Suku Dayak Banyadu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Otohodox (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Etnik
 
(21 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ganti infobox}}
{| class="wikitable sortable mw-collapsible mw-collapsed infobox bordered" style="width:22em; font-size:95%; text-align:left;" cellpadding="3"
! colspan="2" style="text-align:center; font-size:larger; background-color:#0000ff; color:#fee8ab;" | Dayak BanyukeBanyadu
( Orang Banyadu )
|-
! style="background-color:#6495ed;" | Wilayah Penyebaran
| style="background-color:#87cefa;" |
[[Kabupaten Landak]] [[Kabupaten Bengkayang]] [[Kabupaten Sanggau]] Republik [[Indonesia]]
DI KABUPATEN LANDAK:
 
Di kecamatan Banyuke Hulu, Kecamatan Menyuke Darit, Kecamatan Meranti, Kota Ngabang, Kecamatan Jelimpo, Kecamatan Air Besar.
 
Di KABUPATEN BENGKAYANG:
 
Kecamatan Teriak, Kota Bengkayang, Kecamatan Ledo, Kecamatan Seluas Dan Dikecamatan Samalantan.
 
Di KABUPATEN SANGGAU:
 
Dikecamatan Tayan Hulu.
 
DI KABUPATEN kUBU RAYA:
 
Dikecamatan Ambawang.
 
Selain Itu terdapat juga di kota Singkawang dan kota Pontianak serta di kecamatan Toho Kabupaten Mempawah.
|-
!Populasi
!Kurang-lebih 70.000 Jiwa Di Kalimantan Barat
|-
! style="background-color:#6495ed;" | Dialek
Baris 31 ⟶ 11:
|-
! style="background-color:#6495ed;" | Agama
| style="background-color:#87cefa;" | [[Katolik]] 60 %, [[Protestan]]30 % & Sisanya[[Kaharingan]] Agama10 Adat ( Agama Jubata )%
|-
! style="background-color:#6495ed;" | Kelompok Dialek Terdekat
Baris 37 ⟶ 17:
|}
 
Suku '''Dayak Banyuke'''  adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan "'''Dayak Banyuke'''" diambil dari nama kota orang Banyadu pada masa lalu yaitu kota Banyuke yang merupakan sebuah ''Bandong'' (ibukotaibu kota atau pusat pemerintahan) orang Banyadu pada masa lalu, yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Sedangkan sebutan "Suku  '''Dayak Banyadu'''" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata "  '''Nyadu'''" yang artinya "  '''Tidak'''" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya.
 
== Sejarah Eksistensi ==
Berdasarkan cerita dan analisaanalisis terhadap bahasa mereka. Kita dapat mengetahui bahwa Dayak Banyuke atau Orang Banyadu adalah subsuku Dayak yang terbentuk dari asimilasi atau pencampuran antara Dayak Bidayuhik Bakati dengan Dayak Kanayatn. Mereka adalah subsuku Dayak yang terbentuk dari percampuran antara anak cucu kakek Salutok Salunukng bersama pengikutnya dengan anak-cucu Kakek Lubish dan pengikutnya.
 
Salutok Salunukng adalah salahsatu putra raja terakhir Dayak Bidayuh dari kerajaan Sikukng (Sungkung). Raja Sikukng yang terakhir ini bernama Siang Nuk Nyinukng. Kejadian ini terjadi beribu-ribu tahun, sebelum tahun masehi (tahun kelahiran kristus). Awalnya Salutok Salunukng bersama adiknya yang bernama Buta Sabangam (nenek moyang suku Dayak Bakati) beserta bersama para pengikut mereka, diutus oleh Ayahanda mereka untuk menempati tanah di bagian selatan Sungkung. Di dalam perjalanan Adiknya, ''Butag Sabangam'' tidak dapat melanjutkan perjalanan ke selatan, kemudian mereka berpisah. Pada saat berpisah sebagian besar pengikut mereka memilih menemani ''Buta Sabangam''. Akhirnya ''Salutok Salunukng'' bersama sebagian kecil pengikutnya, yang masing-masing membawa serta keluarganya memilih melanjutkan perjalanan ke selatan.
 
Pada suatu masa, keturunan mereka yang masih berbahasa Dayak Bidayuh berasimilasi dengan warga Dayak Bakati yaitu sub-suku Dayak keturunan ''Butag Sabangam'' dan pengikutnya. Karena jumlah orang Bakati lebih banyak menyebabkan mereka ikut menggunakan bahasa Bakati yaitu varian baru dari bahasa Dayak Bidayuh. Setelah berabad-abad mereka bercampur dan mendiami kawasan dimana kota Bengkayang berada saat ini. Kemudian mereka membangun kerajaan bersama yang diberi nama kerajaan Bawakng. Hingga pada suatu masa, warga Dayak Kanayatn dengan rombongan besar dari tanah asal mereka dikawasan pesisir barat mendatangi kota Bawakng-Basawag yaitu ibukotaibu kota (Bandong) dari kerajaan Bawakng. Disana mereka tinggal bersama dengan orang Bakati. Kedatangan mereka terjadi dimasa pemerintahan raja '''''Saapangko''''' (Sepinggangku / setinggi pinggangku) yaitu masa dimana kerajaan Bawakng mulai jaya, yang pada orang Kanayatn dikenal dengan sebutan masa “Bawakng Nagari Subayatn (Bawakng negeri surgawi). Kejayaan kerajaan Bawakng inilah yang membuat warga Dayak Kanayatn mendatanginya. Setelah warga Kanayatn tinggal, mereka berbaur dengan warga Bakati bahkan banyak orang Kanayatn yang menikah dengan para pembesar kerajaan. '''''Bawakng Basawag''''' (buah bertahunan) yaitu ibukotaibu kota kerajaan Bawakng yang terletak di '''''Singakng''''' (lereng) gunung Bawang. Istilah Bawakng adalah kosakata dalam bahasa Bidayuhik kuno sebelum digantikan dengan istilah “buah”yaitu kosakata serapan dari bahasa Dayak Kanayatn. Dan kata “basawag” sendiri terbentuk dari kata “ba” yaitu istilah imbuhan yang bearti “ber”. Dan kata “sawag” yaitu kosakata dari bahasa Bidayuhik untuk menyebutkan “tahun”. Dengan demikian kota Bawakng-Basawag berarti “buah bertahunan”, hal ini disebabkan oleh kawasan kota Bawakng Basawag dahulu adalah kawasan yang menghasilkan beragam jenis buah tropis sepanjang tahun.
 
Selanjutnya, setelah beberapa abad kemudian. Keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati yang tinggal disebelah selatan gunung panokng (Bukit Jamur Bengkayang) mulai berhubungan secara intensif dengan warga keturunan Kakek Lubish yang bermukim disebelah barat daya gunung panokng. Kakek Lubish dan keturunannya berbicara menggunakan bahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Kakek Lubish adalah salahsatu pemimpin dari warga yang berbahasa Kanayatn yang meninggalkan kota ''Bawakng Basawag. Beliau dan rombongannya'' hendak menuju kerajaan Keokng-Kannakng milik Dayak Tobag-Mali, untuk menyebarkan agama Jubata. Kepergian beliau tidak dapat dilanjutkan karena beliau jatuh sakit yang akhirnya memaksakan beliau dan pengikutnya berhenti dan tinggal di selatan gunung panokng.
Baris 50 ⟶ 30:
Lama-kelamaan terjadi proses asimilasi (percampuran) antara anak-cucu keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati dengan abak-cucu keturunan kakek Lubish yang berbahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Percampuran bahasa mereka berkembang menjadi Varian bahasa baru yang dikenal dengan sebutan bahasa Banyadu.
 
Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dahulu sebelum menyebar, seluruh orang banyadu mendiami sebuah kota atau kampung besar. Kota yang dibangun oleh orang Banyadu pertamakali itu bernama “Banyuke”. Kota Banyuke dijadikan '''''Bannokng'''''  (Baca:  '''Bandong / bandung''', untuk anda yang tidak bisa logat Dayak). Istilah Bannokng / bandung sendiri adalah istilah yang bermakna sebagai “pusat pemerintahan atau ibukota”ibu kota” suatu bentuk pemerintahan. Wilayah pemerintahan orang Banyadu ini dinamai '''''Banua Satona'''''  yang ber-bandung pada kota Banyuke. Seringkali kota Banyuke yang merupakan Bandong dari banua Satona ini hanya di sebut dengan nama Bandong satona saja, tentu saja yang dimaksudkan adalah Bandong (ibukotaibu kota / pusat pemerintahan) dari banua Satona.
[[Berkas:Banyuke Village 1.jpg|kiri|jmpl|320x320px|Desa Banyuke Sekarang. Bekas Bandong Banua Satona|pra=Special:FilePath/Banyuke_Village_1.jpg]]
Sejak di mulainya masa Pengayauan di kalangan Bangsa Dayak, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Bandong Banua-nya. Orang Banyadu yang menyebar pada masa itu di rintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan serta penaklukan terhadap subsuku Dayak lain, akibatnya orang Banyadu ( orang yang berasal dari Bandong Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal dan disegani serta di takuti oleh subsuku Dayak lain. Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya, adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain, para prajurit kayau Dayak Banyadu yang tidak berhasil membawa Kepala manusia ini, memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis didaerah taklukannya tersebut. umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu zaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan perahu mereka menyusuri hilir sungai yang diberi nama sama seperti nama Bandong-nya yaitu sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, masyarakat pada masa itu mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandong-nya untuk berladang, Sebagai akibatnya banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota lama-kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil, karena di tinggal menyebar oleh penduduknya. Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menyebabkan orang Dayak banyadu zaman dulu di kenal dengan sebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga negerinya, hal ini terjadi, karena mengingat mereka berasal dari kota Banyuke.
 
Cukup sering terjadi kekeliruan akan masyarakat Dayak yang disebut Banyuke ini, terutama generasi muda sekarang di mana dalam anggapan mereka yang disebut orang Banyuke adalah Suku Dayak kanayatn yang berdialek Banane / Bangape alias orang Darit dan cenderung teguh meyakininya, padahal yang benar adalah untuk sebutan masyarakat Dayak yang berdialek Banyadu. Hal ini tentu didasari oleh alasan bahwa semua desa atau semua penduduk yang tinggal di hilir dekat muara dan di hulu dari sungai yang mengalir di daerah tersebut adalah orang Banyadu, dan terlebih di karenakan asal kata banyuke itu adalah dari nama kota yang menjadi ''Bandong'' atau ''Bandung'' (pusat pemerintahan / ibukotaibu kota) dari ''Banua Satona'' milik orang Banyadu yang terletak di hulu sungai Banyuke tersebut.
 
== Wilayah Penyebaran ==
[[Berkas:Peta Dayak Banyuke Barat.jpg|kiri|jmpl|360x360px|Dayak Banyuke (Orang Banyadu) Bagian Barat. Posisi Desa Banyuke Bekas Bandong Banua Satona Berbentuk Kotak Biru Di Bagian Hulu Sungai Banyuke.|pra=Special:FilePath/Peta_Dayak_Banyuke_Barat.jpg]]
Setelah sekian lama orang Banyadu kuno mendiami kota Banyuke tersebut, secara perlahan mereka mulai membangun beberapa pemukiman (Tamakng) baru disepanjang sungai Banyuke dan anak-anak sungai Banyuke. Meskipun kebanyakan warga kota Banyuke membangun tamakng di sepanjang DAS Banyuke, dari mereka ada juga yang langsung membangun parokng dipedalaman seperi parokng insang dan parokng pentek. Hingga suatu masa penduduk kampung-kampung baru tersebut semakin banyak dan karena alasan untuk berladang mereka akhirnya mulai merambah kawasan-kawasan hutan diluar bantaran DAS Banyuke. Dari kampung-kampung disepanjang sungai Banyuke dan  anak-anak  sungai  Banyuke tersebut, kemudian orang Banyadu membangun parokng (Kampung ladang) disekitar ladang-ladang yang mereka buka, warga tamakng untang membangun parokng santibak, paranuk dan madas (taria). Warga dari  tamakng bandol membangun  parokng  lo’ekng, dan  parokng   sinto dan tamakng bantinga. Warga padakng pio membangun parokng  adokng dan sebuah parokng yang telah ditinggalkan warganya yang pindah ke  adokng (kampet) parokng itu terletak di antara  padakng pio dan sinto sekarang.  Warga tamakng  madakng  membangun parokng palai  dan nyangkut (ocoh).
 
Warga dari  tamakng  bale (Samoko Pu’utn) terutama keturunan-keturunan puak mereka yang bernama ''Neng Anjong'' membangun parokng bihatn dan parokng pancik yang tidak jauh dari ''tamakng''-nya.  Sebagian dari keturunan ''Neng Anjong'' lalu makin masuk ke pedalaman ke arah utara yang akhirnya membangun parokng  nodor, parokng samoko ujung, parokng  sanoriatn, parokng  samo (lereng  gunung samalap) dan  parokng tamakng sahu.  Pada akhirnya parokng nodor, parokng samo, parokng  sanoriatn dan parokng tamakng sahu bergabung di parokng samoko ujung, namun karena lokasi kampung yang sempit karena di kaki bukit akhirnya mereka membangun kampung baru di seberang sungai antawak. Untuk menyeberang sungai antawak orang samoko lalu membuat jembatan kecil yang dalam bahasa banyadu disebut  ''titi''.  Titian itu dibuat dari batang bambu atau dalam bahasa Banyadu disebut  ''tarekng''.  Karena  ''titi'' (jembatan kecil) penyeberangan mereka dibuat dari  ''tarekng'' (bambu) maka akhirnya mereka menamai kampung baru mereka dengan nama ''Tititarekng''.  Warga dari tamakng  tamia  ojol masuk ke pedalaman ke arah utara, mereka  mengikuti jejak warga yang berasal dari tamakng  bale.  Dipedalaman ke arah utara tersebut  mereka membangun parokng  tamia  sio.
[[Berkas:Banyadu.jpg|jmpl|420x420px|Seluruh Wilayah Asli Dayak Banyuke (orang Banyadu) Berwarna Biru Tua|pra=Special:FilePath/Banyadu.jpg]]
Warga tamakng  pangao membangun  parokng  sabah, parokng karasik (di kaki gunung), parokng  pudo, dan parokng ampadatn.  Warga  tamakng magon membangun parokng barinang manyun,  parokng manyun, parokng padakng manyun, parokng kase, parokng antong, parokng sahang, parokng pano alatn,  dan  parokng tamu.  Warga dari tamakng Jarikng membangun parokng ngaro, parokng ojak, parokng sadange dan lain-lain, namun pada abad 15 masehi penduduk yang berasal dari tamakng Jarikng seluruhnya memakai bahasa baru yaitu bahasa Banane.  Warga tamakng  sunge  lubakng membangun parokng tolok, parokng  notos, parokng  bangsal  bahu.  Warga tamakng  amang membangun parokng  paloh  bamayak, parokng sunge dihatn, parokng sunge tuba, parokng sunge kunyit, parokng bangsal behe, parokng maran tayan dan parokng-parokng lainnya.
 
Orang banyadu yang berasal dari  tamakng  tapis di tepi sungai  tenganap (sungai Landak) membangun parokng  angkadu, parokng samabak, parokng  tanjung  petahi, parokng  engkalong, parokng  sangke, parokng  sansa, parokng teinam, parokng kuru, parokng jaga, parokng sunge lonyekng dan parokng-parokng lainnya.
 
Warga  Banyadu yang menempati tanah hadiah di DAS Balantiatn juga melakukan kegiatan perladangan, ladang-ladang mereka sampai di daerah hulu sungai  tayan, karena semakin jauh dari kampung-kampung mereka di DAS  balantiatn lalu memaksa mereka untuk membangun parokng (Kampung ladang) di sekitar ladang mereka. Adapun parokng-parokng orang Banyadu yang terdapat di daerah  tayan  hulu adalah di parokng  barakak, parokng  raman, parokng  tapang, parokng  sejirak, parokng  pagong, parokng  pangkalatn, parokng  mansan, parokng sungei taras dan parokng  sungei  ringin dan lain-lain.
 
== Budaya ==
 
Adat atau kebiasaan budaya masyarakat Banyadu umumnya sama dengan adat Dayak rumpun Klemantan lainnya, yang membedakannya hanya pada istilah penyebutannya saja. Beberapa contoh upacara adat yang dikenal warga Banyadu, adalah:
* '''''RafushBarapus Gaatn''''' ( Upacara adat pemberian nama kepada Bayi)
* '''''Babalak''''' (Upacara Sunatan adat menurut agama Jubata), Upacara ini dimeriahkan sebagai sebuah pesta.
* '''''Kawen''''' (Pernikahan), dimeriahkan sebagai sebuah pesta.
Baris 79 ⟶ 59:
 
Selain upacara-upacara diatas. Orang Banyadu juga mengenal beberapa ritual pedukunan, diantaranya adalah:
* '''Bapishag, Baburas, Batiduk, Bajampik''' adalah pedukunan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib yang paling sederhana dan dengan perangkat ala kadarnya.
* '''Bakangkokng''' adalah bentuk pedukunan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib, yang disertai dengan awalan dan akhiran Pamang (Doa) yang dilakukan oleh imam.
* '''Balenggang''' adalah bentuk pedukunan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit biologis secara gaib, yang disertai dengan awalan dan akhiran Pamang (Doa) yang dilakukan oleh imam. Dalam prosesi ritualnya menggunakan musik tradisional, dan pohon sajian yang berisi beragam sajian persembahan yang akan dikelilingi oleh sang dukun. Dalam ritual ini dukun dibantu oleh seorang '''''DalangDadalang''''' yang bertugas sebagai penabuh gendang dan melantunkan nyanyian-nyanyian sakral yang diperlukan. Ritual ini berlangsung semalam suntuk.
* '''''Baliatn''''' adalah bentuk pedukunan yang diadakan untuk penyembuhan atau penangkal penyakit psikis. Fungsi ritual ini mirif seperti fungsi ritual ''ruwatan'' pada suku jawa. Ritual Baliatn pada Dayak Banyuke (orang Banyadu) adalah satu-satunya ritual pedukunan yang dimeriahkan dengan sebuah pesta.
 
Baris 101 ⟶ 81:
 
== Agama ==
[[Berkas:Imam Banyadu.jpg|jmpl|380x380px|Para Imam Agama Jubata Dayak Banyuke (Orang Banyadu Kab. Bengkayang)|pra=Special:FilePath/Imam_Banyadu.jpg]]
Sistem religi orang Banyadu adalah agama adat atau '''agamaAgama JubataJabata'''. Agamayang inikini sejatinyalebih adalahdikenal agama yang sama dengansebagai agama Nabi Abraham (Ibrahim) yang tersebar ke Kalimantan dilakukan oleh keluarga '''''Neneng Galleber''' '''(Mbah Galbir)'''[[Kaharingan]].'' Pertamakali agama ini disebarkan kepada warga Dayak Kanayatn dipesisir. Selanjutnya disebarkan kepada Dayak Bakati di kota Bawakng Basawag pusat kerajaan Bawakng. Akhirnya oleh penguasa kerajaan Bawakng, agamaAdat JubataJabata dijadikan agama negara. Dari kota Bawakng Basawag, para keturunan Neng Galleber yang berasal dari Dayak Kanayatn secara rutin melakukan penyebaran agamaAgama Jubata ke kerajaan-kerajaan Dayak yang lain, antara lain ke kerajaan Sanujuh, kerajaan keokng-kannakng, ke kerajaan Tamputn Juwah dan lain-lain, hingga akhirnya menyebar ke seluruh pelosok pulau kalimantan.
 
Sistem kepercayaan ini sudah monoteis yang mana berpusat pada satu Tuhan yang disebut Jubata. Ketika imam Banyadu melakukan ritual agama adat sering nama Jubata disebut-sebut sebagai jubata yang digunung ini, atau gunung itu di daerah ini atau daerah itu, hal ini tidaklah bearti bahwa Jubata tersebut banyak jumlahnya namun lebih bermakna bahwa sang kuasa ( Tuhan ) ada di mana-mana atau berkuasa atas segala sesuatu.
 
Biasanya tempat ibadah agama Jubata dilakukan diatas '''''Panyugu''''' yaitu rangkaian batu mezbah yang sama fungsinya dengan mezbah-mezbah Nabi Abraham dan keluarganya di timur tengah dahulu. Agama Jubata/[[Kaharingan]] telah eksis di kalimantan jauh sebelum kedatangan agama hindu, dan masih eksis hingga sekarang. Dimasa sekarang orang Banyadu adalah penganut Kristen Katholik, Kristen Protestan dan sisanya pengikut agama Jubata (Agama Adat).
 
== Tokoh-Tokoh Dayak Banyadu ==
* [[Tapanus Tapat]], SH. MH. politisiPolitisi
* [[Fabianus Oel]], SpdS.Pd, M.Pd. Birokrat dan kepalaKepala Adat
* [[Marcellus Uthan|Marcelus Uthan]] Ssos. Tokoh LSM
* [[Florentius Darrem]] SH. politisiPolitisi & Pengusaha
* [[Mion|Petrus Mion]], politisi
* PastorMgr. Dr. [[Samuel Oton Sidin]], OFM capCap. rohaniawanUskup Sintang Rohaniawan, LSM dan tokohTokoh sosialSosial
* [[Niron|Yakobus Niron]],SH, Politisi
* [[Drs Ayub]], Tetua Masyarakat Banyadu
* [[Suprianto]],SH. politisi
Baris 128 ⟶ 108:
* [http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?peo3=10796&rog3=ID JoshuaPro]
* [http://www.ethnologue.com/show_map.asp?name=IDK&seq=30 Suku Dayak banyadu]
* [http://llmap.org/languages/byd/static_map.html LLMAP]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{Dayak}}
 
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Dayak Banyadu]]