari_berbagai_aspeknya.html?id=ONf2vwEACAAJ|title=Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Universitas Indonesia|language=id}}</ref> yang kemudian memperoleh kritik dari [[Mohammad Rasjidi]].<ref>{{Cite book|last=Rasyidi|first=M.|date=1977|url=https://books.google.co.id/books/about/Koreksi_terhadap_Dr_Harun_Nasution_tenta.html?id=GMuOGwAACAAJ|title=Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Bulan Bintang|language=id}}</ref>
 
[[Leonard Binder]] menerangkan bahwa "Islam Liberal" adalah Muslim yang menganut faham penafsiran yang tidak tekstual terhadap [[Al-Qur'an|Qur'an]], melainkan menafsirkan dengan pencarian esensi makna yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.<ref>{{Cite book|last=Binder|first=Leonard|date=1988-08-15|url=https://books.google.co.id/books/about/Islamic_Liberalism.html?id=pkNKPebCfwEC|title=Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-05147-5|language=en}}</ref> [[Charles Kurzman|Kurzman]], dalam bukunya ''Liberal Islam'' (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul ''Wacana Islam Liberal''<ref>{{Cite journal|last=Kurzman|first=Charles|date=2001|title=Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global|url=https://scholar.google.com/scholar?cluster=1351541186559895345&hl=en&oi=scholarr|journal=Jakarta: paramadina}}</ref>)—yang secara aktif dikaji oleh akademisi Indonesia<ref name=":6" />—berpendapat bahwa Islam Liberal adalah Muslim yang kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam, di samping dengan memiliki semangat untuk mengedepankan nilai Islam yang sejalan dengan nilai liberalisme barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak asasi manusia dan lain sebagainya.<ref>{{Cite book|last=Kurzman|first=Charles|date=1998|url=http://dx.doi.org/10.1093/acref/9780195116212.001.0001|title=Liberal Islam|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-511621-2}}</ref>
 
Hamid Fahmy Zarkasyi mengkorelasikan antara pemikiran liberal cendekiawan Islam dengan tren pemikiran Barat untuk mewujudkan [[Masyarakat madani|masyarakat sipil]] (''civil society'') dan menegaskan bahwa [[metodologi]], kerangka kerja, konsep dan teori yang digunakan untuk mewujudkan gagasan masyarakat sipil bertentangan secara diametrikal dengan apa yang telah ada dalam tradisi intelektual Islam.<ref name=":7">{{Cite book|last=Zarkasyi|first=Hamid Fahmy|last2=Salim|first2=Mohammad Syam'un|date=2021|url=https://books.google.co.id/books/about/Rasional_tanpa_menjadi_liberal.html?id=Qpa3zgEACAAJ|title=Rasional tanpa menjadi liberal: menjawab tantangan liberalisasi pemikiran Islam|publisher=Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization|isbn=978-602-52894-4-6|language=id}}</ref> Ia menekankan bahwa pengkaji Islam Liberal terkesan "memaksakan" pembacaan Islam menggunakan metodologi dan teori Barat, tanpa proses epistemologis yang jelas.<ref name=":7" /> Hamid kemudian merelasikan pemaksaan ini dengan teori Foucault mengenai ilmu dan kekuasaan. Menurut Foucault, ilmu merupakan kekuasaan dan saat digunakan ia akan mengatur perilaku orang lain.<ref>{{Cite book|last=Foucault|first=Michel|date=1977|url=https://books.google.co.id/books/about/Discipline_and_Punish.html?id=pWv1R2o_PWsC|title=Discipline and Punish: The Birth of the Prison|publisher=Vintage Books|isbn=978-0-679-75255-4|language=en}}</ref> Dalam pandangan Hamid, teori tersebut terpenuhi dalam pemaksaan pembacaan Islam menggunakan perspektif (metodologi dan teori) Barat<ref name=":7" />. Secara tersirat, ia menganggap bahwa liberalisasi Islam merupakan upaya melanggengkan penjajahan Barat yang sudah terejawantahkan sebelumnya dalam bentuk hegemoni keilmuan Orientalisme, sebagaimana yang dipaparkan oleh [[Edward Said|Said]]<ref>{{Cite book|last=Said|first=Edward W.|date=2014-10-01|url=https://www.google.com/books/edition/Orientalism/npF5BAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=said+orientalism&printsec=frontcover|title=Orientalism|publisher=Knopf Doubleday Publishing Group|isbn=978-0-8041-5386-7|language=en}}</ref> dan kemudian [[Wael Hallaq|Hallaq]].<ref>{{Cite book|last=Hallaq|first=Wael B.|date=2018-07-03|url=https://www.google.com/books/edition/Restating_Orientalism/HUtBDwAAQBAJ?hl=en|title=Restating Orientalism: A Critique of Modern Knowledge|publisher=Columbia University Press|isbn=978-0-231-54738-3|language=en}}</ref>
 
=== Pandangan hidup dan epistemologi Islam ===