Suku Dayak Modang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Etnik
 
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai Kartanegara]] dan [[Kabupaten Kutai Timur]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan:<br>
|group=Suku Dayak Modang
# [[Kembang Janggut, Kutai Kartanegara | Kembang Janggut]] (desa [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh Modang]])
| native_name = ''Modang''
# [[Muara Ancalong, Kutai Timur | Muara Ancalong]]
|image=[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Zes Modang meisjes te Long Tesak Koetai TMnr 10005821.jpg|jmpl|290x290px|Enam gadis Modang di Long Tesak, Kutai sekitar tahun 1898-1900.]]
# [[Muara Wahau, Kutai Timur | Muara Wahau]]
|poptime=kurang lebih '''15.000'''
|popplace=[[Kalimantan Timur]]
|langs= [[Bahasa Modang]], [[Bahasa Indonesia]]
|rels=[[Kristen Protestan]], [[Kristen Katolik]], [[Agama asli Nusantara|Bungan]]
|related=[[suku Dayak Wehea|Dayak Wehea]], [[Suku Dayak Kayan|Dayak Kayan]]
}}
 
 
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kleurenlithos getiteld Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai van haar werk huiswaarts keerend TMnr 5795-30.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] berjudul ''Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai'' ("Orang Bukit/Dayak Meratus dari ''afdeeling'' [[Amuntai]] dan wanita Dayak Modang dari [[Long Wai]]") berdasarkan gambar oleh [[Carl Bock]] (1887)]]
 
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai Kartanegara]] dan [[Kabupaten Kutai Timur]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan:<br>
# [[Kembang Janggut, Kutai Kartanegara | Kembang Janggut]] (desa [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh Modang]])
# [[Muara Ancalong, Kutai Timur | Muara Ancalong]]
# [[Muara Wahau, Kutai Timur | Muara Wahau]]
 
Y. Mallinckrodt mengemukakan bahwa masyarakat Dayak Modang adalah sub kelompok orang [[Suku Dayak Bahau|Bahau]]. Tetapi, saat ini Dayak Modang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau lepas dari kelompok Bahau.<ref name=":0">{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|last=Melalatoa|first=M. Junus|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1995|isbn=|location=Jakarta|page=578-579}}</ref> Jumlah populasi suku Dayak Modang sekitar 15.000 (1981 Wurm and Hattori).<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|last=Hidayah|first=Zulyani|publisher=Yayasan Pustaka Obor indonesia|year=2015|isbn=|location=Jakarta|page=264}}</ref>
Baris 14 ⟶ 29:
Kekerabatan yang dianut suku Dayak Modang adalah bilateral, yang artinya menarik garis keturunan baik pada pihak ayah maupun ibu. Sesudah menikah, sepasang pengantin bebas menentukan tempat tinggal, apakah di lingkungan kerabat suami atau istri.<ref name=":0" />
 
== Bahasa ==
Masyarakat Dayak Modang menggunakan [[bahasa Modang]] dalam percakapan sehari-harinya.
 
Baris 53 ⟶ 68:
 
=== Jantung Utang ===
[[Jatung Utang|Jantung utang]] artinya adalah kayu yang dipukul. Jantung Utang adalah sejenis alat musik pukul yang terdiri dari bilah-bilah kayu. Alat musik ini dimiliki oleh suku Dayak Kenyah, tetapi seiring dengan perpindahan suku [[Suku Dayak Kenyah|Dayak Kenyah]] dari pedalaman ke daerah lain, Jantung Utang dapat ditemukan pada suku Dayak Modang, Bahau, Segai, Tumbit, Kayan, Brusu, dan lain-lain. <ref>{{Cite book|title=Peralatan hiburan dan Kesenian Trasisional Daerah Kalimantan Timur|last=|first=Suwardi|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1986|isbn=|location=Samarinda|page=50-53|last2=Achmat|first2=Hasjim}}</ref>
 
== Ritual ==
 
=== Ritual Pelekatan Nama ===
Doa dan harapan tercermin pada nama seseorang, artinya seseorang yang menyandang nama tersebut diharapkan akan memperoleh hal-hal yang baik dalam kehidupan. Pemberian nama pada suku Dayak Modang disertai dengan prosesi pelekatan nama. Ritual ''Nen Kaeg Heig Metae''yang (yang mewujudkan permohonan kepada Yang Maha Kuasa) menjadi permulaan dari prosesi pelekatan namapada suku Dayak Modang. Sesudah selesai merapalkan manteramantra atau doa-doa dengan posisi menghadap ke sungai Mahakam, pimpinan upacara adat meletakkan sembilan telur ayam kampung ke ujung setiap tongkat mambu yang telah ditancapkan dengan berjejer, yang pada bagian bawahnya terdapat sirih, beras, dan rokok. Setelah itu, dilakukan penyembelihan seekor ayam jantan yang berwarna merah, darah ayam tersebut disangga dalam piring putih yang berisi beras dan telur, yang kemudian akan ditaruh di Mahakam. Bunyi gendang dan tabuhan gong mengiringi seluruh rangkaian ritual pelekatan nama.
 
Kemudian, orang tua membawa anak laki-lakinya yang akan diberi nama menuju ke tempat pelaksanaan adat atau. Tempat ini disebut dengan ''Hewat'' yang beralaskan tikar purun. Ibu memasang gelang manik pada anak tersebut. Pemasangan ini bermakna sebagai ikatan hubungan. Selanjutnya, dilaksanakan prosesi ''Me et Jiem'' atau pemotongan rambut anak oleh tetua adat, yang mempunyai arti penataan awal tata adat kehidupan atau merupakan ungkapan proses pertumbuhan. Setelah prosesi ''Me et Jiem'' usai, dilakukan ritual ''Net Leug'' atau memohon calon nama untuk anak melalui perantara daun pisang ambon yang telah dibentuk menjadi kotak dengan ukuran 3x4 cm sebanyak tiga rangkap.
Baris 66 ⟶ 81:
Kemudian dilaksanakan ritual ''Ensoet Kenean'' atau memakaikan pakaian adat dan pusaka warisan kepada anak yang dilakukan oleh para tetua. Ritual tersebut melambangkan hubungan kekerabatan turun temurun yang memiliki makna penguatan identitas. Untuk mewujudkan rasa syukur, dilangsungkan ritual ''Newag Jip Edat'' atau pemotongan hewan berupa babi jantan yang diganti dengan dua ekor ayam jantan. Ritual ''Newag Jip Edat'' ini merupakan penghantar adat yang telah ditetapkan kepada Yang Maha Kuasa dan leluhur. Darah dari ayam tersebut akan dioleskan ke tangan, kaki, dan kepala pada anak dan orang tuanya, serta dioleskan pula ke benda-benda pusaka keluarga, antara lain Mandau, sebagai lambang pengukuhan secara spiritual.
 
Setelah ritual ''Ensoet Kenean'' selesai, akan dilaksanakan tarian adat Ngewai, yakni para tetua dan seluruh keluarga menari mengelilingi tempat ritual adat sebanyak delapan kali putaran. Tarian tersebut menggambarkan tahap-tahap proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Ritual penetral lingkungan (yang dimaksudkan untuk menghilangkan hal-hal yang akan mengganggu kehidupan) akan menjadi penutup prosesi pemberian nama. Pada prosesi ini seusai membaca manteramantra, seorang tetua adat mengibas-ngibaskan rangkaian daun bambu, daun temali, peredang dan anak ayam ke lingkungan sekitar, termasuk kepada keluarga yang hadir pada ritual itu. Setiap anggota keluarga juga diminta untuk meludahi daun-daun tersebut. Berikutnya, anak ayam itu disembelih di bawah tongkat bambu, lalu tetua adat melihat isi perutnya untuk mengetahui apakah para leluhur berkenan tidak atas upacara adat yang telah dilaksanakan.<ref>{{Cite web|url=https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|title=Ritual Pelekatan Nama Dayak Modang, Meriahkan EIFAF|last=Kukar|first=Humas|website=humas.kukarkab.go.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10|archive-date=2019-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20190410071038/https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|dead-url=yes}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 72 ⟶ 87:
 
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur]]
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Dayak Modang]]