Syarif Harun dari Pelalawan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shaid22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(42 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
'''Sultan Syarif Harun''' bin ''[[Sultan Syarif Hasyim II Pelalawan|Sultan Syarif Hasyim II]]'' atau '''Sultan ''''''Assyaidis Syarif Harun Tengku Sulung Negara Abdul Jalil Fakhruddin''' ([[1940]] - [[1946]]), Merupakan salah seorang [[Tokoh]] dan [[Pahlawan]] dalam mempertahankan [[Republik Indonesia]]. Beliau adalah seorang Putra Mahkota [[Kesultanan Pelalawan|Kerajaan Pelalawan]] yang jabatannya dipegang sementara oleh sepupunya [[Regent Said Osman Pelalawan|Tengku Said Osman]], menjelang beliau dewasa.
| realm = Pelalawan
| name = Sultan Syarif Harun
| image = Syarif Harun dari Pelalawan.jpg
| imgw = 205px
 
| succession1 = [[Sultan Pelalawan ke-9]]
| reign1 = 1940 - 1946
| predecessor1 = Sultan Syarif Hasyim II
| successor1 = Sultan Syarif Kamaruddin
}}
 
'''Sultan Syarif Harun''' bin ''[[Sultan Syarif Hasyim II Pelalawan|Sultan Syarif Hasyim II]]'', atauGelar:<nowiki/> <nowiki/>'''Sultan ''''''Assyaidis Syarif Harun Tengku Sulung Negara Abdul Jalil Fakhruddin''' ([[1940]] - [[1946]]), Merupakan salah seorang [[Tokoh]] dan [[Pahlawan]] dalam mempertahankan [[Republik Indonesia]]. BeliauDia adalah seorang Putra Mahkota [[Kesultanan Pelalawan|Kerajaan Pelalawan]] yang jabatannya dipegang sementara oleh sepupunya [[Regent Said Osman Pelalawan|Tengku Said Osman]], menjelang beliaudia dewasa.{{Penguasa Negeri Pelalawan}}
 
== Biografi ==
Baris 7 ⟶ 19:
Pada masa pemerintahannya, Pelalawan banyak mendapat kesulitan. [[Indonesia]] sengsara di bawah penjajahan [[Jepang]], rakyat menderita lahir batin dan penderitaan itu dirasakan pula oleh rakyat Pelalawan. Padi rakyat dicabut untuk kepentingan Jepang, orang-orang diburu untuk dijadikan [[romusha]], dimana-mana terjadi kesewenang-wenangan.
 
Dengan adanya masalah tersebut, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan berupaya mencari jalan keluarnya, agar bisa menyelamatkan rakyatnya dari bencana itu. Akhirnya beberapa upaya telah mereka sepakati untuk menempuh jalan yaitu :
* Pada siang hari kaum pria dianjurkan agar meninggalkan kampungnya, pergi ke daerah kampung pedalaman (sekarang [[Kecamatan Bandar Petalangan]]) agar terhindar dari paksaan penjajah Jepang untuk jadi romusharomusa.
* Rakyat yang mempunyai persediaan padi atau bahan makanan lainnya (sagu dsb.nya), supaya menyembunyikannya di hutan atau di tempat-tempat lain yang sukar diketahui Jepang dan petugasnya.
* Anak-anak gadis, dianjurkan untuk menumpang kepada keluarganya yang tinggal di kampung-kampung, yang dianggap aman dari gangguan Jepang.
Beberapa upaya tersebut nampaktampak berhasil, karena selama penjajahan Jepang, hampir tak ada rakyat Pelalawan yang menjadi romusharomusa, gadis-gadisnya tak ada yang menjadi korban. Namun bahaya kelaparan tetap mengancam, karena rakyat sangat terbatas ruang geraknya untuk berusaha. Padi penduduk, terutama yang tinggal di pinggir [[sungai Kampar|Sungai Kampar]], terus dicabut dan diambil Jepang. Selain itu, banyak pula penduduk daerah lain yang mengungsi ke daerah ini untuk menumpang hidup.
 
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, beliaudia bersama Orang-orang Besar Kerajaan menyambut berita itu dengan gembira. Maka pada tanggal 25 November 1945, sehari setelah berita pasti sampai ke Pelalawan, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan menyatakan dirinya dan seluruh rakyat Pelalawan ikut ke dalam pemenintahan Republik Indonesia, dan siap sedia membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu. Sejak saat itu, beliaudia terus menerus mengabdikan dirinya bagi nusa dan bangsanya, orang-orang Besar Kerajaan, pemuda-pemuda dan seluruh lapisan masyarakat Pelalawan turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan.
 
== Karier Politik di Indonesia ==
Baris 19 ⟶ 31:
# Sebagai Asisten Wedana Bunut dan kemudian Wedana Pelalawan.
# Sebagai Dirigent Territorial Officier yang meliputi daerah Kampar Kiri (Lipat Kain) dan Kampar Kanan (Teratak Buluh). pada Tahun 1949 dengan Surat Keputusan Gubernur Militer Riau Selatan Nomor 6/ DTO-49 tanggal 25 Maret 1949.
# Setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1950, beliaudia ditetapkan menjadi Wedana Pelalawan.
 
== Akhir Hayat ==
Pada hari Sabtu tanggal 21 November 1959 jam 17.30, beliau mangkat di Pelalawan. Jenazahnya dimakamkan di komplek makam di halaman belakang Mesjid Pelalawan yang masih dirawat pemerintah dan penduduk setempat hingga sekarang. Untuk mengingat jasa-jasanya, kesetiaan dan pengabdiannya terhadap nusa dan bangsa, beliau digelar '''MARHUM SETIA NEGARA'''. Dengan mangkatnya Sultan Syarif Harun, maka berakhir pulalah Kekuasaan Raja-Raja di Kerajaan Pelalawan.
 
Pada hari Sabtu tanggal 21 November 1959 jam 17.30, beliaudia mangkat di Pelalawan. Jenazahnya dimakamkan di komplek makamPemakaman Raja di halaman belakang Mesjid Pelalawan yang masih dirawat pemerintah dan penduduk setempat hingga sekarang. Untuk mengingat jasa-jasanya, kesetiaan dan pengabdiannya terhadap nusa dan bangsa, beliaudia digelar '''MARHUM SETIA NEGARA'''. Dengan mangkatnya Sultan Syarif Harun, maka berakhir pulalah Kekuasaan Raja-Raja di Kerajaan Pelalawan.
Setelah Sultan Syarif Harun mangkat, hampir seluruh keluarganya secara berangsur pindah meninggalkan Pelalawan, Yang terbanyak adalah ke Pekanbaru, Sultan Syarif Harun tidaklah sempat membuat istana seperti ayah dan nenek moyangnya, Masa pemerintahan beliau yang serba sulit, menyebabkan beliau hanya memiliki Istana peraduan yakni rumah kediaman biasa.Sedhirkan 10 orang putra-putri yang hidup hingga dewasa.
 
Setelah Sultan Syarif Harun mangkat, hampir seluruh keluarganya secara berangsur pindah meninggalkan Pelalawan, yangYang terbanyak adalah ke [[Pekanbaru Kota, Pekanbaru|Pekanbaru]], Sultan Syarif Harun tidaklah sempat membuat istana seperti ayah dan nenek moyangnya, Masa pemerintahan beliaudia yang serba sulit, menyebabkan beliaudia hanya memiliki Istana Peraduanperaduan yakni rumah kediaman biasa.Sedhirkan 10 orang putra-putri yang hidup hingga dewasa.
 
== Keluarga ==
Sultan Syarif Harun mempunyai 3 (tiga) orang istri, dan ketiga istrinya itu melahirkan 10 orang anak yang hidup hingga dewasa.
 
Dengan Istrinya ''Tengku Maimunah'' binti ''Tengku Ismail'':
# Tengku Ramlah,
Dengan Istrinya ''Encik Saedah'':
# Tengku Kamil,
# Tengku Kamarudin ([[Sultan Syarif Kamaruddin Pelalawan|Sultan Syarif Kamaruddin]]),
# Tengku Kamariah,
# Tengku Kadariah,
# Tengku Kasrun Harun,
# Tengku Kashar Harun,
Dengan Istrinya ''Tengku Syarifah Damnah'':
# Tengku Kalsum,
# Tengku Karimah,
# Tengku Kasril.
== Sumber ==
''Oleh: Tengku Said Muhammad Jamhur, dari Buku Silsilah Keturunan Raja - Raja Kerajaan Pelalawan dan Siak Sri Indrapura Himpunan H. T. S. Umar Muhammad, Tenas Effendi, T. Razak Jaafar. 1988.''
 
{{Kotak_rujukan|Didahului Oleh : = [[Tengku Pangeran Said Osman|Regent Tengku Pangeran]]|Rujukan = Sultan Pelalawan<br> 1931 – 1940|Diteruskan Oleh : = [[Syarif Kamaruddin|Tengku Besar Syarif Kamaruddin]]}}
 
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Sultan Kerajaan Pelalawan]]