Suku Dayak Modang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
tradisi |
k Etnik |
||
(36 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
Suku Dayak Modang adalah bagian dari suku Dayak yang mendiami wilayah Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan kembang Janggut, Long Beleh, Muara Ancalong, dan Muara Wahau. Y. Mallinckrodt mengemukakan bahwa masyarakat Dayak Modang adalah sub kelompok orang Bahau. Tetapi, saat ini Dayak Modang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau lepas dari kelompok Bahau. <ref name=":0">{{Cite book|title=Ensiklopesi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|last=Melalatoa|first=M. Junus|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1995|isbn=|location=Jakarta|page=578-579}}</ref>▼
|group=Suku Dayak Modang
| native_name = ''Modang''
|image=[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Zes Modang meisjes te Long Tesak Koetai TMnr 10005821.jpg|jmpl|290x290px|Enam gadis Modang di Long Tesak, Kutai sekitar tahun 1898-1900.]]
|poptime=kurang lebih '''15.000'''
|popplace=[[Kalimantan Timur]]
|langs= [[Bahasa Modang]], [[Bahasa Indonesia]]
|rels=[[Kristen Protestan]], [[Kristen Katolik]], [[Agama asli Nusantara|Bungan]]
|related=[[suku Dayak Wehea|Dayak Wehea]], [[Suku Dayak Kayan|Dayak Kayan]]
}}
== Asal usul ==▼
Suku Dayak Modang berasal dari daerah Apo Kayan, yang merupakan daerah yang seolah-olah menjadi pusat pulau Kalimantan. Daerah ini berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur. Saat ini, daerah Apo Kayan menjadi bagian wilayah Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur. Masyarakat Modang menjadi kelompok awal yang meninggalkan Apo Kayan dibanding sub kelompok Bahau lainnya. Kemudian, orang Modang mendiami wilayah di sekitar aliran sungai Belayan, sungai Kelinjau, dan sungai Telen. Ketiga sugai tersebut adalah anak sungai Mahakam. Selama perjalanan dalam migrasi tersebut mereka bertemu dengan budaya lain dan membetuk budaya yang bervariasi atau membentuk budaya yang berbeda dari kelompok asalnya (kelompok Bahau).<ref name=":0" />▼
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kleurenlithos getiteld Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai van haar werk huiswaarts keerend TMnr 5795-30.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] berjudul ''Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai'' ("Orang Bukit/Dayak Meratus dari ''afdeeling'' [[Amuntai]] dan wanita Dayak Modang dari [[Long Wai]]") berdasarkan gambar oleh [[Carl Bock]] (1887)]]
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai Kartanegara]] dan [[Kabupaten Kutai Timur]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan:
# [[Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Kembang Janggut]] (desa [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh Modang]])
# [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]]
# [[Muara Wahau, Kutai Timur|Muara Wahau]]
▲
▲Suku Dayak Modang berasal dari daerah Apo Kayan, yang merupakan daerah yang seolah-olah menjadi pusat pulau Kalimantan. Daerah ini berbatasan dengan [[Sarawak|Serawak]], [[Malaysia Timur]]. Saat ini, daerah Apo Kayan menjadi bagian wilayah [[Kabupaten Bulungan]], [[Kalimantan Utara|Provinsi Kalimantan
== Kehidupan ==
Suku Dayak Modang pada umumnya memanfaatkan aliran sungai sebagai sarana prasarana perhubungan dengan mengendarai perahu motor atau perahu dayung. Masyarakat ini hidup dari berladang dengan tanaman padi dan sistem yang digunakan adalah ladang berpindah. Mereka juga memenuhi kebutuhan dengan mengumpulkan hasil hutan, serta menangkap ikan dari sungai di sekitar pemukiman.
Kekerabatan yang dianut suku Dayak Modang adalah bilateral, yang artinya menarik garis keturunan baik pada pihak ayah maupun ibu. Sesudah menikah, sepasang pengantin bebas menentukan tempat tinggal, apakah di lingkungan kerabat suami atau istri.<ref name=":0" />
== Bahasa ==
Masyarakat Dayak Modang menggunakan [[bahasa Modang]] dalam percakapan sehari-harinya.
== Kesenian ==
===
[[Hudoq|Tari Hudog]] adalah tarian yang menggunakan topeng dan terdapat kepercayaan bahwa saat melaksanakan tari Hudoq para dewa utusan Sang Pencipta datang ke dunia untuk membantu kehidupan manusia, membantu mengusir hama penyakit padi dan segala hal buruk yang akan menimpa kampung. Penari Hudoq mengenakan kostum yang berasal dari daun pisang hingga menutupi mata kaki dan memakai topeng kayu yang menggambarkan ekspresi tokoh – tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Dayak.<ref name=":1" /> Hudoq dimulai dengan ''Sakaeng Ngaweit'', yaitu ritual monolog yang mempunyai tujuan untuk menyampaikan permohonan. Sesudah itu, sekelompok ibu/perempuan dewasa menari dan melantunkan syair, membentuk arak-arakan di sepanjang jalan menuju rumah adat (lamin adat atau Maeso Puen).<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/hudoq/|title=HUDOQ|last=ditindb|date=2015-12-17|website=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|language=id-ID|access-date=2019-04-10}}</ref> Pada zaman dahulu, sebagian masyarakat percaya bahwa orang yang sakit akan lekas sembuh apabila terkena kibasan kostum dari penari Hudoq tersebut.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Herjayanti|first=Risna|year=2014|title=MAKNA SIMBOLIK TARI HUDOQ PADA UPACARA PANEN BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK GA’AY KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR|url=|journal=Universitas Negeri Yogyakarta|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
=== Ngewae ===
Ngewae adalah tari untuk menyambut kelahiran anak bangsawan.<ref name=":0" />
=== Njiek Hapoi ===
Njiek Hapoi merupakan tarian sebagai wujud penghormatan terhadap raja atau tamu terhormat.<ref name=":0" />
=== Njiek Tewea ===
Tarian ini adalah tari merumput padi atau setelah memotong padi yang bersifat hiburan.<ref name=":0" />
=== Njiek Kenkah Gundea ===
Njiek Kenkah Gundea adalah tari yang bersifat hiburan.<ref name=":0" />
=== Njiek Ndaae Tegun ===
Njiek Ndaae Tegun atau biasa disebut dengan tarian burung enggang merupakan tari yang juga berguna untuk hiburan.<ref name=":0" />
=== Ding Wuk ===
Nyayian ini mengiringi tarian Ding Wuk, yang digunakan sebagai hiburan pada malam ada keramaian, menyambut tamu, pesta makan nasi baru, dan sebagainya. Tarian Ding Wuk berkaitan dengan legenda dari cerita perkawinan anak raja Modang dengan putri raja lain.<ref name=":0" />
=== Dung ===
Dung merupakan nyanyian para laki-laki ketika pulang berperang yang bernada sedih mengenang anggotanya yang gugur. Saat menyanyikannya, para lelaki itu duduk melingkar dalam rumah panjang semalaman. Dini hari, mereka turun dari rumah dan berjalan hilir mudik dalam kampung sambil bernyanyi sampai siang hari.<ref name=":0" />
=== Netna ===
Netna adalah nyanyian hiburan pada saat memotong padi untuk mendorong semangat dalam bekerja.<ref name=":0" />
=== Ngen Jiu Hen Ie ===
Ngen Jiu Hen Ie merupakan lagu hiburan ketika duduk bersama menikmati sinar bulan purnama. Nyanyian ini dilakukan oleh pria dan wanita dengan saling bersahutan dengan lirik yang panjang.<ref name=":0" />
=== Jong Nyelong ===
Jong Nyelong adalah nyanyian sebagai pengiring tari untuk ungkapan rasa syukur karena keberhasilan panen di ladang. Jong Nyelong dibawakan oleh pria dan wanita tanpa iringan musik.<ref name=":0" />
=== Jantung Utang ===
[[Jatung Utang|Jantung utang]] artinya adalah kayu yang dipukul. Jantung Utang adalah sejenis alat musik pukul yang terdiri dari bilah-bilah kayu. Alat musik ini dimiliki oleh suku Dayak Kenyah, tetapi seiring dengan perpindahan suku [[Suku Dayak Kenyah|Dayak Kenyah]] dari pedalaman ke daerah lain, Jantung Utang dapat ditemukan pada suku Dayak Modang, Bahau, Segai, Tumbit, Kayan, Brusu,
==
=== Ritual Pelekatan Nama ===
Kemudian, orang tua membawa anak laki-
Setelah ritual ''Ensoet Kenean'' selesai, akan dilaksanakan tarian adat Ngewai, yakni para tetua dan seluruh keluarga menari mengelilingi tempat ritual adat sebanyak delapan kali putaran. Tarian tersebut menggambarkan tahap-tahap proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Ritual penetral lingkungan (yang dimaksudkan untuk menghilangkan hal-hal yang akan mengganggu kehidupan) akan menjadi penutup prosesi pemberian nama. Pada prosesi ini seusai membaca mantra, seorang tetua adat mengibas-ngibaskan rangkaian daun bambu, daun temali, peredang dan anak ayam ke lingkungan sekitar, termasuk kepada keluarga yang hadir pada ritual itu. Setiap anggota keluarga juga diminta untuk meludahi daun-daun tersebut. Berikutnya, anak ayam itu disembelih di bawah tongkat bambu, lalu tetua adat melihat isi perutnya untuk mengetahui apakah para leluhur berkenan tidak atas upacara adat yang telah dilaksanakan.<ref>{{Cite web|url=https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|title=Ritual Pelekatan Nama Dayak Modang, Meriahkan EIFAF|last=Kukar|first=Humas|website=humas.kukarkab.go.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10|archive-date=2019-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20190410071038/https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|dead-url=yes}}</ref>
== Referensi ==
<references /><br />
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Dayak Modang]]
|