Ratu Zaleha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) |
||
(42 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox tokoh}}
[[Berkas:Ratu-zalecha.JPG|jmpl|200px|Ratu Zaleha (cucu [[Pangeran Antasari]]).]]
Putri Jeleha (Djaleha) bergelar '''Ratu Zaleha''' atau '''Ratu Zulaiha'''<ref name="Subardjo Surosarojo"> {{cite book|lang=id
'''Ratu Zaleha/Djaleha''' (lahir: [[Muara Laung, Laung Tuhup, Murung Raya|Muara Lawung]], [[1880]];<ref>[http://sastrabanjar.blogspot.com/2011/05/mengenang-perjuangan-pahlawan-perempuan.html Mengenang Perjuangan Pahlawan Perempuan Ratu Zaleha ]</ref> wafat: Banjarmasin, 24 September 1953<ref>[http://dunia-fortal.blogspot.com/ Ratu Zalecha ]</ref>) adalah puteri dari Sultan [[Muhammad Seman]] bin [[Pangeran Antasari]] yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam [[Perang Banjar]] melanjutkan perjuangan Pangeran Antasari.<ref>{{id}} Mohammad Najib, Demokrasi dalam perspektif budaya Nusantara, Jilid 2, Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta, ISBN 979-8867-01-7, 9789798867019; Penerbit LKPSM, 1996, ISBN 979-8867-03-3, 9789798867033</ref> Ratu Zaleha berjuang bersama wanita-wanita [[suku Dayak]] yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad<ref>Mochtar Effendy, Ensiklopedi agama dan filsafat, Jilid 6, Penerbit Universitas Sriwijaya, 2001 ISBN 979-587-151-X, 9789795871514▼
| pages= 292
| url= https://books.google.co.id/books?id=neBRAQAAMAAJ&pg=PA294&dq=Gusti-MatSeman&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjUjdKD8eaEAxVF3jgGHR2IBjsQ6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=Gusti-MatSeman&f=false
| publisher= Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan
| year= 1980
| title= Memori pelaksanaan tugas Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan, Subardjo dari tahun 1970 s/d 1980
| first= Subardjo
| last= Surosarojo
| authorlink= Subardjo Surosarojo
| contributor= Kalimantan Selatan (Indonesia). Gubernur
}} </ref>
▲
</ref> atau Wulan Djihad,<ref>{{id}} Merdeka: tjerita rakjat, Penerbit Djajamurni, 1962</ref> Illen Masidah dan lain-lain. Ratu Zaleha ([[nama lahir]] Gusti Zaleha) merupakan tokoh emansipasi wanita di [[Kalimantan]].
== Perjuangan ==
Gugurnya Sultan Muhammad Seman dan jatuhnya benteng pertahanan Manawing, tertangkapnya [[Panglima Batur]] pada tahun [[1905]], maka Perang Banjar yang dimulai dengan penyerangan terhadap [[benteng]] dan [[
Tokoh-tokoh pejuang yang tetap bertahan tidak mau menyerah akhirnya terpaksa menyerah, mereka dibuang keluar dari [[bumi]] bekas [[Kesultanan Banjar]] sebagai tawanan perang hidup dalam pengasingan sampai hayat mereka berakhir. Salah satu diantaranya adalah Gusti Muhammad Arsyad, menantu Sultan Muhammad Seman. Gusti Muhammad Arsyad dibuang ke [[Buitenzorg]] (sekarang [[Kota Bogor]]) pada tanggal [[1 Agustus]] [[1904]].
Baris 9 ⟶ 22:
Gusti Muhammad Arsyad dan isterinya Ratu Zaleha, puteri dari Sultan Muhammad Seman berjuang bersama [[ayah]]nya dengan penuh keberanian. Setelah benteng Manawing jatuh ia bersembunyi ke [[Lahei, Barito Utara|Lahei]] dan selanjutnya ke [[Mia]] di tepi [[Sungai Teweh]] yang dianggap mereka aman dari pengejaran Belanda. Suaminya Gusti Muhammad Arsyad setahun sebelum benteng Manawing jatuh telah menyerah kepada Belanda karena pengepungan yang menyebabkan ia tidak dapat melarikan diri lagi. Karena selalu dikejar-kejar oleh serdadu Belanda.
Gusti Zaleha atau Ratu Zaleha merasa sangat letih disamping fisiknya juga tidak mengizinkannya lagi, akhirnya dia pada awal tahun [[1906]] menyerahkan diri kepada Belanda. Atas permintaannya Ratu Zaleha mengikuti suaminya dalam pengasingan di Bogor (di kawasan Keramat [[Empang, Bogor Selatan, Bogor|Empang]] Bogor) untuk berkumpul dengan suaminya Gusti Muhammad Arsyad untuk menghabiskan sisa-sisa usianya. Ratu Zaleha diikuti oleh ibunya Nyai Salamah.
Keluarga Ratu Zaleha sebagai kelompok [[Pagustian]] dianggap berbahaya untuk wilayah [[Kalimantan Selatan]] dan [[Kalimantan Tengah|Tengah]]. Sebagai orang tawanan Gusti Muhammad Arsyad mendapat tunjangan sebesar [[florin|f]]300, perbulan terhitung sejak [[1 Mei]] [[1906]] sedangkan isterinya Ratu Zaleha mendapat f125, sebagai tambahan untuk memelihara 7 orang anggota keluarganya. Tunjangan ini berdasarkan surat Sekretaris Goebernemen [[25 Juli]] [[1906]] no. 1198 yang ditujukan kepada Ekslensi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]], dan [[asisten residen|Asisten Residen]] Bogor.<ref name="gazali">{{id}} M. Gazali Usman, [[Kerajaan Banjar]]: [[Sejarah]] Perkembangan [[Politik]], [[Ekonomi]], [[Perdagangan]] dan Agama Islam, [[Banjarmasin]]: Lambung Mangkurat Press, [[1994]].</ref><ref name="snouck-hurgronje">{{cite book
| pages=
| url= https://tengkuputeh.files.wordpress.com/2017/08/nasihat-nasihat-c-snouck-hurgronje-jilid-11.pdf
| title= nasihat-nasihat-c-snouck-hurgronje semasa kepegawaiannya kepada pemerintah Hindia Belanda 1889-1936
| author=
| publisher= Indonesian-Neterlands Cooperation in Islamic studies (INSIS)
| year=
}}</ref>
Dimasa tuanya sang Ratu kembali ke kampung halamannya setelah sekian tahun berada di pembuangan dan meninggal pada tanggal 23 September 1953 dan kemudian dimakamkan di [[Banjarmasin]], Kalimantan Selatan.<ref>[http://www.metrotanjung.com/2009/10/mitos-minggu-ini.html Mitos Minggu Ini, Perjuangan Ratu Zaleha]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. ''Metro Tanjung''. Diakses pada 11 Oktober 2012</ref>▼
[[Berkas:Ratu Zulaiha - Makam.jpg|jmpl|Makam Ratu Zaleha]]
Nama Ratu Zaleha diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah di kota [[Martapura]], [[Kabupaten Banjar]], yaitu [[RSUD Ratu Zalecha|RSUD Ratu Zalecha Martapura]]▼
== Silsilah Ratu Zaleha ==▼
Perang [[Montalat, Barito Utara|Montalat]] tahun [[1861]] menyebabkan gugurnya 2 (dua) putera
▲Dimasa tuanya sang Ratu kembali ke kampung halamannya setelah sekian tahun berada di pembuangan dan meninggal pada tanggal [[23 September]] [[1953]] dan kemudian dimakamkan di [[Kompleks Makam Pangeran Antasari]] di Kuburan Muslimin Malkon Temon, [[Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Surgi Mufti]], [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]].<ref>[http://www.metrotanjung.com/2009/10/mitos-minggu-ini.html Mitos Minggu Ini, Perjuangan Ratu Zaleha]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. ''Metro Tanjung''. Diakses pada 11 Oktober 2012</ref>
[[Berkas:RSUD Ratu Zaleha, Martapura.jpg|jmpl|[[RSUD Ratu Zalecha|Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zaleha]] di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan]]
▲Nama Ratu Zaleha diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah di kota [[Martapura]], [[Kabupaten Banjar]], yaitu [[RSUD Ratu Zalecha|RSUD Ratu Zalecha Martapura]]
▲Perang [[Montalat, Barito Utara|Montalat]] tahun [[1861]] menyebabkan gugurnya 2 (dua) putera [[Ratu Zaleha]] dan Gusti Muhammad Arsyad yang dimakamkan di desa [[Majangkan, Gunung Timang, Barito Utara|Majangkan]].
▲== Leluhur ==
<center>{{ahnentafel-compact5
|style=font-size: 90%; line-height: 110%;
Baris 68 ⟶ 53:
|boxstyle_4=background-color: #bfc;
|boxstyle_5=background-color: #9fe;
|1= 1. ♀ '''
|2= 2. ♂ '''[[Sultan Muhammad Seman]]'''
|3= 3. ♀ Nyai Salmah
|4= 4. ♂ '''[[Pangeran Antasari]]'''
|5= 5. ♀ Nyai Fatimah
|6=
|7=
|8= 8. Pangeran Masoöd / Masohut (Mas'ud)
|9= 9. Ratu Masoöd<br>Gusti Khadijah<br>Ratu Mas Teruda
|10= 10. Ngabei Lada
|11=
|12=
|13=
|14=
|15=
|16= 16. Pangeran Amir<br>(Sultan Amir)
|17=
|18= 18. Sultan Sulaiman [[
|19= 19. Nyai Ratu Intan Sari
|20= 20. Ngabei Tuha
|21=
|22=
|23=
|24=
|25=
|26=
|27=
|28=
|29=
|30=
|31=
}}</center>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
Baris 127 ⟶ 93:
* {{YouTube|0GvZ2YjC4WQ}} Dokumenter - Perang Banjar | Bagian 1
* {{YouTube|1UKJzf8lm7w}} Dokumenter - Perang Banjar | Bagian 2
* https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/15882790600/in/album-72157645242442796/{{Pranala mati|date=Maret 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/15763973897/in/album-72157645242442796/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161010065829/https://www.flickr.com/photos/125605764@N04/15763973897/in/album-72157645242442796/ |date=2016-10-10 }}
* http://warisdjati.blogspot.com/2013/06/habib-hasan-bin-idrus-al-habsyi-sebagai.html
* http://sastrabanjar.blogspot.com/2011/05/mengenang-perjuangan-pahlawan-perempuan.html
|