Suku Donggo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Etnik |
||
(13 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
== Bahasa ==
Terdapat sedikit perbedaan bahasa yang digunakan pada masyarakat Donggo Ipa dan Donggo Ele. Bahasa dan budaya yang berkembang
== Pakaian Adat ==
Laki-laki tua dan dewasa pada masyarakat dewasa Donggo Ipa mengenakan ''sambolo'' (ikat kepala) yang terbuat dari kain kapas bercorak kotak-kotak tanpa disngket dengan baju berkerah warna hitam atau biru tua, tetapi terdapat juga orang yang memakai baju putih berlengan pendek. ''Salongo'' (ikat pinggang) terbuat dari kain kapas yang ditenun sendiri. Umumnya ''salongo'' terbuat dari benang kapas yang dipintal sendiri kemudian dicelupkan pada ramuan tumbuhan perdu dari kain pohon tarum. Pisau kecil atau ''
Perempuan tua dan dewasa menggunakan ''kababu'' (baju hitam khas Donggo) yang terbuat dari benang katun dengan warna hitam yang dibuat menyerupai ''baju poro'' (baju pendek) dengan bentuk yang sederhana. Lalu, bawahan menggunakan ''deko'' (celana panjang) dibawah lutut atau lebih yang berwarna hitam. Sarung menggunakan ''tambe me'e kala'' (kain hitam atau biru tua yang cukup panjang tanpa dijahit). Sarung dipakai dengan dililitkan secara lepas di luar ''deko'' dan ujungnya diselempangkan atau diikat satu kali. Perhiasan yang biasanya dipakai adalah kalung dari manik-manik giwang, seperti ''karabu'', ''jima'' (gelang) ''gilo'', j''ima bula'', dan ''jima edi''.
Baris 15:
Perempuan remaja memakai pakaian yang disebut dengan ''kani dou sampela''. Mereka memakai ''kababu'' (baju hitam khas Donggo) yang terbuat dari benang katun dan dibentuk menjadi baju berlengan pendek. Lalu, celana yang dikenakan adalah ''deko'' dengan bentuk segitiga yang panjangnya sampai dengan lutut. Sarungnya adalah ''tembe'' Donggo berwarna hitam dengan kotak-kotak putih dipakai dengan mengikatkan dibagian perut. Perhiasan yang dipakai adalah kalung dari manik-maik merah yang dililitkan dan dibiarkan berkali-kali terjuntai dari leher ke dada.
Untuk pakaian bepergian, laki-laki menggunakan ''sambolo'' (ikat kepala) sari katun berwarna hitam atau biru tua. ''Tembe me'e'' Donggo berwarna hitam dengan garis-garis kecil dan ''salampe'' dari kain yang digunakan sebagai ikat pinggang. Alas kaki yang dipakai adalah ''sapoda'', yang merupakan hasil buatan sendiri dari kulit binatang. Perempuan dewasa menggunakan perhiasan kalung manik-manik berwarna merah untuk bepergian dan memakai alas kaki. Untuk pakaian sehari-hari, laki-laki Donggo menggunakan ''sambolo'' seperti masyarakat Bima pada umumnya, ''kababu'' berwarna hitam atau biru tua, ''tembe me'e'' Donggo yang berwarna senada dengan ''kababu'', lalu menggunakan ''salongo'', dan tanpa alas kaki.<ref>{{Cite web|url=http://www.bimasumbawa.com/2016/06/busana-donggo-yang-anggun.html|title=Hitam Yang Menawan - BIMASUMBAWA.COM {{!}} Budaya dan Pariwisata|website=www.bimasumbawa.com|access-date=2019-04-10}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Sistem Kekerabatan ==
=== Londo Dou ===
Londo Dou merupakan simbolik keturunan dari beberapa klan keluarga di Donggo yang mengungkapkan asal garis keturunan mereka. Londo
Menurut Johanes Elbert, seorang antropolog dari Jerman, terdapat lima Londo Dou, yaitu
''Londo Dou Deke'' adalah keluarga orang Nggeko (tempat asal usul Dou Donggo bermukim) yang paling tua dan paling dihormati dari keluarga ''parafu''. ''Londo Dou Dona'' yang berasal dari Waro merupakan kelompok Londo Dou yang dahulunya hidup terpisah-pisah, namun sekarang sudah membaur dan melakukan perkawinan dengan klan lain. ''Londo Dou Gande'', keluarga besarnya terpusat di Desa Kananta. ''Londo Dou Oi'', bermukim di wilayah Tuntu. ''Londo Dou Winte'', mayoritas mendiami Desa Sai.
Baris 32:
=== Arugelu ===
Arugele adalah suatu tarian dan nyanyian yang dilakukan masyarakat saat menanam atau memanen hasil pertanian.Tarian Arugele diperagakan oleh kaum perempuan dewasa maupun para remaja. Jumlah penarinya beragam, ada enam orang kadang juga delapan, bahkan bisa lebih. Mereka berbaris membentuk syaf. Sambil menyanyikan syair Arugele, para gadis ini memegang tongkat kayu yang telah diruncingkan ujungnya dan menancapkannya ke tanah, sehingga membentuk lubang untuk dimasukkan
=== Belaleha ===
Belaleha merupakan lantunan syair yang biasanya digunakan pada saat acara sunatan atau pesta pernikahan. Belaleha hanya boleh diiringi dengan irama mulut tanpa alunan musik apapun serta hanya boleh dilantunkan oleh kaum wanita. Para pelantun Belaleha tidak dibatasi jumlahnya, semakin banyak semakin baik. Syair Belaleha variatif, baik dari syair lama maupun baru yang mencerminkan kegembiraan atau kesedihan, dan berisi petuah kehidupan dari leluhur.<ref>{{Cite web|url=http://www.mbojoklopedia.com/2015/03/lantunan-syair-bingkai-kehidupan-di.html|title=Lantunan Syair Bingkai Kehidupan Di Lembah Sambori|last=mbojoklopedia|website=Mbojoklopedia|access-date=2019-04-10}}</ref>
== Kepercayaan ==
Menurut [[sensus]] pada tahun [[1986]], suku Donggo mayoritas beragama [[Islam]] (97%) dan sisanya [[Kekristenan|Kristen]] (3%).<ref>{{Cite web|title=Sejarah Suku Donggo: Agama, Upacara, Pakaian, Senjata dan Rumah|url=https://www.gurupendidikan.co.id/suku-donggo/|website=www.gurupendidikan.co.id|access-date=2021-06-16}}</ref> Walaupun memang setelah melepas Parafu ro Pamboro ( Animisme dan dinamisme) mereka memeluk agama kristen yang dibuktikan dengan berdirinya gereja di tanah donggo ditengah masyarakat Bima yang mayoritasnya muslim saat ini.
== Upacara Adat ==
=== Kalero ===
Kalero
== Referensi ==
Baris 48 ⟶ 51:
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Barat]]
[[Kategori:
|