Suku Boti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Busu Neneng (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Etnik
 
(17 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{disambiginfo|Boti (disambiguasi)}}
{{Infobox ethnic group
|group = Suku Boti
|image = Suku boti dalam.jpg
|caption = KelompokDua orang pria suku Boti dalamDalam.
|poptime =
|population=3.000<ref name="BOTI"/>
|population=|region1=[[Kabupaten Timor Tengah Selatan]], (Kecamatan Kie)<ref>{{Cite web|title=Fakta Unik Suku Boti|url=https://katadesa.id/index.php/dari-desa-ke-desa-1/120-fakta-unik-suku-boti|website=katadesa.id|access-date=2023-04-12}}</ref>
|pop1= 2.819 jiwa
|popplace =
|langs = [[Bahasa Uab Meto|Bahasa Dawan]]
|rels = {{•}}[[Halaika]]<br>{{•}}[[Kristen]] ([[Protestan]] & [[Katolik]])
|related = [[Suku Atoni|Atoni]]
}}
'''Suku Boti''' adalah [[kelompok etnis]] yang merupakan keturunanbagian dari suku asli [[pulau Timor]], Atoniyakni Meto[[Suku Atoni|Atoni]]. Wilayah pemukiman suku Boti terletak sekitar 40 km dari kota [[kabupatenKabupaten Timor Tengah Selatan]] yang secara administratif kini sudah menjadi desa Boti, kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku ini memilikimenuturkan [[Bahasa Uab Meto|bahasa Dawan]] sebagai bahasa daerahnyatutur sehari-hari.
 
Seperti halnya [[Sukusuku Baduy]] di [[Banten]], wilayah Boti juga mengenal dua kampung. Kampung Boti Dalam dan Boti Luar. Jumlah penduduk Boti Dalam sekitar 77 Kepala Keluarga atau 319 jiwa, sedangkan Boti Luar sekitar 2.500 jiwa. Hanya Kampung Adat Boti Dalam yang mewarisi dan mempraktikkan tradisi lokal dan agama asli yang disebut [[Halaika]]. Suku Boti Dalam tinggal di areal seluas 3.000 meter persegi yang dikelilingi pagar kayu. SebagianSedangkan suku Boti Luar sudah ada yang beragama [[Kristen Protestan]] dan [[Katolik]].<ref name="BOTI">{{Cite web|title=Fakta Unik Suku Boti|url=https://katadesa.id/index.php/dari-desa-ke-desa-1/120-fakta-unik-suku-boti|website=katadesa.id|access-date=2023-04-12}}</ref>
 
Untuk dapat terus menjaga dan menjalankan adat dan kepercayaan mereka, anak-anak dalam satu keluarga dibagi dua, separuh dari anak-anak mereka diperbolehkan bersekolah sementara yang lainnya tidak diperkenankan. Tujuannya agar mereka dapat teguh memegang adat tradisi mereka. Aturan pendidikan bagi anak-anak Boti bertujuan agar tercipta keseimbangan antara kehidupan masa sekarang dengan kehidupan berdasarkan adat dan tradisi yang sudah diwariskan oleh leluhur mereka. Banyak kaum sesepuh Boti yang tidak lancar bahkan tidak bisa berbahasa Indonesia. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa daerah Dawan. Namun demikian, bahasa bukan halangan bagi warga Boti untuk menyambut tamu-tamu mereka yang datang ke desa mereka.
Baris 20 ⟶ 22:
 
== Agama ==
Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan mereka yang disebut Halaika, khususnya Boti Dalam. Mereka percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis Pah dan Uis Neno. Uis Pah sebagai mama atau ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno sebagai papa atau bapak yang merupakan penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya di dunia. Sebagian sukuSuku Boti Luar sudah ada yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik.
 
''Uis Neno ma Uis Pah'' mengajarkan masyarakat untuk menjaga hubungan baik antara manusia dan dewa, manusia dan manusia lainnya, serta manusia dan alam. Keyakinan ini membutuhkan menjaga alam dan saling memperhatikan. Masyarakat Boti menghormati roh leluhur mereka sebagai pelindung bumi dan sebagai jembatan antara manusia, alam, dan Roh Ilahi. Manusia harus saling menjaga, mencintai, dan menghormati.<ref name=":0">{{Cite book|last=Arif|first=Ahmad|date=2021|title=Masyarakat Adat dan Kedaulatan Pangan|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=9786024814809|pages=240|url-status=live}}</ref>
== Ritus Ibadat ==
Paling tidak terdapat dua ritus ibadat Suku Boti yang menjadi ciri khas dalam agama [[Halaika]].
1. Pertama adalah ritual ''Natoni''. Ritual ini diartikan sebagai ekspresi dari seorang pemberi pesan berupa syair-syair yang disampaikan secara langsung (lisan). Isi dari ''Natoni'' sendiri ialah ungkapan rasa syukur kepada 2 dewa (Uis Pah dan Uis Neno) dan arwah-arwah orang mati, serta kepada sesama anggota suku. Tata cara ritual ini dimulai saat seorang penutur (antonis) menyenandungkan syair-syair kiasan adat dan selanjutnya diikuti oleh pendamping penutur. Ritual tidak dilakukan secara pasti setiap tahunnya, dikarenakan ritual ini merupakan ritual yang diperuntukan saat ada acara seremonial, semisal penyambutan tamu terhormat dan pelepasan tamu.<ref>{{Cite web|last=DenztrialCK|date=2016-10-27|title=Suku Boti|url=https://denztrialck.wixsite.com/mysite/single-post/2016/10/27/suku-boti|website=mysite|language=en|access-date=2023-04-12}}</ref>
 
== Ritus Ibadat ==
2. Kedua ialah ''Poit Pah'' yang diterjemahkan sebagai syukuran panen. Upacara keagamaan ini dipimpin langsung oleh Kepala Suku Boti. Awalnya warga Boti berkumpul di “Rumah Tua” atau rumah kepala suku untuk mendapat nasihat serta berdiskusi mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan saat upacara nanti, biasanya berupa hasil bumi dan ternak, setelah bahan-bahan yang diperlukan siap, kaum pria membawa seserahan ke hutan sakral yang dinamakan ''Nasi Fain Metan'', disitu terdapat 2 mezbah yakni untuk Uis Pah dan arwah leluhur serta untuk Uis Neno. Makna yang terkandung dari ritual Poit Pah adalah :
Paling tidak terdapat dua ritus ibadat Suku Boti yang menjadi ciri khas dalam agama [[Halaika]].<br>1. Pertama adalah ritual ''Natoni''. Ritual ini diartikan sebagai ekspresi dari seorang pemberi pesan berupa syair-syair yang disampaikan secara langsung (lisan). Isi dari ''Natoni'' sendiri ialah ungkapan rasa syukur kepada 2 dewa (Uis Pah dan Uis Neno) dan arwah-arwah orang mati, serta kepada sesama anggota suku. Tata cara ritual ini dimulai saat seorang penutur (antonis) menyenandungkan syair-syair kiasan adat dan selanjutnya diikuti oleh pendamping penutur. Ritual tidak dilakukan secara pasti setiap tahunnya, dikarenakan ritual ini merupakan ritual yang diperuntukan saat ada acara seremonial, semisal penyambutan tamu terhormat dan pelepasan tamu.<ref>{{Cite web|last=DenztrialCK|date=2016-10-27|title=Suku Boti|url=https://denztrialck.wixsite.com/mysite/single-post/2016/10/27/suku-boti|website=mysite|language=en|access-date=2023-04-12}}</ref><br>2. Kedua ialah ''Poit Pah'' yang diterjemahkan sebagai syukuran panen. Upacara keagamaan ini dipimpin langsung oleh Kepala Suku Boti. Awalnya warga Boti berkumpul di “Rumah Tua” atau rumah kepala suku untuk mendapat nasihat serta berdiskusi mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan saat upacara nanti, biasanya berupa hasil bumi dan ternak, setelah bahan-bahan yang diperlukan siap, kaum pria membawa seserahan ke hutan sakral yang dinamakan ''Nasi Fain Metan'', disitu terdapat 2 mezbah yakni untuk Uis Pah dan arwah leluhur serta untuk Uis Neno. Makna yang terkandung dari ritual Poit Pah adalah :<br>• Ucapan syukur untuk kesuburan yang diberikan Uis Pah<br>• Ucapan syukur untuk perlindungan dan keselamatan yang diberikan Uis Neno<br>• Memanjatkan doa permohonan kepada Uis Pah, Nitu dan Uis Neno agar tetap menjaga, melindungi dan memberikan kesuburan agar di tahun-tahun mendatang panen tetap berhasil.</br>
• Ucapan syukur untuk kesuburan yang diberikan Uis Pah
• Ucapan syukur untuk perlindungan dan keselamatan yang diberikan Uis Neno
• Memanjatkan doa permohonan kepada Uis Pah, Nitu dan Uis Neno agar tetap menjaga, melindungi dan memberikan kesuburan agar di tahun-tahun mendatang panen tetap berhasil.
 
== Aturan Adat ==
Baris 39 ⟶ 37:
Aturan pertama ialah, laki-laki dewasa yang telah menikah diharuskan untuk tidak memotong rambutnya. Apabila rambut dari laki-laki tersebut tumbuh panjang, maka harus diikat dan dikonde. Rambut merupakan simbol sakral dalam agama khas Boti, oleh karena itu pemotongan rambut terutama pada laki-laki dipandang sebagai bentuk pelanggaran berat. Sanksinya berupa pengucilan bahkan dikeluarkan dari desa. Kasus ini pernah terjadi pada Laka Benu, kakak dari kepala suku Boti saat ini. Laka Benu berpindah agama menjadi Kristen dan memotong rambutnya sehingga ia harus keluar dari desa.
 
Aturan adat kedua yang terbilang unik yaitu sanksi terhadap tindak pencurian. Suku Boti menjunjung tinggi ajaran agama bahwa kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan, sehingga sebagai contoh jika seseorang melakukan pencurian pada ternak atau hasil kebun tetangganya, maka tetua-tetua adat akan berembuk dan menambahkan jenis barang yang dicuri oleh pelanggar (jika si pencuri mengambil ayam, maka tua adat akan menambahkan ayam berkali ganda kepada pencuri tersebut). Aturan adat ini diterapkan karena mereka beranggapan, pencuri adalah orang yang tidak mampu. Padahal ketidakmampuam merupakan aib besar. Dengan cara ini, tradisi ini mengajarkan warganya untuk gigih bekerja keras dan memiliki rasa malu jika sampai mencuri hak orang lain.<ref name=":0" />
 
=== Aturan pada hari-hari tertentu ===
Suku boti memiliki aturan saat hari-hari tertentu, yaitu:<br>• Neon Ai (Hari Api). Hari yang diartikan sebagai hari yang terang dan cerah. Tetapi perlu berhati-hati dengan penggunaan api, sebab jika tidak dapat mendatangkan malapetaka berupa kebakaran.<br>• Neon Oe (Hari Air). Aktivitas lebih berorientasi pada air. Dalam artian harus menggunakan air secara bertanggung jawab dan pada hari ini peran dewa air (Uis Oe) sangat besar sehingga perlu juga diwaspadai.<br>• Neon Besi (Hari Besi) Hari yang dikeramatkan bagi barang-barang yang berbau besi. Jadi harus hati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam seperti pisau, parang, tombak dan pedang.<br>• Neon Uis Pah ma Uis Neno (Hari Dewa Bumi dan Dewa Langit). Hari ini merupakan hari yang diperuntukan bagi semua makhluk hidup untuk memuliakan Pencipta dan Pemelihara hidup serta pemangku dan pemberi kesuburan. (Amoet Apakaet, Afafat ma Amnaifat; Manikin ma Oe',tene he Namlia ma Nasbeb).<br>• Neon Suli (Hari Perselisihan). Hari yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi dalam komunitas. Berhati-hati pula dalam berinteraksi sosial dengan sesama karena peluang besar untuk terjadi perselisihan.<br>• Neon Masikat (Hari Berebutan). Hari ini merupakan kesempatan bagi warga untuk memanfaatkannya secara efisien dan efektif dalam berkomunikasi dan beraktifitas baik dengan sesama maupun lingkungan alam. Hari ini juga merupakan kesempatan untuk meraih sukses dalam hidup.<br>• Neno Naek (Hari Besar). Hari besar, yang penuh nuansa kasih persaudaraan, sehingga perlu dijauhi kecenderungan terjadinya sengketa baik dalam keluarga maupun dengan sesama tetangga atau dalam komunitas yang lebih luas lagi.<br>• Neon Li'ana (Hari Anak-anak). Hari yang disediakan bagi anak-anak untuk dapat mengekspresikan kebahagiaan lewat bermain dan aktivitas lainnya yang bernuansa gembira. Orang tua tidak boleh membatasi atau melarang anak-anak dalam beraktifitas.<br>• Neon Tokos (Hari Istirahat). Hari yang tenang dan teduh, sebab di balik keheningan orang Boti dapat mereflesikkan hidupnya, sejauh mana hubungan dengan sesama, alam dan teristimewa sang pencipta dan pemelihara hidup. Juga dijadikan moment untuk mensyukuri setiap berkat yang diperoleh selama sepekan.</br>
Mengutip artikel yang diterbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten TTS mengenai Suku Boti di tahun 2015, suku boti memiliki aturan saat hari-hari tertentu, yaitu:
• Neon Ai (Hari Api). Hari yang diartikan sebagai hari yang terang dan cerah. Tetapi perlu berhati-hati dengan penggunaan api, sebab jika tidak dapat mendatangkan malapetaka berupa kebakaran.
• Neon Oe (Hari Air). Aktivitas lebih berorientasi pada air. Dalam artian harus menggunakan air secara bertanggung jawab dan pada hari ini peran dewa air (Uis Oe) sangat besar sehingga perlu juga diwaspadai.
• Neon Besi (Hari Besi) Hari yang dikeramatkan bagi barang-barang yang berbau besi. Jadi harus hati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam seperti pisau, parang, tombak dan pedang.
• Neon Uis Pah ma Uis Neno (Hari Dewa Bumi dan Dewa Langit). Hari ini merupakan hari yang diperuntukan bagi semua makhluk hidup untuk memuliakan Pencipta dan Pemelihara hidup serta pemangku dan pemberi kesuburan. (Amoet Apakaet, Afafat ma Amnaifat; Manikin ma Oe',tene he Namlia ma Nasbeb).
• Neon Suli (Hari Perselisihan). Hari yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi dalam komunitas. Berhati-hati pula dalam berinteraksi sosial dengan sesama karena peluang besar untuk terjadi perselisihan.
• Neon Masikat (Hari Berebutan). Hari ini merupakan kesempatan bagi warga untuk memanfaatkannya secara efisien dan efektif dalam berkomunikasi dan beraktifitas baik dengan sesama maupun lingkungan alam. Hari ini juga merupakan kesempatan untuk meraih sukses dalam hidup.
• Neno Naek (Hari Besar). Hari besar, yang penuh nuansa kasih persaudaraan, sehingga perlu dijauhi kecenderungan terjadinya sengketa baik dalam keluarga maupun dengan sesama tetangga atau dalam komunitas yang lebih luas lagi.
• Neon Li'ana (Hari Anak-anak). Hari yang disediakan bagi anak-anak untuk dapat mengekspresikan kebahagiaan lewat bermain dan aktivitas lainnya yang bernuansa gembira. Orang tua tidak boleh membatasi atau melarang anak-anak dalam beraktifitas.
• Neon Tokos (Hari Istirahat). Hari yang tenang dan teduh, sebab di balik keheningan orang Boti dapat mereflesikkan hidupnya, sejauh mana hubungan dengan sesama, alam dan teristimewa sang pencipta dan pemelihara hidup. Juga dijadikan moment untuk mensyukuri setiap berkat yang diperoleh selama sepekan.
 
== Falsafah ==
Ada 4 falsafah asli Suku Boti yang berisikan larangan-larangan :<br>• Kaes mu bak, artinya warga halaika dilarang mencuri; <br>• Kaes mam paisa, artinya warga halaika dilarang berzinah dan merampas istri orang lain;<br>• Kaes teun tua, artinya warga halaika dilarang meminum minuman keras/beralkohol;<br>• Kaes heot heo artinya warga halaika dilarang memetik bijol atau biola tradisional khas orang Timor, memetik buah kusambi (kaes hupu sapi), dan memotong bambu (kaes oet o’) bila waktu untuk memanen belum tiba.</br>
Ada 4 falsafah asli Suku Boti yang berisikan larangan-larangan :
• Kaes mu bak, artinya warga halaika dilarang mencuri;
• Kaes mam paisa, artinya warga halaika dilarang berzinah dan merampas istri orang lain;
• Kaes teun tua, artinya warga halaika dilarang meminum minuman keras/beralkohol;
• Kaes heot heo artinya warga halaika dilarang memetik bijol atau biola tradisional khas orang Timor, memetik buah kusambi (kaes hupu sapi), dan memotong bambu (kaes oet o’) bila waktu untuk memanen belum tiba.
 
== Sosial ==
Baris 67 ⟶ 52:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Boti]]