Suku Tehit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Etnik
 
(16 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku Tehit
|image=
|image_caption=
|popplace=[[Kabupaten Sorong Selatan]]
|poptime= -+ 15972 (2010)
|ref1population=15.972 ([[Sensus Penduduk Indonesia = 2010|2010]])<ref name=":1">{{Cite book|last=Ananta|first=Aris|date=2015|url=https://www.worldcat.org/oclc/1011165696|title=Demography of Indonesia's Ethnicity.|location=SGSingapura|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-4519-88-5|others=Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|oclc=1011165696}}</ref>
|population= ''setidaknya'' '''20,000-25,000'''
|langs = [[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]]
|region1 = {{INA}} (Sensus 2010)
|rels = [[Kekristenan]] (mayoritas)<br>[[Islam]] dan kepercayaan tradisional (minoritas)
|pop1 = 15,972
|related = [[Suku Maybrat|Maybrat]]{{•}}[[Suku Moi|Moi]]{{•}}[[Suku Inanwatan|Inanwatan]]
|ref1 = <ref>{{Cite book|last=Ananta|first=Aris|date=2015|url=https://www.worldcat.org/oclc/1011165696|title=Demography of Indonesia's Ethnicity.|location=SG|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-4519-88-5|others=Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|oclc=1011165696}}</ref>
|langs =[[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels =Mayoritas :[[Kristen]], Minoritas: [[Muslim]]
|related =
}}
 
'''Suku Tehit''' atau '''Tehid''' berdiam di daerahadalah [[Semenanjungkelompok Doberaietnis]] atauyang Kepala Burung Papua, yaitu antaramendiami bagian selatan barat[[Semenanjung daya hingga barat dayaDoberai]]. Pemukiman tradisional mereka terkonsentrasi di sekitar kotadistrik [[Teminabuan, Sorong Selatan|Teminabuan]]. Jumlah populasinya sekitar 2515.000972 jiwa menurut [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]].<ref name=":1"/>
 
Kata Tehid berasal dari tahiyid, artinya "mereka(lah) Tehid", arti leksikalnya telah hilang. Mereka mungkin datang ke daerah ini beberapa ratus tahun yang lalu dan mendesak penduduk yang lebih dulu datang, yaitu orang Safledrar, kelompok pribumi Papua yang tergolong pigmi. Orang Tehid sendiri memiliki perawakan tinggi tegap seperti orang-orang yang hidup di pantai berawa-rawa umumnya.
 
==Mata pencaharian==
Orang Tehid yang diam di daerah berawa-rawa hidup dari mata pencaharian menebang dan mengumpulkan pati sagu, sedangkan yang diam di tanah kering membuka ladang untuk ditanami ubi, keladi, labu, dan lain-lain.
 
==Etimologi==
Kata ''tehit'' atau ''tehid'' berasal dari kata "''tahiyid''" yang berarti "mereka(lah) tehid", namun arti leksikalnya telah hilang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Sejarah==
AsalMenurut muasalsejarah, pendudukorang Tehit adalahberasal daerahwilayah kebudayaan Toror, yang meliputi semenanjungSemenanjung Seget-Sele. Di saat terjadi bencanaBencana alam berupa pasang surut besar mengakibatkan penduduk kebudayaan Toror mengungsi dan menetap ke daerahwilayah yang sekarangsaat ini menjadi [[Teminabuan]]. EtnisOrang Tehit yang memudikbermigrasi ke TehitTeminabuan dengan perahu adalah: fammarga Kondologit., Kondjol, Sarwanik, Kemesrar, Salamuk, Bless, Blesia, BleshaditBleskadit, Sremere, Kremak, Momoth, Adjolo, Sfahrit dan, Kdamaa, sertadan Salambauw. Kelom­pok migrasi ini kemudian memperkenalkan [[kapak batu,]] barang - barangdan [[tembikar]] kepada suku Tehit,penduduk yang adatelah tinggal di Teminabuan sebelumnya.<ref name="Handoko 1983">{{cite book |last1=Handoko |first1=Soewarto |last2=Rumbewas |first2=Dominggus |last3=Sawaki |first3=Marthen |last4=Krenak |first4=Thonce |last4last5=Sunaryo |first4first5=Suristina |title=lsiIsi dam Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Menurut Tujuan, Fungsi dan Kegunaannya Daerah Irian Jaya|date=1983 |publisher=[[MinistryKementerian ofPendidikan Educationdan andKebudayaan CultureRepublik (Indonesia)|MinistryKementerian ofPendidikan Education anddan CultureKebudayaan]] |location=Indonesia |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10918/1/isi%20dan%20kelengkapan%20rumah%20tangga%20tradisional%20di%20daerah%20irian%20jaya.pdf |language=id|access-date=2022-02-10}}</ref> Mereka mungkin datang ke Teminabuan beberapa ratus tahun yang lalu dan mendesak penduduk yang lebih dahulu datang, yakni orang Safledrar; kelompok pribumi Papua yang tergolong [[pigmi]]. Orang Tehit sendiri memiliki perawakan tinggi dan tegap, seperti orang-orang Papua yang hidup di pantai berawa-rawa umumnya.<ref name="Handoko 1983"/>
 
Cerita tradisional penduduk Tehit menyebutkan bahwa se­bagian dari mereka berasal dari ''kefi'', yakni sebuah pohon yang dianggap kerajaan oleh mereka. Dalam cerita ini, dikatakan bahwa ''kefi'' dibelah oleh marga Frisa yang menghuni kampung Wenselalo saat ini. Setelah dibelah, kemudian keluarlah manusia. Pembelahan ini didasarkan atas petunjuk dari seekor anjing betina yang na­manya tidak diketahui dengan jelas. Marga-marga yang berasal dari pohon ''kefi'', yakni Sagisallo, Sera, Selaya, Seflembolo, Sagrim, Sarefe, Sabru, Sakamak, Thesia, Sreflo, Sawen, dan Yarollo.<ref name="Handoko 1983"/> Selain itu, beberapa ada yang berasal dari tanah, [[kasuari]], langit, dan sungai. Meliputi marga Simat, Flassy, Kamesrar, Suahan, dan marga lainnya. Dari ketiga cerita tradisional ini terjadilah percampuran budaya, bahasa, dan adat istiadat. Kemudian diantara mereka terjadi perkawinan silang, sehing­ga terbentuklah suku Tehit.<ref name="Handoko 1983"/>
Asal muasal penduduk Tehit adalah daerah kebudayaan Toror, yang meliputi semenanjung Seget-Sele. Di saat terjadi bencana alam berupa pasang surut besar mengakibatkan penduduk mengungsi dan menetap ke daerah yang sekarang menjadi [[Teminabuan]]. Etnis yang memudik ke Tehit dengan perahu adalah: fam Kondologit. Kondjol, Sarwanik, Kemesrar, Salamuk Bless, Blesia, Bleshadit, Sremere, Kremak, Momoth, Adjolo, Sfahrit dan Kdamaa serta Salambauw. Kelom­pok ini memperkenalkan kapak batu, barang - barang tembikar kepada suku Tehit, yang ada di Teminabuan.<ref name="Handoko 1983">{{cite book |last1=Handoko |first1=Soewarto |last2=Rumbewas |first2=Dominggus |last3=Sawaki |first3=Marthen |last4=Krenak |first4=Thonce |last4=Sunaryo |first4=Suristina |title=lsi dam Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Menurut Tujuan, Fungsi dan Kegunaannya Daerah Irian Jaya|date=1983 |publisher=[[Ministry of Education and Culture (Indonesia)|Ministry of Education and Culture]] |location=Indonesia |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10918/1/isi%20dan%20kelengkapan%20rumah%20tangga%20tradisional%20di%20daerah%20irian%20jaya.pdf |language=id|access-date=2022-02-10}}</ref>
 
Dalam perkembangan iniMasyarakat suku Tehit dipengaruhi oleh beberapa jamanzaman, pada masa perdagangan[[Kesultanan Tidore]], orang TehidTehit dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat buah ''weri'' (petuanan atau [[bandar]]), yaitu Weri Ambuam ([[Petuanan Teminabuan|Teminabuan]]), Weri Sar, Weri Konda, dan Weri Kasrer (Seribau). Raja Kaibus di Teminabuan merupakan petuanan yang memiliki pengaruh paling dominan berkedudukandiantara dipetuanan Teminabuanlainnya, gelarnya ''Raja Kaibus'' atau ''Woronemin'' dengan raja pertamanya bernama AnggokAngguok Kondjol. Hubungan dagang antara petuanan-petuanan ini terbentuk dengan kerajaan di [[Semenanjung Onin]] seperti [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], Arguni dan lain lainArguni, maupun dengan kerajaan di [[Kepulauan Raja Ampat]] seperti [[Kerajaan Salawati|Salawati]]. Terjadi penjualan burung [[Cenderawasih kuning-kecil|kuning]] dan budak untuk mendapatkan kain timur, kapak, parang, pisau, dan sebagainya.<ref name="Handoko 1983"/>
Sejarah lainnya menyatakan penduduk Tehit se­bagian berasal dari kefi, yaitu sebuah pohon yang meru­pakan kerajaan bagi mereka. Mitos ini mengatakan bahwa, kelompok ini dibelah oleh fam Frisa, penghuni Desa Wenselalo yang ada sekarang. Setelah dibelah, kemudian manusianya keluar. Pembelahan ini atas petunjuk dari seekor anjing betina yang na­ manya sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Fam-fam yang berasal dari pohon Kefi, adalah:
Fam Sagisallo, Sera, Selaya, Seflembolo, Sagrim, Sarefe, Sabru, Sakamak, Thesia, Sreflo, Sawen, Yarollo, dan masih banyak lagi.<ref name="Handoko 1983"/>
 
Pada tahun 1940an1940-an, terjadipara masamisionaris mesianisEropa yaitu(''zending'') meliputimulai pesebaranmenyebarkan agama[[Kekristenan]] Kristendi dariantara zendingpenduduk asli BelandaTehit, banyak guru ''zending'' yang berasal dari [[Kepulauan Maluku]] dikirim ke Teminabuan. ''Raja Kaibus'' Angguok sendiri berperan besarpenting dalam memfasilitasi persebaranpenyebaran agama Kristen pada masa ini. AjaranPenyebaran agama 'asing' ini menyebabkan pelepasan kebudayaan Masyarakattradisional masyarakat dan menerima modernisasi lewat [[gereja]]. Namun padaPada tahun 1941, pecahlahterjadi [[Perang Dunia II]], maka semuaseluruh pendeta dan guru ''zending'' lari mengikuti ma­syarakatmasyarakat ke pedalaman.<ref name="Handoko 1983"/>
Selain itu ada yang berasal dari tanah, ada yang dari kasuari, ada yang berasal dari langit, sungai serta, masih banyak lagi. Kelompok ini seperti : fam Simat, Flassy, Kamesrar, Suahan dan lain-lain. Dari ketiga tipe ini terjadilah campuran segi budaya dan bahasa serta tata susila, kemudian perkawinan silang, sehing­ga terbentuklah suku Tehit.<ref name="Handoko 1983"/>
 
Pasa masa [[penjajahan Jepang]], masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan hingga ke [[Ayamaru, Maybrat|Ayamaru]] dengan peralatan seadanya. Akibat kesewenangan Jepang terhadap penduduk lokal, terjadilah perlawanan terhadap Jepang. Atas kerjasama pasukan sekutu dan masyarakat Teminabuan, pasukan Jepang akhirnya dapat diusir dari Teminabuan dan Papua secara keseluruhan. Setelah itu, terdapat pengeboran minyak bumi di [[Sorong]] yang digagas oleh Belanda. Masyarakat suku Tehit kembali membangun dirinya dalam bidang pemerintahan, gereja, sosial ekonomi, sosial, dan budaya. Pada masa ini, suku Tehit biasanya membentuk sebuah kesatuan yang terdiri dari dua bagian, yakni suku Tehit Pantai dan Tehit Pegunungan.<ref name="Handoko 1983"/> Saat perlawanan terhadap kolonial Belanda, tangki-tangki minyak inilah yang ditarget untuk dibakar oleh para pemuda Papua yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) yang bekerja di [[Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij]] (NNGPM) pada tahun 1947, maupun Organisasi Pemuda Irian (OPI) pada tahun 1956.<ref name="Nurhabsyah 2005">{{Cite web|last=Nurhabsyah|date=2005|title=Gerakan Bawah Tanah Cara Rakyat Irian Jaya Menentang Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda|url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1690/sejarah-nurhabsyah2.pdf|website=Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara|page=5|access-date=4 Maret 2021}}</ref>
Dalam perkembangan ini suku Tehit dipengaruhi oleh beberapa jaman, pada masa perdagangan, orang Tehid dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat buah weri (bandar), yaitu Weri Ambuam ([[Teminabuan]]), Weri Sar, Weri Konda dan Weri Kasrer (Seribau). Raja yang paling dominan berkedudukan di Teminabuan, gelarnya Raja Kaibus atau Woronemin dengan raja pertamanya bernama Anggok Kondjol. Hubungan dagang terbentuk dengan kerajaan di [[Semenanjung Onin]] seperti [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], Arguni dan lain lain maupun dengan kerajaan di [[Kepulauan Raja Ampat]] seperti [[Kerajaan Salawati|Salawati]]. Terjadi penjualan burung [[Cenderawasih kuning-kecil|kuning]] dan budak untuk mendapatkan kain timur, kapak, parang, pisau dan sebagainya.<ref name="Handoko 1983"/>
 
Masyarakat TehidTehit terdiri atas beberapa klenklan (marga) patrilineal. Anggota klenklan disebut ''wendla'' dan pemimpinnya disebut ''nakhohokh''. Kepemimpinan ini terutamaumumnya kelihatanterlihat dalam masalah kemasyarakatan, seperti dalam masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, dan pelanggaran adat dan sebagainya. ''Nakhohokh'' sendiri harus memimpin sebuah musyawarah (''lelekh wamar'') untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut ''nasemba (penengah)''. Pada zaman duludahulu, ''lelekh wamar'' juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara ''nadkhoin'' (manusia) dengan Tali''tali Nggameringgameri'' (Khalik, Sang Penciptatuhan) yang disebut ''Na Agow Allah''.<ref name="Handoko 1983"/>
Pada tahun 1940an terjadi masa mesianis yaitu meliputi pesebaran agama Kristen dari zending Belanda, banyak guru zending yang berasal dari Maluku dikirim ke Teminabuan. Raja Kaibus sendiri berperan besar dalam memfasilitasi persebaran agama Kristen pada masa ini. Ajaran agama menyebabkan pelepasan kebudayaan Masyarakat menerima modernisasi lewat gereja. Namun pada tahun 1941 pecahlah Perang Dunia II, maka semua pendeta dan guru lari mengikuti ma­syarakat.<ref name="Handoko 1983"/>
 
==Kepercayaan tradisional==
Pasa masa penjajahan Jepang, masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan sampai Ayamaru dengan peralatan alamiah. Bila melawan akan dipukul sehingga terjadilah perlawanan melawan Jepang. Atas kerjasama sekutu dan masyarakat pasukan Jepang akhirnya kembali ke negara asalnya. Setelah itu masa perminyakan di Sorong dibuka. Rakyat Tehit kembali membangun dirinya dalam bidang pemerintahan, gereja, sosial ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya. Pada masa ini, suku Tehit biasanya merupa­kan satu kesatuan yang terdiri dari dua bagian yaitu suku Tehit Pantai dan Pegunungan.<ref name="Handoko 1983"/>
Orang TehidTehit percayamemilik kepercayaan bahwa ''wua'' ([[roh]]) orang yang baru mati akan pergi ke ''mlfitain'' (akhirat). Di sana ''wua'' akan mengawasi anak cucunya yang masih hidup di atas dunia. Bila terjadi pelanggaran, maka ''wua'' akan datang menjelma ke dalam bentuk roh pengganggu. Tujuan sebenarnya adalah supayaagar anak cucunya tidak melanggar lagi. ''Wua'' bisa datang dalam bentuk penyakit, babi perusak tanamanhutan, atau menutupi rezikirezeki orang dalam berburu dan pekerjaan lainnya. Gangguan ''wua'' itu disebut ''khlembet ysimari'' (diawasi arwah). Hal ini hanya bisa diatasi dengan memberikan ''hea'' ([[sesajen]]), atau melakukan ''sambe'' (permintaan maaf) dengan bantuan ''mimit'' ([[dukun]]). ''Wua'' yang terkenalpaling jahat disebut ''khol'', roh ini hanya takut kepada ''tali nggameri'' atau ''Na Agow Allah'' yang berkedudukan di ''ik'' (langit).<ref name="Handoko 1983"/>
 
Masyarakat Tehid terdiri atas beberapa klen patrilineal. Anggota klen disebut wendla dan pemimpinnya disebut nakhohokh. Kepemimpinan ini terutama kelihatan dalam masalah kemasyarakatan, seperti dalam masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, pelanggaran adat dan sebagainya. Nakhohokh sendiri harus memimpin musyawarah (lelekh wamar) untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut nasemba (penengah). Pada zaman dulu lelekh wamar juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara nadkhoin (manusia) dengan Tali Nggameri (Khalik, Sang Pencipta) yang disebut Na Agow Allah.
 
==Agama atau kepercayaan lokal==
 
Orang Tehid percaya bahwa wua (roh) orang yang baru mati akan pergi ke mlfitain. Di sana wua akan mengawasi anak cucunya yang masih hidup di atas dunia. Bila terjadi pelanggaran maka wua akan datang menjelma ke dalam bentuk pengganggu. Tujuan sebenarnya adalah supaya anak cucunya tidak melanggar lagi. Wua bisa datang dalam bentuk penyakit, babi perusak tanaman, atau menutupi reziki orang dalam berburu dan pekerjaan lainnya. Gangguan wua itu disebut khlembet ysimari (diawasi arwah). Hal ini hanya bisa diatasi dengan memberikan hea ([[sesajen]]), atau melakukan sambe (permintaan maaf) dengan bantuan mimit ([[dukun]]). Wua yang terkenal jahat disebut khol, roh ini hanya takut kepada tali nggameri atau Na Agow yang berkedudukan di ik (langit).
 
Sama seperti berbagai suku bangsa pribumi lain di Jazirah Kepala Burung, alat bayar bergengsi pada orang Tehid ini adalah not hokh (kain sakral). Terutama sebagai mas kawin. Dalam perkawinan itu sendiri syolo (saudara laki-laki) ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh kemanakannya, karena itu perkawinan ideal dalam masyarakat ini adalah antara saudara sepupu silang.
 
Sama seperti berbagai sukukelompok bangsaetnis pribumiPapua lainlainnya di Jazirah KepalaSemenanjung BurungDoberai, alat bayarpembayaran bergengsiyang padadigunakan oleh orang Tehid ini adalah ''not hokh'' (kain sakral). Terutama digunakan sebagai mas kawinmaskawin. Dalam perkawinan itusuku sendiriTehit, ''syolo'' (saudara laki-laki) dari pihak ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh kemanakannya,keponakannya. karenaKarena itu perkawinan yang dianggap ideal dalam masyarakat ini adalah antara saudara sepupu silang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Bahasa==
[[Bahasa TehidTehit]] terdiri atas 1211–12 dialek, yaituyakni dialek Tehid Tehiyit (dituturkan di Teminabuan dan sekitarnya), dialekAfsya Tehid(dikenal Afsyajuga atausebagai ''Mbolfle''; dituturkan (di bagian selatan Teminabuan, :yakni weridi konda''Weri Konda'' dan Mbariat), dialek Tehid Gemma (dituturkan di sebelah utara Teminabuan, yakni di Wehali dan Eles), dialek Tehid Yemian (dituturkan di kampung Hana dan Sanekh), dialek Tehid Sawiat (dituturkan di kampung Soroan dan sekitarnya), dialek Tehid Fkar (dituturkan di Pegununganwilayah pegunungan), dialekSayfi, TehidKonyokh, Salmeit, Yatfle, dialek Tehid SayfiOlabra, dialekdan TehidSfaryere.<ref Konyokh,name="Handoko dialek Tehid Salmeit.1983"/>
 
==Mata pencaharian==
Bahasa Tehid terdiri atas 12 dialek yaitu dialek Tehid Tehiyit (di Teminabuan dan sekitarnya), dialek Tehid Afsya atau Mbolfle (di bagian selatan Teminabuan : weri konda dan Mbariat), dialek Tehid Gemma (di sebelah utara Teminabuan, Wehali dan Eles), dialek Tehid Yemian (di kampung Hana dan Sanekh), dialek Tehid Sawiat (di kampung Soroan dan sekitarnya), dialek Tehid Fkar (di Pegunungan), dialek Tehid Yatfle, dialek Tehid Sayfi, dialek Tehid Konyokh, dialek Tehid Salmeit.
Orang TehidTehit yangmendiami diamdaerah di daerahyang berawa-rawa. hidupMata daripencaharian matautamanya pencaharianadalah menebang dan mengumpulkan pati sagu,. sedangkanSedangkan yangorang diamTehit diyang tanahmendiami keringdaerah membukahutan ladangumumnya berladang untuk ditanami ubiumbi-umbian, keladi, labu, dan lain-lain.<ref name="Handoko 1983"/>
 
==SumberLihat bukujuga==
*[[Petuanan Teminabuan]]
*Silzer and Heikkinen 1984
*[[Semenanjung Doberai]]
*Koentjaraningrat dan Bachtiar 1963
==Referensi==
*Depdikbud 1989
{{Reflist}}
{{Suku-stub}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Barat Daya|Tehit]]
==Referensi==
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Tehit]]
{{reflist}}