Suku Tehit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Suku Tehit''' atau '''Tehid''' berdiam di daerah Semenanjung Doberai atau Kepala Burung Papua, yaitu antara bagian selatan barat daya hingga barat daya. Pemukiman mereka terkonsentrasi di sekitar kota Teminabuan. Jumlah populasinya sekitar 25.000 jiwa. Kata Tehid berasal dari tahiyid, artinya "mereka(lah) Tehid", arti leksikalnya telah hilang. Mereka mungkin datang ke daerah ini beberapa ratus tahun yang lalu dan mendesak pe...'
Tag: tanpa kategori [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
k Etnik
 
(22 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group
'''Suku Tehit''' atau '''Tehid''' berdiam di daerah [[Semenanjung Doberai]] atau Kepala Burung Papua, yaitu antara bagian selatan barat daya hingga barat daya. Pemukiman mereka terkonsentrasi di sekitar kota [[Teminabuan, Sorong Selatan|Teminabuan]]. Jumlah populasinya sekitar 25.000 jiwa.
|group=Tehit
|image=
|image_caption=
|popplace=[[Kabupaten Sorong Selatan]]
|population=15.972 ([[Sensus Penduduk Indonesia 2010|2010]])<ref name=":1">{{Cite book|last=Ananta|first=Aris|date=2015|url=https://www.worldcat.org/oclc/1011165696|title=Demography of Indonesia's Ethnicity.|location=Singapura|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-4519-88-5|others=Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|oclc=1011165696}}</ref>
|langs = [[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]]
|rels = [[Kekristenan]] (mayoritas)<br>[[Islam]] dan kepercayaan tradisional (minoritas)
|related = [[Suku Maybrat|Maybrat]]{{•}}[[Suku Moi|Moi]]{{•}}[[Suku Inanwatan|Inanwatan]]
}}
 
'''Suku Tehit''' atau '''Tehid''' berdiam di daerahadalah [[Semenanjungkelompok Doberaietnis]] atauyang Kepala Burung Papua, yaitu antaramendiami bagian selatan barat[[Semenanjung daya hingga barat dayaDoberai]]. Pemukiman tradisional mereka terkonsentrasi di sekitar kotadistrik [[Teminabuan, Sorong Selatan|Teminabuan]]. Jumlah populasinya sekitar 2515.000972 jiwa menurut [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]].<ref name=":1"/>
Kata Tehid berasal dari tahiyid, artinya "mereka(lah) Tehid", arti leksikalnya telah hilang. Mereka mungkin datang ke daerah ini beberapa ratus tahun yang lalu dan mendesak penduduk yang lebih dulu datang, yaitu orang Safledrar, kelompok pribumi Papua yang tergolong pigmi. Orang Tehid sendiri memiliki perawakan tinggi tegap seperti orang-orang yang hidup di pantai berawa-rawa umumnya.
 
==Mata pencaharian==
Orang Tehid yang diam di daerah berawa-rawa hidup dari mata pencaharian menebang dan mengumpulkan pati sagu, sedangkan yang diam di tanah kering membuka ladang untuk ditanami ubi, keladi, labu, dan lain-lain.
 
==Etimologi==
Kata ''tehit'' atau ''tehid'' berasal dari kata "''tahiyid''" yang berarti "mereka(lah) tehid", namun arti leksikalnya telah hilang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Sejarah==
Menurut sejarah, orang Tehit berasal wilayah kebudayaan Toror yang meliputi Semenanjung Seget-Sele. Bencana alam berupa pasang surut besar mengakibatkan penduduk kebudayaan Toror mengungsi dan menetap ke wilayah yang saat ini menjadi [[Teminabuan]]. Orang Tehit yang bermigrasi ke Teminabuan dengan perahu adalah marga Kondologit, Kondjol, Sarwanik, Kemesrar, Salamuk, Bless, Blesia, Bleskadit, Sremere, Kremak, Momoth, Adjolo, Sfahrit, Kdamaa, dan Salambauw. Kelom­pok migrasi ini kemudian memperkenalkan [[kapak batu]] dan [[tembikar]] kepada penduduk yang telah tinggal di Teminabuan sebelumnya.<ref name="Handoko 1983">{{cite book |last1=Handoko |first1=Soewarto |last2=Rumbewas |first2=Dominggus |last3=Sawaki |first3=Marthen |last4=Krenak |first4=Thonce |last5=Sunaryo |first5=Suristina |title=Isi dam Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Menurut Tujuan, Fungsi dan Kegunaannya Daerah Irian Jaya|date=1983 |publisher=[[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]] |location=Indonesia |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10918/1/isi%20dan%20kelengkapan%20rumah%20tangga%20tradisional%20di%20daerah%20irian%20jaya.pdf |language=id|access-date=2022-02-10}}</ref> Mereka mungkin datang ke Teminabuan beberapa ratus tahun yang lalu dan mendesak penduduk yang lebih dahulu datang, yakni orang Safledrar; kelompok pribumi Papua yang tergolong [[pigmi]]. Orang Tehit sendiri memiliki perawakan tinggi dan tegap, seperti orang-orang Papua yang hidup di pantai berawa-rawa umumnya.<ref name="Handoko 1983"/>
 
Cerita tradisional penduduk Tehit menyebutkan bahwa se­bagian dari mereka berasal dari ''kefi'', yakni sebuah pohon yang dianggap kerajaan oleh mereka. Dalam cerita ini, dikatakan bahwa ''kefi'' dibelah oleh marga Frisa yang menghuni kampung Wenselalo saat ini. Setelah dibelah, kemudian keluarlah manusia. Pembelahan ini didasarkan atas petunjuk dari seekor anjing betina yang na­manya tidak diketahui dengan jelas. Marga-marga yang berasal dari pohon ''kefi'', yakni Sagisallo, Sera, Selaya, Seflembolo, Sagrim, Sarefe, Sabru, Sakamak, Thesia, Sreflo, Sawen, dan Yarollo.<ref name="Handoko 1983"/> Selain itu, beberapa ada yang berasal dari tanah, [[kasuari]], langit, dan sungai. Meliputi marga Simat, Flassy, Kamesrar, Suahan, dan marga lainnya. Dari ketiga cerita tradisional ini terjadilah percampuran budaya, bahasa, dan adat istiadat. Kemudian diantara mereka terjadi perkawinan silang, sehing­ga terbentuklah suku Tehit.<ref name="Handoko 1983"/>
Pada masa dulu orang Tehid dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat buah weri (bandar), yaitu Weri Ambuam (Teminabuan), Weri Sar, Weri Konda dan Weri Kasrer (Seribau). Raja yang paling dominan berkedudukan di Teminabuan, gelarnya Raja Kaibus atau Woronemin dengan raja pertamanya bernama Anggok Kondjol.
 
Masyarakat suku Tehit dipengaruhi oleh beberapa zaman, pada masa [[Kesultanan Tidore]], orang Tehit dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat buah ''weri'' (petuanan atau [[bandar]]), yaitu Weri Ambuam ([[Petuanan Teminabuan|Teminabuan]]), Weri Sar, Weri Konda, dan Weri Kasrer (Seribau). Raja Kaibus di Teminabuan merupakan petuanan yang memiliki pengaruh paling dominan diantara petuanan lainnya, gelarnya ''Raja Kaibus'' atau ''Woronemin'' dengan raja pertamanya bernama Angguok Kondjol. Hubungan dagang antara petuanan-petuanan ini terbentuk dengan kerajaan di [[Semenanjung Onin]] seperti [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]] dan Arguni, maupun dengan kerajaan di [[Kepulauan Raja Ampat]] seperti [[Kerajaan Salawati|Salawati]]. Terjadi penjualan burung [[Cenderawasih kuning-kecil|kuning]] dan budak untuk mendapatkan kain timur, kapak, parang, pisau, dan sebagainya.<ref name="Handoko 1983"/>
Masyarakat Tehid terdiri atas beberapa klen patrilineal. Anggota klen disebut wendla dan pemimpinnya disebut nakhohokh. Kepemimpinan ini terutama kelihatan dalam masalah kemasyarakatan, seperti dalam masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, pelanggaran adat dan sebagainya. Nakhohokh sendiri harus memimpin musyawarah (lelekh wamar) untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut nasemba (penengah). Pada zaman dulu lelekh wamar juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara nadkhoin (manusia) dengan Tali Nggameri (Khalik, Sang Pencipta) yang disebut Na Agow Allah.
 
Pada tahun 1940-an, para misionaris Eropa (''zending'') mulai menyebarkan [[Kekristenan]] di antara penduduk asli Tehit, banyak guru ''zending'' yang berasal dari [[Kepulauan Maluku]] dikirim ke Teminabuan. ''Raja Kaibus'' Angguok sendiri berperan penting dalam memfasilitasi penyebaran agama Kristen pada masa ini. Penyebaran agama 'asing' ini menyebabkan pelepasan kebudayaan tradisional masyarakat dan menerima modernisasi lewat [[gereja]]. Pada tahun 1941, terjadi [[Perang Dunia II]], maka seluruh pendeta dan guru ''zending'' lari mengikuti masyarakat ke pedalaman.<ref name="Handoko 1983"/>
==Agama atau kepercayaan lokal==
 
Pasa masa [[penjajahan Jepang]], masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan hingga ke [[Ayamaru, Maybrat|Ayamaru]] dengan peralatan seadanya. Akibat kesewenangan Jepang terhadap penduduk lokal, terjadilah perlawanan terhadap Jepang. Atas kerjasama pasukan sekutu dan masyarakat Teminabuan, pasukan Jepang akhirnya dapat diusir dari Teminabuan dan Papua secara keseluruhan. Setelah itu, terdapat pengeboran minyak bumi di [[Sorong]] yang digagas oleh Belanda. Masyarakat suku Tehit kembali membangun dirinya dalam bidang pemerintahan, gereja, sosial ekonomi, sosial, dan budaya. Pada masa ini, suku Tehit biasanya membentuk sebuah kesatuan yang terdiri dari dua bagian, yakni suku Tehit Pantai dan Tehit Pegunungan.<ref name="Handoko 1983"/> Saat perlawanan terhadap kolonial Belanda, tangki-tangki minyak inilah yang ditarget untuk dibakar oleh para pemuda Papua yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) yang bekerja di [[Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij]] (NNGPM) pada tahun 1947, maupun Organisasi Pemuda Irian (OPI) pada tahun 1956.<ref name="Nurhabsyah 2005">{{Cite web|last=Nurhabsyah|date=2005|title=Gerakan Bawah Tanah Cara Rakyat Irian Jaya Menentang Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda|url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1690/sejarah-nurhabsyah2.pdf|website=Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara|page=5|access-date=4 Maret 2021}}</ref>
Orang Tehid percaya bahwa wua (roh) orang yang baru mati akan pergi ke mlfitain. Di sana wua akan mengawasi anak cucunya yang masih hidup di atas dunia. Bila terjadi pelanggaran maka wua akan datang menjelma ke dalam bentuk pengganggu. Tujuan sebenarnya adalah supaya anak cucunya tidak melanggar lagi. Wua bisa datang dalam bentuk penyakit, babi perusak tanaman, atau menutupi reziki orang dalam berburu dan pekerjaan lainnya. Gangguan wua itu disebut khlembet ysimari (diawasi arwah). Hal ini hanya bisa diatasi dengan memberikan hea ([[sesajen]]), atau melakukan sambe (permintaan maaf) dengan bantuan mimit ([[dukun]]). Wua yang terkenal jahat disebut khol, roh ini hanya takut kepada tali nggameri atau Na Agow yang berkedudukan di ik (langit).
 
Masyarakat TehidTehit terdiri atas beberapa klenklan (marga) patrilineal. Anggota klenklan disebut ''wendla'' dan pemimpinnya disebut ''nakhohokh''. Kepemimpinan ini terutamaumumnya kelihatanterlihat dalam masalah kemasyarakatan, seperti dalam masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, dan pelanggaran adat dan sebagainya. ''Nakhohokh'' sendiri harus memimpin sebuah musyawarah (''lelekh wamar'') untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut ''nasemba (penengah)''. Pada zaman duludahulu, ''lelekh wamar'' juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara ''nadkhoin'' (manusia) dengan Tali''tali Nggameringgameri'' (Khalik, Sang Penciptatuhan) yang disebut ''Na Agow Allah''.<ref name="Handoko 1983"/>
Sama seperti berbagai suku bangsa pribumi lain di Jazirah Kepala Burung, alat bayar bergengsi pada orang Tehid ini adalah not hokh (kain sakral). Terutama sebagai mas kawin. Dalam perkawinan itu sendiri syolo (saudara laki-laki) ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh kemanakannya, karena itu perkawinan ideal dalam masyarakat ini adalah antara saudara sepupu silang.
 
==Kepercayaan tradisional==
Orang TehidTehit percayamemilik kepercayaan bahwa ''wua'' ([[roh]]) orang yang baru mati akan pergi ke ''mlfitain'' (akhirat). Di sana ''wua'' akan mengawasi anak cucunya yang masih hidup di atas dunia. Bila terjadi pelanggaran, maka ''wua'' akan datang menjelma ke dalam bentuk roh pengganggu. Tujuan sebenarnya adalah supayaagar anak cucunya tidak melanggar lagi. ''Wua'' bisa datang dalam bentuk penyakit, babi perusak tanamanhutan, atau menutupi rezikirezeki orang dalam berburu dan pekerjaan lainnya. Gangguan ''wua'' itu disebut ''khlembet ysimari'' (diawasi arwah). Hal ini hanya bisa diatasi dengan memberikan ''hea'' ([[sesajen]]), atau melakukan ''sambe'' (permintaan maaf) dengan bantuan ''mimit'' ([[dukun]]). ''Wua'' yang terkenalpaling jahat disebut ''khol'', roh ini hanya takut kepada ''tali nggameri'' atau ''Na Agow Allah'' yang berkedudukan di ''ik'' (langit).<ref name="Handoko 1983"/>
 
Sama seperti berbagai sukukelompok bangsaetnis pribumiPapua lainlainnya di Jazirah KepalaSemenanjung BurungDoberai, alat bayarpembayaran bergengsiyang padadigunakan oleh orang Tehid ini adalah ''not hokh'' (kain sakral). Terutama digunakan sebagai mas kawinmaskawin. Dalam perkawinan itusuku sendiriTehit, ''syolo'' (saudara laki-laki) dari pihak ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh kemanakannya,keponakannya. karenaKarena itu perkawinan yang dianggap ideal dalam masyarakat ini adalah antara saudara sepupu silang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Bahasa==
[[Bahasa TehidTehit]] terdiri atas 1211–12 dialek, yaituyakni dialek Tehid Tehiyit (dituturkan di Teminabuan dan sekitarnya), dialekAfsya Tehid(dikenal Afsyajuga atausebagai ''Mbolfle''; dituturkan (di bagian selatan Teminabuan, :yakni weridi konda''Weri Konda'' dan Mbariat), dialek Tehid Gemma (dituturkan di sebelah utara Teminabuan, yakni di Wehali dan Eles), dialek Tehid Yemian (dituturkan di kampung Hana dan Sanekh), dialek Tehid Sawiat (dituturkan di kampung Soroan dan sekitarnya), dialek Tehid Fkar (dituturkan di Pegununganwilayah pegunungan), dialekSayfi, TehidKonyokh, Salmeit, Yatfle, dialek Tehid SayfiOlabra, dialekdan TehidSfaryere.<ref Konyokh,name="Handoko dialek Tehid Salmeit.1983"/>
 
==Mata pencaharian==
Orang TehidTehit yangmendiami diamdaerah di daerahyang berawa-rawa. hidupMata daripencaharian matautamanya pencaharianadalah menebang dan mengumpulkan pati sagu,. sedangkanSedangkan yangorang diamTehit diyang tanahmendiami keringdaerah membukahutan ladangumumnya berladang untuk ditanami ubiumbi-umbian, keladi, labu, dan lain-lain.<ref name="Handoko 1983"/>
 
==BahasaLihat Suku Tehidjuga==
*[[Petuanan Teminabuan]]
*[[Semenanjung Doberai]]
==Referensi==
{{Reflist}}
{{Suku-stub}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Barat Daya|Tehit]]
Bahasa Tehid terdiri atas 12 dialek yaitu dialek Tehid Tehiyit (di Teminabuan dan sekitarnya), dialek Tehid Afsya atau Mbolfle (di bagian selatan Teminabuan : weri konda dan Mbariat), dialek Tehid Gemma (di sebelah utara Teminabuan, Wehali dan Eles), dialek Tehid Yemian (di kampung Hana dan Sanekh), dialek Tehid Sawiat (di kampung Soroan dan sekitarnya), dialek Tehid Fkar (di Pegunungan), dialek Tehid Yatfle, dialek Tehid Sayfi, dialek Tehid Konyokh, dialek Tehid Salmeit.
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Tehit]]