Suku Tehit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Super Hylos (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Etnik |
||
(8 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|image=
|image_caption=
|popplace=[[Kabupaten Sorong Selatan]]
|population=
|langs = [[Bahasa Tehit|Tehit]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]]
|rels = [[Kekristenan]] (mayoritas)
|related = [[Suku Maybrat|Maybrat]]{{•}}[[Suku
}}
Baris 22 ⟶ 23:
Pada tahun 1940-an, para misionaris Eropa (''zending'') mulai menyebarkan [[Kekristenan]] di antara penduduk asli Tehit, banyak guru ''zending'' yang berasal dari [[Kepulauan Maluku]] dikirim ke Teminabuan. ''Raja Kaibus'' Angguok sendiri berperan penting dalam memfasilitasi penyebaran agama Kristen pada masa ini. Penyebaran agama 'asing' ini menyebabkan pelepasan kebudayaan tradisional masyarakat dan menerima modernisasi lewat [[gereja]]. Pada tahun 1941, terjadi [[Perang Dunia II]], maka seluruh pendeta dan guru ''zending'' lari mengikuti masyarakat ke pedalaman.<ref name="Handoko 1983"/>
Pasa masa [[penjajahan Jepang]], masyarakat Tehit dipaksa membangun jalan raya dari Teminabuan hingga ke [[Ayamaru, Maybrat|Ayamaru]] dengan peralatan seadanya. Akibat kesewenangan Jepang terhadap penduduk lokal, terjadilah perlawanan terhadap Jepang. Atas kerjasama pasukan sekutu dan masyarakat Teminabuan, pasukan Jepang akhirnya dapat diusir dari Teminabuan dan Papua secara keseluruhan. Setelah itu, terdapat
Masyarakat Tehit terdiri atas beberapa klan (marga) patrilineal. Anggota klan disebut ''wendla'' dan pemimpinnya disebut ''nakhohokh''. Kepemimpinan ini umumnya terlihat dalam masalah kemasyarakatan, seperti masalah pembagian harta waris, aturan perkawinan, dan pelanggaran adat. ''Nakhohokh'' sendiri harus memimpin sebuah musyawarah (''lelekh wamar'') untuk memutuskan suatu perkara. Keputusannya memerlukan pertimbangan dari sekelompok orang tua-tua bijaksana yang disebut ''nasemba''. Pada zaman dahulu, ''lelekh wamar'' juga berfungsi sebagai lembaga ritual, perantara antara ''nadkhoin'' (manusia) dengan ''tali nggameri'' (tuhan) yang disebut ''Na Agow Allah''.<ref name="Handoko 1983"/>
Baris 31 ⟶ 32:
Sama seperti berbagai kelompok etnis Papua lainnya di Semenanjung Doberai, alat pembayaran yang digunakan oleh orang Tehid adalah ''not hokh'' (kain sakral). Terutama digunakan sebagai maskawin. Dalam perkawinan suku Tehit, ''syolo'' (saudara laki-laki) dari pihak ibu sangat berperan dalam menentukan jodoh keponakannya. Karena itu perkawinan yang dianggap ideal dalam masyarakat adalah antara saudara sepupu silang.<ref name="Handoko 1983"/>
==Bahasa==
[[Bahasa Tehit]] terdiri atas 11–12 dialek, yakni dialek Tehiyit (dituturkan di Teminabuan dan sekitarnya), Afsya (dikenal juga sebagai ''Mbolfle''; dituturkan di bagian selatan Teminabuan, yakni di ''Weri Konda'' dan
==Mata pencaharian==
Orang Tehit mendiami daerah yang berawa-rawa. Mata pencaharian utamanya adalah menebang dan mengumpulkan pati sagu. Sedangkan orang Tehit yang mendiami daerah hutan umumnya berladang untuk ditanami umbi-umbian, keladi, labu, dan lain-lain.<ref name="Handoko 1983"/>
Baris 40 ⟶ 42:
==Referensi==
{{Reflist}}
{{Suku-stub}}▼
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Barat Daya|Tehit]]
[[Kategori:
▲{{Suku-stub}}
|