Orang Indo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Mengubah tingkat perlindungan pada "Orang Indo": semoga kondusif. ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (selamanya) [Pindahkan=Hanya untuk pengurus] (kedaluwarsa 3 Februari 2022 09.17 (UTC))) |
k Etnik |
||
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
{{ethnic group|
|group=Indo <br />''Indo-Europeanen'' <br /> ''Indische Nederlanders''
|image =COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van een Indo-Europese familie op Sumatra voor een wandkast of scherm TMnr 60011339.jpg
|caption = Keluarga Indo di Sumatra
|poptime=sekitar 1.000.000 di Indonesia (pendugaan), sekitar 500.000 di Belanda
|popplace=[[Belanda]], [[Indonesia]], [[Amerika Serikat]], [[Australia]], [[Britania Raya]]
|langs=[[Bahasa Belanda|Belanda]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Pecok|Pecok]], [[Bahasa Javindo|Javindo]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[
|rels='''Mayoritas'''<br>[[Kristen]] ([[Protestan]] terutama [[Lutheran]]; [[Katolik Roma]])<br>'''Minoritas'''<br>[[Islam]]
|related=[[Bangsa Belanda|Belanda]] • [[Daftar suku di Indonesia|suku-suku di Indonesia]], terutama [[orang Maluku|Maluku]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], dan [[Suku Minahasa|Minahasa]] • [[bangsa Portugis|Portugis]] • [[bangsa Spanyol|Spanyol]] • [[bangsa Jerman|Jerman]] • [[bangsa Inggris|Inggris]] • [[bangsa Arab|Arab]]
Baris 23 ⟶ 22:
=== Periode awal pembentukan: Era Portugis dan Spanyol (1500-1600) ===
Penjelajah dari [[Eropa]] mulai ramai datang ke [[Nusantara]] pada awal [[abad ke-16]], sebagai konsekuensi dari [[Zaman Penjelajahan]] (''Age of Exploration'') yang melanda Eropa.<ref>{{Cite book|last=Goor|first=Jurrien van|last2=Goor|first2=Foskelien van|date=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=XORpOFX5o80C&lpg=PP1&pg=PA57#v=onepage&q&f=false|title=Prelude to Colonialism: The Dutch in Asia|location=|publisher=Uitgeverij Verloren|isbn=978-90-6550-806-5|pages=57|language=en|url-status=live}}</ref> Banyak di antara mereka yang tertarik untuk atau terpaksa menetap di negeri tujuan. Mereka adalah orang [[Portugis]] dan [[Spanyol]] beserta budak-budak mereka dari [[India]], [[Sri Lanka]], [[Malaka]], atau Nusantara bagian timur (seperti Maluku, Bali, atau Gowa/Bugis). Misi Eropa berdatangan karena bisnis dan perdagangan, namun ada pula yang menetap karena tugas keagamaan (misi). Cukup banyak yang kemudian menikah atau bahkan memiliki anak tanpa ikatan pernikahan dengan penduduk setempat, mengingat pendatang dari Eropa semuanya lelaki. Di [[Malaya]], keturunan mereka saat ini disebut sebagai '''Melayu Eropa'''. Di Indonesia, sisa-sisa dari masyarakat campuran ini dapat ditemukan di Maluku, Flores, Kampung Tugu ([[Cilincing, Jakarta Utara]]) serta Kampung Lamno Jaya, [[Aceh Barat]]. Masyarakat yang terakhir ini sekarang nyaris punah akibat bencana [[Tsunami Aceh 2004]].<ref>{{Cite web|last=Azis|first=Muhajir Abdul|date=19 November 2017|title=Telusur jejak turunan Portugis di Aceh|url=https://lokadata.id/artikel/telusur-jejak-turunan-portugis-di-aceh|website=Lokadata.ID|language=id|access-date=20 September 2020|archive-date=2020-11-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20201126172431/https://lokadata.id/artikel/telusur-jejak-turunan-portugis-di-aceh|dead-url=yes}}</ref>
Walaupun periode relatif ini singkat, terdapat banyak warisan budaya masyarakat ini yang masih dapat dilihat hingga sekarang. Cara bergaul orang Portugis yang relatif terbuka dan tidak [[rasisme|rasis]] membuat budayanya banyak terserap secara mudah. Berbagai tanaman asal Amerika tropis, beberapa jenis kue (terutama bolu), sejumlah produk rumah tangga umum, serta berbagai permainan dan hiburan dari Eropa mulai dikenal masyarakat Nusantara melalui pendatang ini dan keturunannya. Laporan Belanda pada abad ke-19 bahkan menyatakan bahwa bahasa Portugis bahkan masih dipakai oleh orang-orang keturunan campuran Eropa (mestizo) di [[Batavia]]. Musik [[keroncong]] adalah bentuk musik dari masyarakat campuran warisan masa ini dan kelak menjadi salah satu penciri kultur Eropa-Indonesia pada abad ke-20.<ref>{{Cite journal|last=Becker|first=Judith|date=1975|title=Kroncong, Indonesian Popular Music|url=https://www.jstor.org/stable/833923|journal=Asian Music|language=en|volume=7|issue=1|pages=14|doi=10.2307/833923|issn=0044-9202}}</ref>
Baris 48 ⟶ 47:
Sejak masa ini mulai terjadi emigrasi besar-besaran orang Eropa-Indonesia ke luar Indonesia.
Pada [[Perang Dunia Kedua]], orang Indo mengalami masa yang suram, baik yang tinggal di [[Eropa]] maupun [[Asia]]. Di [[Eropa]], [[Jerman Nazi]] menduduki banyak [[negara]] dan memusuhi mereka yang bukan "Arya" asli (Eropa asli).{{Butuh rujukan}} Selama Perang Dunia II, Koloni Eropa di Asia Tenggara, termasuk Hindia Belanda, diserang dan dianeksasi oleh [[Kekaisaran Jepang]].<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=The Dutch East Indies Campaign 1941-1942|url=https://dutcheastindies.webs.com/index.html|website=dutcheastindies.webs.com|access-date=23 September 2020|archive-date=2019-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20190410231954/https://dutcheastindies.webs.com/index.html|dead-url=yes}}</ref> Tentara Jepang memperlakukan penduduk jajahannya dengan kejam, terlebih-lebih orang-orang dari [[Eropa]] (termasuk Indo). Semua orang Eropa asli dimasukkan ke dalam [[kamp konsentrasi Jepang]],<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Andrea L.|date=2003|url=https://www.jstor.org/stable/j.ctt46mxq8.4|title=Europe's Invisible Migrants|location=Amsterdam|publisher=Amsterdam University Press|isbn=978-90-5356-571-1|editor-last=Smith|editor-first=Andrea L.|pages=16|url-status=live}}</ref> sementara orang Indo yang dapat membuktikan hubungan kekerabatan dengan pribumi dikenakan pembatasan-pembatasan tertentu.<ref>{{Cite web|last=Croix|first=Humphrey de la|date=|title=World War II and Bersiap Period (1945-1949) {{!}} Buitenkampers: Ignored and Untold stories {{!}}|url=http://www.indischhistorisch.nl/tweede/oorlog-en-bersiap/world-war-ii-and-bersiap-period-1945-1949-buitenkampers-ignored-and-untold-stories/|website=www.indischhistorisch.nl|access-date=23 September 2020}}</ref> Anak laki-laki berusia 15 tahun ke atas dipisahkan dari ibunya dan dimasukkan ke dalam kamp bersama dengan laki-laki dewasa. Sementara itu, perempuan diasingkan bersama anak-anak di kamp perempuan.<ref>{{Cite news|last=|first=|date=19 October 2014|title=The forgotten women of the 'war in the East'|url=https://www.bbc.com/news/magazine-29665232|work=|newspaper=BBC News|language=en-GB|access-date=23 September 2020}}</ref> Semua laki-laki usia kerja [[Kerja paksa|dipaksa kerja]] tanpa dibayar.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Information about the Prisoners of War of the Japanese 1939-1945|url=https://www.forces-war-records.co.uk/prisoners-of-war-of-the-japanese-1939-1945|website=www.forces-war-records.co.uk|access-date=23 September 2020|archive-date=2022-03-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220308184617/https://www.forces-war-records.co.uk/prisoners-of-war-of-the-japanese-1939-1945|dead-url=yes}}</ref>
Banyak di antara mereka yang dapat melarikan diri, pergi ke negara-negara seperti [[Amerika Serikat]], [[Inggris]] (salah satu negara Eropa yang tidak diduduki [[tentara]] [[Nazi]]), [[Australia]] (mengabaikan kebijakan ras- [[White Australia Policy]]), [[Selandia Baru]] dan [[Kanada]] karena mereka dapat diterima sebagai [[pelarian perang]].
Baris 75 ⟶ 74:
Di kalangan Indo telah umum diketahui, semakin tinggi "derajat keeropaan" seseorang, semakin tinggi derajat sosialnya. Maka tidak mengherankan bahwa sebagian besar berusaha mengidentifikasi diri sebagai orang Eropa. Kaum perempuannya bercita-cita untuk menikah dengan orang Eropa.<ref name="veur1">Veur, P. van der. 1969. [http://www.jstor.org/stable/3350669 Race and Color in Colonial Society: Biographical Sketches by a Eurasian Woman concerning Pre-World War II Indonesia]. ''Indonesia'' 8:69-79.</ref> Aspek budaya lokal dianggap lebih "rendah" atau "kasar".<ref name="veur1"/> Stratifikasi sosial bernuansa rasis ini sedikit banyak muncul dari asal usul orang Indo, yang kebanyakan adalah keturunan dari kebiasaan per[[gundik]]an meluas di kalangan pria Eropa pada abad ke-17 dan ke-18 akibat kurangnya perempuan Eropa. Orang-orang Mestizo dianggap sebagai "keturunan hubungan gelap". Kebanyakan mereka dibesarkan oleh ibu mereka dalam tradisi lokal, sehingga pendidikannya dianggap kurang, juga dalam kemampuan berbahasa Belandanya. VOC, sebagai penguasa, tampaknya juga tidak terlalu peduli dengan situasi ini. Namun justru masuknya unsur budaya lokal yang menjadi pembeda mereka dan orang Belanda pendatang, bahkan masih dipertahankan hingga akhir abad ke-20.
Kaum Indo digunakan oleh penjajahan Belanda sebagai "penyangga" kultural agar tidak terjadi pergesekan yang menyebabkan kekacauan politik. Nasib yang sama dialami oleh kaum [[Tionghoa-Indonesia]], yang menjadi "bemper" ekonomi jajahan. Mereka dipandang rendah oleh kaum Belanda totok, tetapi juga memandang rendah kalangan pribumi yang dianggap tidak cakap dan malas. Orang Belanda totok memiliki ejekan bagi orang Indo: kata "Indo" dianggap sebagai singkatan dari ''indolent'' (pemalas).<ref name="veur1"/> Orang Eropa ''totok'' secara sosial dan legal berposisi lebih tinggi daripada mereka yang berketurunan campuran. Walaupun pada beberapa hal mereka berbaur karena orientasi budaya yang sama, dalam banyak hal lainnya (seperti makanan dan kecenderungan [[estetika|estetik]]) kedua kelompok ini cukup berbeda. Hal ini terlihat nyata ketika terjadi [[diaspora]] orang Eropa-Indonesia ke Belanda seusai Perang Dunia Kedua. Orang Belanda banyak yang tidak siap menerima kehadiran orang-orang Indo sehingga sebagian dari mereka beremigrasi ke negara ketiga, seperti [[Amerika Serikat]], [[Kanada]], [[Australia]], atau [[Selandia Baru]].<ref name=krancher>Krancher J 2003. [http://krancher.org/indos.html "Indos: The Last Eurasian Community?"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210610133426/http://www.krancher.org/indos.html |date=2021-06-10 }}. EurasianNation.</ref>
<!-- Peran kelompok Eropa-Indonesia sebagai satuan budaya lebih terlihat pada masa penguasaan Belanda di Indonesia serta beberapa tahun setelahnya. Masa paling nyata yang mencatat peran mereka barangkali adalah sejak paruh akhir abad ke-19 hingga berakhirnya [[Perang Pasifik]]. Pada periode awal Indonesia, sebagian besar orang Eropa (terutama [[Belanda]]) atau Indo terpaksa atau dipaksa meninggalkan Indonesia.
Baris 100 ⟶ 99:
Semenjak [[Orde Baru]], orang Eropa-Indonesia di Indonesia hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari penduduk Indonesia. Peraturan imigrasi yang ketat, praktis tidak memungkinkan masuknya orang Eropa ke Indonesia tanpa melalui naturalisasi yang memakan waktu bertahun-tahun. Secara kultural mereka biasanya terserap ke dalam kultur kosmopolitan Jakarta, atau kultur lokal tempat mereka tinggal. Mereka dapat dikatakan bukan merupakan subkultur yang khas di Indonesia.
Keadaan yang agak berbeda terjadi di Belanda. Badan statistik Belanda, CBS, pada tahun 1990 mencatat 472.600 orang penduduk Belanda memiliki keturunan Indonesia, 187.700 di antaranya lahir di Hindia Belanda/Indonesia. Menurut laporan demografi tahun 2003, pada tahun 2001 tercatat 458.000 orang yang merupakan generasi pertama dan kedua keturunan Hindia Belanda. Di Belanda mereka merupakan kelompok minoritas yang signifikan dan memiliki kekhasan budaya tersendiri. Secara statistik mereka masih dipisahkan dan dianggap sebagai kelompok minoritas terbesar, sekaligus sebagai kelompok minoritas yang paling terintegrasi.<ref>[http://www.kiemnet.nl/nieuws/2006/04/Indische-Nederlander-voorbeeld-integratie_1013.html Indische Nederlander voorbeeld integratie]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. NICIS Institute, edisi 20-04-2006.</ref> Festival tahunan Pasar Malam Besar merupakan kegiatan besar dari masyarakat Eropa-Indonesia di Belanda. Krancher, seorang warga negara AS keturunan Eropa-Indonesia yang pernah menetap di Indonesia mencatat secara kritis adanya "kebangkitan kembali" pada generasi ketiga keturunan kaum Indo di Belanda.<ref>Boot, Brederode and Krancher, 2006. [http://www.coert.org/indonesia/TheRiseOfANewGeneration.htm ''The Rise of a New Generation: The Dutch-Indonesian Cultural Renaissance in the Netherlands''.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081120213321/http://www.coert.org/indonesia/TheRiseOfANewGeneration.htm |date=2008-11-20 }} Laman [http://www.coert.org/index.html COERT] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070823114052/http://www.coert.org/index.html |date=2007-08-23 }}. Worldwide Family History.</ref>
Keturunan Eropa-Indonesia juga tersebar di seluruh dunia, baik langsung dari Indonesia ataupun dari Belanda. Banyak di antara mereka tinggal di [[Amerika Serikat]], [[Kanada]], atau [[Inggris]]. Beberapa di antaranya menjadi orang yang cukup terkemuka.
Baris 151 ⟶ 150:
[[Kategori:Orang Indo| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:
|