Suku Tehit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Etnik |
||
(12 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group
|group=
|image=
|image_caption=
|popplace=[[Kabupaten Sorong Selatan]]
|
|langs = [[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]]▼
|rels = [[Kekristenan]] (mayoritas)<br>[[Islam]] dan kepercayaan tradisional (minoritas)
|related = [[Suku Maybrat|Maybrat]]{{•}}[[Suku Moi|Moi]]{{•}}[[Suku Inanwatan|Inanwatan]]
▲|ref1 = <ref>{{Cite book|last=Ananta|first=Aris|date=2015|url=https://www.worldcat.org/oclc/1011165696|title=Demography of Indonesia's Ethnicity.|location=SG|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-4519-88-5|others=Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|oclc=1011165696}}</ref>
▲|langs =[[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]]
}}
'''Suku Tehit'''
==Mata pencaharian==▼
Orang Tehid yang diam di daerah berawa-rawa hidup dari mata pencaharian menebang dan mengumpulkan pati sagu, sedangkan yang diam di tanah kering membuka ladang untuk ditanami ubi, keladi, labu, dan lain-lain.▼
==Etimologi==
Kata ''tehit'' atau ''tehid'' berasal dari kata "''tahiyid''" yang berarti "mereka(lah) tehid", namun arti leksikalnya telah hilang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Sejarah==
Cerita tradisional penduduk Tehit menyebutkan bahwa sebagian dari mereka berasal dari ''kefi'', yakni sebuah pohon yang dianggap kerajaan oleh mereka. Dalam cerita ini, dikatakan bahwa ''kefi'' dibelah oleh marga Frisa yang menghuni kampung Wenselalo saat ini. Setelah dibelah, kemudian keluarlah manusia. Pembelahan ini didasarkan atas petunjuk dari seekor anjing betina yang namanya tidak diketahui dengan jelas. Marga-marga yang berasal dari pohon ''kefi'', yakni Sagisallo, Sera, Selaya, Seflembolo, Sagrim, Sarefe, Sabru, Sakamak, Thesia, Sreflo, Sawen, dan Yarollo.<ref name="Handoko 1983"/> Selain itu, beberapa ada yang berasal dari tanah, [[kasuari]], langit, dan sungai. Meliputi marga Simat, Flassy, Kamesrar, Suahan, dan marga lainnya. Dari ketiga cerita tradisional ini terjadilah percampuran budaya, bahasa, dan adat istiadat. Kemudian diantara mereka terjadi perkawinan silang, sehingga terbentuklah suku Tehit.<ref name="Handoko 1983"/>
▲Asal muasal penduduk Tehit adalah daerah kebudayaan Toror, yang meliputi semenanjung Seget-Sele. Di saat terjadi bencana alam berupa pasang surut besar mengakibatkan penduduk mengungsi dan menetap ke daerah yang sekarang menjadi [[Teminabuan]]. Etnis yang memudik ke Tehit dengan perahu adalah: fam Kondologit. Kondjol, Sarwanik, Kemesrar, Salamuk Bless, Blesia, Bleshadit, Sremere, Kremak, Momoth, Adjolo, Sfahrit dan Kdamaa serta Salambauw. Kelompok ini memperkenalkan kapak batu, barang - barang tembikar kepada suku Tehit, yang ada di Teminabuan.<ref name="Handoko 1983">{{cite book |last1=Handoko |first1=Soewarto |last2=Rumbewas |first2=Dominggus |last3=Sawaki |first3=Marthen |last4=Krenak |first4=Thonce |last4=Sunaryo |first4=Suristina |title=lsi dam Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Menurut Tujuan, Fungsi dan Kegunaannya Daerah Irian Jaya|date=1983 |publisher=[[Ministry of Education and Culture (Indonesia)|Ministry of Education and Culture]] |location=Indonesia |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10918/1/isi%20dan%20kelengkapan%20rumah%20tangga%20tradisional%20di%20daerah%20irian%20jaya.pdf |language=id|access-date=2022-02-10}}</ref>
Pada tahun
Pasa masa [[penjajahan Jepang]], masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan
▲Dalam perkembangan ini suku Tehit dipengaruhi oleh beberapa jaman, pada masa perdagangan, orang Tehid dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat buah weri (bandar), yaitu Weri Ambuam ([[Teminabuan]]), Weri Sar, Weri Konda dan Weri Kasrer (Seribau). Raja yang paling dominan berkedudukan di Teminabuan, gelarnya Raja Kaibus atau Woronemin dengan raja pertamanya bernama Anggok Kondjol. Hubungan dagang terbentuk dengan kerajaan di [[Semenanjung Onin]] seperti [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], Arguni dan lain lain maupun dengan kerajaan di [[Kepulauan Raja Ampat]] seperti [[Kerajaan Salawati|Salawati]]. Terjadi penjualan burung [[Cenderawasih kuning-kecil|kuning]] dan budak untuk mendapatkan kain timur, kapak, parang, pisau dan sebagainya.<ref name="Handoko 1983"/>
Masyarakat
▲Pada tahun 1940an terjadi masa mesianis yaitu meliputi pesebaran agama Kristen dari zending Belanda, banyak guru zending yang berasal dari Maluku dikirim ke Teminabuan. Raja Kaibus sendiri berperan besar dalam memfasilitasi persebaran agama Kristen pada masa ini. Ajaran agama menyebabkan pelepasan kebudayaan Masyarakat menerima modernisasi lewat gereja. Namun pada tahun 1941 pecahlah Perang Dunia II, maka semua pendeta dan guru lari mengikuti masyarakat.<ref name="Handoko 1983"/>
==Kepercayaan tradisional==
▲Pasa masa penjajahan Jepang, masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan sampai Ayamaru dengan peralatan alamiah. Bila melawan akan dipukul sehingga terjadilah perlawanan melawan Jepang. Atas kerjasama sekutu dan masyarakat pasukan Jepang akhirnya kembali ke negara asalnya. Setelah itu masa perminyakan di Sorong dibuka. Rakyat Tehit kembali membangun dirinya dalam bidang pemerintahan, gereja, sosial ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya. Pada masa ini, suku Tehit biasanya merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dua bagian yaitu suku Tehit Pantai dan Pegunungan.<ref name="Handoko 1983"/> Saat perlawanan terhadap Belanda tahun, tangki-tangki inilah yang ditarget untuk dibakar oleh pemuda papua anggota Organisasi Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) yang bekerja di Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) pada tahun 1947, maupun Organisasi Pemuda Irian (OPI) pada tahun 1956.<ref name="Nurhabsyah 2005">{{Cite web|last=Nurhabsyah|date=2005|title=Gerakan Bawah Tanah Cara Rakyat Irian Jaya Menentang Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda|url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1690/sejarah-nurhabsyah2.pdf|website=Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara|page=5|access-date=4 March 2021}}</ref>
Orang
▲Masyarakat Tehid terdiri atas beberapa klen patrilineal. Anggota klen disebut wendla dan pemimpinnya disebut nakhohokh. Kepemimpinan ini terutama kelihatan dalam masalah kemasyarakatan, seperti dalam masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, pelanggaran adat dan sebagainya. Nakhohokh sendiri harus memimpin musyawarah (lelekh wamar) untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut nasemba (penengah). Pada zaman dulu lelekh wamar juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara nadkhoin (manusia) dengan Tali Nggameri (Khalik, Sang Pencipta) yang disebut Na Agow Allah.
▲Orang Tehid percaya bahwa wua (roh) orang yang baru mati akan pergi ke mlfitain. Di sana wua akan mengawasi anak cucunya yang masih hidup di atas dunia. Bila terjadi pelanggaran maka wua akan datang menjelma ke dalam bentuk pengganggu. Tujuan sebenarnya adalah supaya anak cucunya tidak melanggar lagi. Wua bisa datang dalam bentuk penyakit, babi perusak tanaman, atau menutupi reziki orang dalam berburu dan pekerjaan lainnya. Gangguan wua itu disebut khlembet ysimari (diawasi arwah). Hal ini hanya bisa diatasi dengan memberikan hea ([[sesajen]]), atau melakukan sambe (permintaan maaf) dengan bantuan mimit ([[dukun]]). Wua yang terkenal jahat disebut khol, roh ini hanya takut kepada tali nggameri atau Na Agow yang berkedudukan di ik (langit).
Sama seperti berbagai suku bangsa pribumi lain di Jazirah Kepala Burung, alat bayar bergengsi pada orang Tehid ini adalah not hokh (kain sakral). Terutama sebagai mas kawin. Dalam perkawinan itu sendiri syolo (saudara laki-laki) ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh kemanakannya, karena itu perkawinan ideal dalam masyarakat ini adalah antara saudara sepupu silang.▼
▲Sama seperti berbagai
==Bahasa==
[[Bahasa Tehit]] terdiri atas 11–12 dialek, yakni dialek Tehiyit (dituturkan di Teminabuan dan sekitarnya), Afsya (dikenal juga sebagai ''Mbolfle''; dituturkan di bagian selatan Teminabuan, yakni di ''Weri Konda'' dan Mbariat), Gemma (dituturkan di sebelah utara Teminabuan, yakni di Wehali dan Eles), Yemian (dituturkan di kampung Hana dan Sanekh), Sawiat (dituturkan di kampung Soroan dan sekitarnya), Fkar (dituturkan di wilayah pegunungan), Sayfi, Konyokh, Salmeit, Yatfle, Olabra, dan Sfaryere.<ref name="Handoko 1983"/>
▲==Mata pencaharian==
▲Orang
==
*[[Petuanan Teminabuan]]
*[[Semenanjung Doberai]]
==Referensi== ▼
{{Reflist}}
{{Suku-stub}}
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Barat Daya|Tehit]]
▲==Referensi==
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Tehit]]
|