Suku Tidung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k Etnik |
||
(44 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku Tidung<br/>تيدوڠ
|image=[[Berkas:Baloyrumahkhastidung.JPG|
|poptime=kurang lebih '''
|popplace='''11.000'''([[
'''28. 750'''([[Sabah]], [[Malaysia]])
|langs= [[
|rels=[[Islam]]
|related=[[
'''Suku
▲'''Suku [http://www.tidungceria.com Tidung]''' merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian [[utara]] [[Kalimantan Timur]]. Suku ini juga merupakan anak negeri di [[Sabah]], jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di [[Indonesia]] maupun [[Malaysia]] (negeri Sabah).<ref>[http://pmr.penerangan.gov.my/index.php/component/content/article/395-artikel/7481-etnik-sabah-dalam-kepelbagaian-kebudayaan.html ETNIK SABAH DALAM KEPELBAGAIAN KEBUDAYAAN]</ref> Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut [[Kerajaan Tidung]]. Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Bahasa Tidung dialek [[Kota Tarakan|Tarakan]] merupakan bahasa Tidung yang pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung. Beberapa kata bahasa Tidung masih memiliki kesamaan dengan bahasa [[Kalimantan]] lainnya. Kemungkinan suku Tidung masih berkerabat dengan suku [[Dayak]] rumpun [[Murut]] (suku-suku Dayak yang ada di Sabah). Karena suku Tidung beragama [[Islam]] dan mengembangkan [[kerajaan]] Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku [[Dayak]], tetapi dikategorikan suku yang berbudaya [[Melayu]] (hukum adat Melayu) seperti [[suku Banjar]], [[suku Kutai]], dan [[suku Dayak Paser|suku Pasir]].▼
▲== Bahasa Tidung ==
▲Bahasa Tidung dialek [[Tarakan]] merupakan bahasa Tidung yang pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung. Beberapa kata bahasa Tidung masih memiliki kesamaan dengan bahasa [[Kalimantan]] lainnya. Kemungkinan suku Tidung masih berkerabat dengan suku [[Dayak]] rumpun [[Murut]] (suku-suku Dayak yang ada di Sabah). Karena suku Tidung beragama [[Islam]] dan mengembangkan [[kerajaan]] Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku [[Dayak]], tetapi dikategorikan suku yang berbudaya [[Melayu]] (hukum adat Melayu) seperti [[suku Banjar]], [[suku Kutai]], dan [[suku Pasir]].
=== Bahasa Tidung ===
Bahasa Tidung termasuk dalam "Kelompok Bahasa Tidung" salah satu bagian dari Kelompok Bahasa Dayak [[Murut]].
Kelompok Bahasa Tidung terdiri
# [[Bahasa Tidong|Bahasa Tidung]] (tid)
# [[Bahasa Bulungan]] (blj)
# [[Bahasa Kalabakan]] (kve)
Baris 24:
# [[Bahasa Murut Serudung]] (srk)
Persamaan kosakata bahasa Tidung dengan bahasa-bahasa Kalimantan lainnya, misalnya
* ''matonandow'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''matanandau'' ([[bahasa Ngaju]]) artinya matahari.
* ''bubuan'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''[[bubuhan]]'' ([[bahasa Banjar]]) artinya keluarga, kerabat.
* ''taka'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''takam'' ([[bahasa Maanyan]]), ''ta'am'' ([[bahasa Abal]]),
{|
Baris 57:
|Paha || Apa
|-
|Lutut ||
|-
|Pinggang || Awak
Baris 95:
== Wilayah penutur Bahasa Tidung ==
▲dari 13 Kabupaten dan kota yang ada di provinsi kalimantan timur ini. Penutur Bahasa Tidung terdapat pada tujuh Kabupaten di kaltim dan tiga kota di negeri sabah. Sepuluh daerah tersebut adalah,Kota Tarakan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kab. Berau, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Tawau, Kota Sandakan dan Kota Lahad Datu.
== Peranan dan kedudukan Bahasa ==
Penutur Bahasa tidung, khususnya Tidung Tarakan adalah dwibahasa. Mereka berbahasa Tidung,tetapi juga dapat berbahasa Indonesia.Kedudukan Bahasa Tidung di dalam interaksi sosial, orang-orang tidung kelihatannya cukup kuat.Tidak ada kesan sikap rendah diri kalau mereka menggunakan bahasa Tidung baik di dalam percakapan ketika mereka sedang berbahasa lain,maupun dalam kesempatan berbicara dengan suku lain dalam bahasa Tidung. Mereka merasa bangga jika ada suku lain ikut berbicara bahasa Tidung atau mencoba-coba menggunakan bahasa tidung. Mereka pada umumnya dengan senang membetulkan kesalahan apabila seseorang yang bukan penutur asli bahasa Tidung mencoba berbahasa Tidung.
Suku Tidung semuanya menganut agama Islam. Mereka banyak bergaul dengan berbagai suku lain, Seperti orang bugis, Banjar, Jawa, Bulungan dan etnis Tionghoa. Oleh karena pergaulan ini, mereka pun banyak yang menguasai bahasa-bahasa suku itu. Akibat pergaulan ini, banyak terjadi peminjaman kata-kata daerah lain yang terserap kedalam bahasa Tidung. hal yang sama terjadi pula dalam bahasa Indonesia. Akibatnya adalah terjadinya interfensi bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia kedalam bahasa Tidung. Bahasa ini juga dapat diinteraksikan diseluruh nusantara
== Variasi Dialektis ==
Baris 107 ⟶ 106:
Beech (1908) mengidentifikasi empat dialek, yaitu Tidung Tarakan, Bulungan, nunukan dan Sembakung. sedangkan Prentice (1970)menyebut tiga kelompok bahasa Tidung, yaitu Tarakan, Tinggalan (Sembakung), dan Tanggara.
Sejauh mata dan pengamatan agaknya Bahasa Tidung itu dapat dibedakan menjadi dua dialek besar, yaitu dialek Tidung Sesayap dan dialek Tidung sembakung. Dialek Tidung Sesayap terdapat di sepanjang sungai sesayap dan pulau-pulau di muaranya seperti [[Bebatu]], Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan pulau-pulau di Nunukan. Dialek Sembakung terdapat di sungai Sembakung sebelah utara sungai sesayap.
Dialek Sesayap meliputi Subdialek Sesayap, Malinaw dan Tarakan. Subdialek Malinaw umumnya terdapat didaerah hulu sungai sesayap yang meliputi Kabupaten Malinau dan Tideng Pale (
== Tradisi Lisan atau tertulis ==
Dahulu pernah ada cerita tentang masyarakat Tidung yang tertulis, terutama yang berhubungan dengan riwayat para raja atau cerita kepahlawanan orang Tidung. akan tetapi, kini tulisan seperti itu tidak pernah ditemukan lagi. Yang masih hidup adalah cerita rakyat Tidung yang diwariskan secara lisan dari orang tua kepada anaknya.
Beberapa cerita lisan rakyat Tidung itu, antara lain sebagai berikut
# [[Asal
# [[Lasedne sinan pagun / Tenggelamnya kampung Jelutung]]
# [[Seludon Ibenayuk / Cerita Ibenayuk]]
# [[Si Benua dan Si Sumbing]]
# [[Seludon Yaki Yamus / Cerita Raja Empat Mata]]
# [[Seludon Batu Tinagad / Cerita Batu di tebang]]
# [[Yaki Balak / Aki Balak]]
== Huruf yang dipakai ==
Orang Tidung tidak mempunyai tradisi tulisan sendiri. Untuk keperluan tulis-menulis mereka menggunakan huruf arab melayu
sebelum mengenal huruf latin seperti sekarang. Masyarakat Tidung menganut Agama Islam sekitar abad ke 18. Bersamaan dengan masuknya
agama Islam, ikut pula masuk tradisi tulisan arab melayu itu.
== Kesultanan Sulu ==
{{artikel|Kesultanan Sulu}}
Dikatakan Sultan Sulu yang bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar telah berkahwin dengan seorang gadis Tionghoa yang berasal dari daerah Tirun (Tidung). Dan juga karena ingin mengamankan wilayah North-Borneo (Kini Sabah) selepas mendapat wilayah tersebut dari Sultan Brunei, seorang putera Sultan Salahuddin-Karamat iaitu Sultan Badaruddin-I juga telah memperisterikan seorang Puteri Tirun atau Tidung (isteri kedua) yang merupakan anak kepada pemerintah awal di wilayah Tidung. (Isteri pertama Sultan Badaruddin-I, dikatakan adalah gadis dari [[Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]]. Maka lahirlah Datu Lagasan yang kemudianya menjadi Sultan Sulu bergelar, Sultan Alimuddin-I ibni Sultan Badaruddin-I). Dari zuriat Sultan Alimuddin-I inilah dikatakan datangnya Keluarga Kiram dan Shakiraullah di Sulu.
Maka dari darah keturunan dari '''Puteri Tidung''' ini lah seorang putera bernama '''Datu Bantilan''' dan seorang puteri bernama Dayang Meria. Datu Bantilan kemudiannya menaiki takhta Kesultanan Sulu (menggantikan abangnya Sultan Alimuddin-I) pada tahun sekitar 1748, bergelar '''Sultan Bantilan Muizzuddin'''. Adindanya '''Dayang Meria''' dikatakan berkahwin dengan seorang pedagang Tionghoa, dan kemudiannya melahirkan '''Datu Teteng''' atau '''Datu Tating'''. Dan dari '''zuriat Sultan Bantilan''' '''Muizzuddin''' inilah datangnya '''Keluarga Maharajah Adinda''', yang kini merupakan ''"Pewaris Sebenar"'' kepada Kesultanan Sulu mengikut Sistem Protokol Kesultanan yang dipanggil''' "Tartib Sulu".'''
Dikatakan juga pewaris sebenar itu bergelar, '''Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan Aliuddin Haddis Pabila''' (Wafat pada 30.06.2007 di Kudat, Sabah). Dan juga dinyatakan bahawa ''''Putera Mahkota'''' kesultanan Sulu kini adalah putera bongsu kepada DYMM Sultan Aliuddin yang bernama '''Duli Yang Teramat Mulia (DYTM) Datu Ali Aman''' atau digelar juga sebagai '''"Raja Bongsu-II"''' (*Gelaran ini mungkin mengambil sempena nama moyang mereka yang bernama '''Raja Bongsu''' atau '''Pengiran''' '''Shahbandar Maharajalela''', yang merupakan putera-bongsu kepada '''Sultan Muhammad Hassan''' dari Brunei. Dikatakan Raja Bongsu ini telah dihantar ke Sulu menjadi Sultan Sulu menggantikan pamannya Sultan Batarasah Tengah ibnu Sultan Buddiman Ul-Halim yang tiada putera. Ibu Raja Bongsu ini adalah puteri kepada Sultan Pangiran Buddiman Ul-Halim yang berkahwin dengan Sultan Muhammad Hassan).
== Referensi ==▼
{{reflist}}▼
== Pranala luar ==
* {{ms}} [http://www.etawau.com/HTML/Gallery/TidungDancer.htm Suku Tidung di Tawau, Sabah]▼
* {{id}} [http://www.bahasatidung.blogspot.com/ Bahasa Tidung]
▲* {{ms}} [http://www.etawau.com/
* http://www.academia.edu/2045560/Sejarah_dan_Kebudayaan_Tidung_di_Kabupaten_Malinau Academia
▲== Referensi ==
▲{{reflist}}
▲[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Tidung]]
▲[[Kategori:Suku bangsa di Malaysia|Tidung]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sabah|Tidung]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan
|