Surah Al-Ikhlas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: fr:Al-Ikhlas
Soufiyouns (bicara | kontrib)
+ {{Authority control}}
 
(47 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{infobox surah|number=112|name={{transliteration|ALA|Al-Ikhlāṣ|italic=no}}|name-ar=ٱلإخْلَاص|prev_sura=[[Surah Al-Lahab|Al-Lahab]]|next_sura=[[Al-Falaq]]|othernames-ar={{transliteration|ALA|At-Tauḥīd}}, ''Qulhu'', ''Nisbatur Rabbi'',<ref>Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. ''Mengungkap Rahasia Al-Qur'an''. Bandung: Mizan</ref> ''at-Tafrid'',<ref name="C"/> ''at-Tajrid'',<ref name="C"/> ''al-Wilayah'',<ref name="C"/> ''al-Ma'arifah'',<ref name="C"/> ''al-Jamal'',<ref name="C"/> ''Qasyqasy'',<ref name="C"/> ''al-Mudzakkirah'',<ref name="C"/> ''as-Shamad'',<ref name="C"/> ''al-Amin''<ref name="C">"Nama-nama lain dari Surah Al-Ikhlas", ''Hidayah'', Februari 2009</ref>|othernames=|juz=30|verses=4|words=15|letters=47|muqattaat=<!-- only if applicable -->|audio=112.AlIkhlas-MisharyRashedAlafasy.ogg|name-id=Ikhlas}}
{{Infobox Sura
| name = Al-Ikhlas {{br}}<big>الإخلاص</big>
| image = Al-Ikhlas.png
| caption =
| arti = ''Memurnikan Keesaan Allah''
| nama_lain = ''Qul Huwallah'', ''Nisbatur Rabbi''<ref>Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. ''Mengungkap Rahasia Al-Qur'an''. Bandung: Mizan</ref>, ''at-Tafrid''<ref name="C"/>, ''at-Tajrid''<ref name="C"/>, ''al-Wilayah''<ref name="C"/>, ''al-Ma'arifah''<ref name="C"/>, ''al-Jamal''<ref name="C"/>, ''Qasyqasy''<ref name="C"/>, ''al-Mudzakkirah''<ref name="C"/>, ''as-Shamad''<ref name="C"/>, ''al-Amin''<ref name="C">"Nama-nama lain dari Surah Al-Ikhlas", ''Hidayah'', Februari 2009</ref>
| klasifikasi = [[Makkiyah]]
| surah_ke = 112
| nomor_juz = [[Juz 30]]
| waktu_pewahyuan =
| jumlah_ruku = 1 ruku'
| jumlah_ayat = 4 ayat
| jumlah_kata =
| jumlah_huruf =
| ayat_sajdah =
| Harf-e-Mukatta'at =
}}
[[Berkas:Surat Al-Ikhlas - Maghribi script.jpg|thumb|200px|right|Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan abad ke-18]]
'''Surah Al-Ikhlas''' ([[bahasa Arab|Arab]]:'''الإخلاص''', "Memurnikan Keesaan Allah") adalah [[surah]] ke-112 dalam [[al-Qur'an]]. Surah ini tergolong surah [[Makkiyah]], terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan [[tauhid|keesaan]] [[Allah]] sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat [[Syahadat]].
 
'''Surah Al-Ikhlas''' ({{Lang-ar|الإخلاص|Al-Ikhlāṣ|lit=Ikhlas}}), disebut juga sebagai '''Surah at-Tauhid''' {{Lang-ar|التوحيد|At-Tauḥīd|lit=Keesaan (Allah)}}, adalah salah satu [[surah]] di dalam [[al-Qur'an]] yang isi [[ayat]]<nowiki/>nya membahas mengenai konsep [[Tuhan|ketuhanan]] dan keesaan [[Allah (Islam)|Allah]].<ref>{{Cite book|last=Nuruddin|first=Muhammad|date=2021|title=Hal-Hal yang Membingungkan Seputar Tuhan|location=Depok|publisher=Keira|isbn=978-623-7754-64-0|pages=78|url-status=live}}</ref> Di dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ikhlas berada pada urutan ke-112. Surah ini tergolong surah [[Makkiyah]] atau diturunkan di kota [[Makkah]] terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan [[tauhid|keesaan]] [[Allah]] sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat [[Syahadat]].
== Asbabun Nuzul ==
Ada beberapa [[hadits]] yang menjelaskan [[Asbabun Nuzul]] surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat [[Allah]] dimana Allah itu Esa ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|1}}), segala sesuatu tergantung pada-Nya ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|2}}), tidak beranak dan diperanakkan ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|3}}), dan tidak ada yang setara dengan Dia ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|4}}).
 
== Latar belakang ==
Dilihat dari peristiwa paling pertama, [[Abdullah bin Mas'ud]] meriwayatkan bahwa sekelompok [[Bani Quraisy]] pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari [[Ubay bin Ka'ab]] dan [[Jarir bin Abdillah]] yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada [[Nabi Muhammad]], ''"Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."'' Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.<ref>Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi</ref> Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini [[Makkiyah]]. Selain itu dari [[Ibnu Abbas]] dan [[Sa'id bin Jubair]] menyebutkan bahwa kaum [[Yahudi]] yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.<ref>Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat</ref> Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk [[Madaniyah]]. Dan juga riwayat [[Qatadah]] menyebutkan Nabi Muhammad didatangi [[kaum Ahzab]] (Persekutuan antara kaum [[Bani Quraisy]], [[Yahudi|Yahudi Madinah]], [[Bani Ghatafan]] dari [[Thaif]] dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar [[Makkah]]) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini.
[[Berkas:Surat Al-Ikhlas - Magharibi script.jpg|jmpl|200px|ka|Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan abad ke-18]]
Ada beberapa [[hadits|hadis]] yang menjelaskan [[Asbabun Nuzul|Asbabunnuzul]] surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat [[Allah]] di mana Allah itu Esa ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|1}}), segala sesuatu tergantung pada-Nya ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|2}}), tidak beranak dan diperanakkan ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|3}}), dan tidak ada yang setara dengan Dia ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|4}}).
 
Dilihat dari peristiwa paling pertama, [[Abdullah bin Mas'ud]] meriwayatkan bahwa sekelompok [[Bani Quraisy]] pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari [[Ubay bin Ka'ab]] dan [[Jarir bin Abdillah]] yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada [[Nabi Muhammad]], ''"Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."'' Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.<ref>Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi</ref> Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini [[Makkiyah]]. Selain itu dari [[Ibnu Abbas]] dan [[Sa'id bin Jubair]] menyebutkan bahwa kaum [[Yahudi]] yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.<ref>Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat</ref> Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk [[Madaniyah]]. Dan juga riwayat [[Qatadah]] menyebutkan Nabi Muhammad didatangi [[kaum Ahzab]] (Persekutuan antara kaum [[Bani Quraisy]], [[Yahudi|Yahudi Madinah]], [[Bani Ghatafan]] dari [[Thaif]] dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar [[Makkah]]) yang juga menanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini.
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut [[Abul A'la Maududi]], dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk [[Makkiyah]]. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada [[Muhammad di Mekkah|periode awal Islam di Mekkah]] yaitu ketika [[Bani Quraisy]] menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika [[Bilal bin Rabah]] disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.<ref>''The Noble Qur'an''. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.</ref>
 
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut [[Abul A'la Maududi]], dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk [[Makkiyah]]. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada [[Muhammad di Mekkah|periode awal Islam di Mekkah]] yaitu ketika [[Bani Quraisy]] menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah di mana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika [[Bilal bin Rabah]] disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.<ref>''The Noble Qur'an''. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.</ref>
 
Pendapat lain yaitu menurut [[as-Suyuthi]]. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat [[Abus Syaikh]] di dalam [[Kitab al-Adhamah]] dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa [[Yahudi|Yahudi Khaibar]] datang menemui Nabi dan berkata, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, [[Adam]] dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.<ref>Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1</ref>
Baris 32 ⟶ 17:
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa [[Nabi Muhammad]] pernah bersabda bahwa [[pahala]] membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga [[Al-Qur'an]] sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan [[Khatam|mengkhatam Al-Qur'an]]. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. [[Umar bin Khattab|Umar]] menganggap mustahil hal itu, namun begitu [[Ali bin Abu Thalib|Ali]] menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.
 
Riwayat [[Anas bin Malik]] juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimanadi mana 70.000 [[malaikat]] diutus kepada seorang [[sahabat nabi|sahabat]] di [[Madinah]] yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di [[Tabuk]] merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimanadi mana kemudian malaikat [[Jibril]] datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
 
=== KeutamaanTeks lain ===
Dalam riwayat [[Ibnu Abbas]] disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan [[Isra' Mi'raj|Isra']] ke langit, melihat [[Arsy]] di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat [[padang Sahara]] sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
 
* Arti keesaan Tuhan (1–4)
Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa ''Qul Huwallahu Ahad'' (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, ''Allahus Shamad'' (ayat 2) pada sayap [[Mikail]], ''Lam Yalid Walam Yuulad'' (ayat 3) pada sayap [[Izrail]], dan ''Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad'' (ayat 4) pada sayap [[Israfil]]. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca [[Taurat]], [[Injil]], [[Zabur]], dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa ''Qul Huwallahu Ahad'' (ayat 1) tertulis pada dahi [[Abu Bakar]], ''Allahus Shamad'' (ayat 2) pada dahi Umar, ''Lam Yalid Walam Yuulad'' (ayat 3) pada dahi [[Utsman bin Affan|Utsman]], dan ''Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad'' (ayat 4) pada dahi Ali.<ref>Kitab Hayatun Quluubi</ref>
{{Teks quran blok |s=112 |nama surat=y |basmalah=y
 
|a1=1
Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi [[Siratul Mustaqim]] menuju [[surga]].<ref>Kitab Tadzikaratul Qurthuby</ref>
|t1=Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.
 
|a2=2
<!--
|t2=Allah tempat meminta segala sesuatu.
Tafsir Singkat Surat Al Ikhlas
Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal
 
|a3=3
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ’ala Rosulillah wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.
|t3=(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
alquranSetelah kita mengetahui tafsiran surat Al Ikhlash ini, maka sangat bagus sekali jika kita mengetahui keutamaan surat ini dan kapan saja kita dianjurkan membaca surat ini. Silakan menyimak pembahasan berikut ini.
[Keutamaan Pertama]
Surat Al Ikhlas Setara dengan Tsulutsul Qur’an (Sepertiga Al Qur’an)
 
|a4=4
Hal ini berdasarkan hadits :
|t4=dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
 
|attr="[https://quran.com/112 Surah Al-Ikhlas]" Quran.com}}
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) يُرَدِّدُهَا ، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ »
Dari Abu Sa’id (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Qur’an”. (HR. Bukhari no. 6643) [Ada yang mengatakan bahwa yang mendengar tadi adalah Abu Sa’id Al Khudri, sedangkan membaca surat tersebut adalah saudaranya Qotadah bin Nu’man.]
 
Begitu juga dalam hadits:
 
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِى لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ». قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) يَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ».
Dari Abu Darda’ dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam?” Mereka mengatakan,”Bagaimana kami bisa membaca seperti Al Qur’an?” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.” (HR. Muslim no. 1922)
 
An Nawawi mengatakan,
Dalam riwayat yang lainnya dikatakan, ”Sesungguhnya Allah membagi Al Qur’an menjadi tiga bagian. Lalu Allah menjadikan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) menjadi satu bagian dari 3 bagian tadi.” Lalu Al Qodhi mengatakan bahwa Al Maziri berkata, ”Dikatakan bahwa maknanya adalah Al Qur’an itu ada tiga bagian yaitu membicarakan (1) kisah-kisah, (2) hukum, dan (3) sifat-sifat Allah. Sedangkan surat Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) ini berisi pembahasan mengenai sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, surat ini disebut sepertiga Al Qur’an dari bagian yang ada. Ada pula yang mengatakan bahwa pahala membaca surat ini adalah dilipatgandakan seukuran membaca sepertiga Al Qur’an tanpa ada kelipatan. (Syarh Shohih Muslim, 3/165)
 
Apakah Surat Al Ikhlas bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an?
Maksudnya adalah apakah seseorang apabila membaca Al Ikhlas sebanyak tiga kali sudah sama dengan membaca satu Al Qur’an 30 juz? [Ada sebagian orang yang meyakini hadits di atas seperti ini.]
Jawabannya: tidak. Karena ada suatu kaedah:
SESUATU YANG BERNILAI SAMA, BELUM TENTU BISA MENGGANTIKAN.
 
Itulah surat Al Ikhlas. Surat ini sama dengan sepertiga Al Qur’an, namun tidak bisa menggantikan Al Qur’an. Salah satu buktinya adalah apabila seseorang mengulangi surat ini sebanyak tiga kali dalam shalat, tidak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca surat Al Fatihah adalah rukun shalat, pen). Surat Al Ikhlas tidak mencukupi atau tidak bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an, namun dia hanya bernilai sama dengan sepertiganya.
Bukti lainnya adalah seperti hadits :
 
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ
”Barangsiapa mengucapkan (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ) sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti memerdekakan emat budak keturunan Isma’il.” (HR. Muslim no. 7020)
 
Pertanyaannya : Apakah jika seseorang memiliki kewajiban kafaroh, dia cukup membaca dzikir ini?
Jawabannya : Tidak cukup dia membaca dzikir ini. Karena sesuatu yang bernilai sama belum tentu bisa menggantikan. (Diringkas dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah 97-98, Tafsir Juz ‘Amma 293)
Mudah-mudahan kita memahami hal ini.
 
[Keutamaan Kedua]
Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah
 
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada seorang budak. Budak ini biasanya di dalam shalat ketika shalat bersama sahabat-sahabatnya sering mengakhiri bacaan suratnya dengan ’Qul huwallahu ahad.’ Tatkala para sahabatnya kembali, mereka menceritakan hal ini pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata,
سَلُوهُ لأَىِّ شَىْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ
”Tanyakan padanya, kenapa dia melakukan seperti itu?”
Mereka pun menanyakannya, dia pun menjawab,
 
لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا
”Surat ini berisi sifat Ar Rahman. Oleh karena itu aku senang membacanya.”
 
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,
 
أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ
”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya.” (HR. Bukhari no. 7375 dan Muslim no. 813)
 
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya”. Beliau mengatakan,
 
”Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya i’tiqodnya (keyakinannya terhadap Rabbnya).” (Fathul Bari, 20/443)
 
Faedah dari hadits di atas:
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan, ”Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia menutupnya dengan membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah, dia membaca dua surat, surat yang terakhir adalah Al Ikhlash, pen). Inilah yang dia lakukan di setiap raka’at. Kemungkinan pertama inilah yang nampak (makna zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup akhir bacaannya dengan surat Al Ikhlash, maksudnya adalah surat Al Ikhlas khusus dibaca di raka’at terakhir. Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama tadi, ini menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah) dalam satu raka’at.” Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari, 20/443)
Inilah di antara fadhilah (keutamaan surat Al Ikhlash). Selanjutnya kita akan melihat beberapa waktu yang dianjurkan membaca surat yang mulia ini. -->
 
== Referensi ==
Baris 107 ⟶ 42:
== Pranala luar ==
{{wikisource|Al-Qur'an/Al-Ikhlas|Surah Al-Ikhlas}}
 
{{Sura|112|[[Surah Al-Lahab]]|[[Surah Al-Falaq]]}}
{{Qur'anNavigasi Surah}}
{{Authority control}}
{{Qur'an-stub}}
 
[[Kategori:Surah|Ikhlas]]
[[ace:Surat Al-Ikhlash]]
[[Kategori:Makiyah|Ikhlas]]
[[ar:سورة الإخلاص]]
[[Kategori:Tauhid]]
[[az:İxlas surəsi]]
 
[[bg:Ал-Ихлас]]
{{Qur'an-stub}}
[[bn:সূরা ইখলাস]]
[[ce:Сура Догцlаналла]]
[[de:Al-Ichlās]]
[[diq:İxlas]]
[[en:Al-Ikhlas]]
[[fa:توحید (سوره)]]
[[fi:Al-Ikhlas]]
[[fr:Al-Ikhlas]]
[[he:סורת אל-אח'לאץ]]
[[hi:अल-इखलास]]
[[it:Al-Ikhlāṣ]]
[[jv:Surat Al Ikhlash]]
[[kk:Әл-Ықылас сүресі]]
[[ku:Îxlas]]
[[ml:അൽ ഇഖ്‌ലാസ്]]
[[ms:Surah Al-Ikhlas]]
[[mzn:اخلاص]]
[[nl:Soera De Toewijding]]
[[pl:Al-Ichlas]]
[[ps:سورة الإخلاص]]
[[pt:Al-Ikhlas]]
[[ru:Сура Аль-Ихлас]]
[[sl:Enotnost (sura)]]
[[so:Al-Ikhlas]]
[[su:Al-Ikhlas]]
[[sv:Al-Ikhlāṣ]]
[[tr:İhlas Suresi]]
[[tt:Әл-Ихлас]]
[[ur:الاخلاص]]