Tijarah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Soufiyouns (bicara | kontrib) + {{Authority control}} |
||
(15 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Menurut [[Imam An-Nawawi|Imam an-Nawawi]], ahli fikih Mazhab
== Hukum ==
Hukum ''tijarah'' pada prinsipnya adalah mubah (dibolehkan), hal ini berdasarkan surah Al-Baqarah (2) ayat 275, An-Nisa (4) ayat 29, dan Al-Baqarah (2) ayat 282. Ayat pertama membicarakan tentang praktik jual beli dan pengharaman riba, karena ''tijarah'' termasuk jual beli, maka hukumnya sama dengan jual beli. Ayat kedua menjelaskan tentang keharaman memakan harta manusia secara batil, kecuali melalui perdagangan yang dilaksanakan suka sama suka. Adapun ayat ketiga berbicara mengenai perlunya saksi dalam jual beli.
[[Muhammad|Rasulullah SAW]] suatu ketika pernah ditanya oleh seseorang tentang usaha yang terbaik. Dia menjawab, yaitu "Seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan berdagang secara baik".(HR Al-Bazzar dan disahihkan oleh Al-Hakim dari Rifaah bin Rafi). Ayat Alquran dan sunnah Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa hukum ''tijarah'' diperbolehkan.
== Rukun ==
Rukun ''tijarah'' terdiri dari ''sigah, aqid,'' dan ''maqud. Sigah'' merupakan transaksi atau dikenal dengan [[ijab dan kabul]]. A''qid'' adalah pelaku atau orang yang melakukan ''tijarah.'' Adapun ''Maqud'' merupakan barang yang diperdagangkan.<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Hukum Islam|last=Aziz Dahlan|first=Abdul|publisher=PT. Ichtiar Baru Van Hoeve|year=2003|isbn=979-8276-96-5|location=Jakarta|pages=1825}}</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Hukum Islam]]
[[Kategori:Islam]]
|