Syarif Harun dari Pelalawan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Shaid22 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Wagino 20100516 |
|||
(24 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
| realm = Pelalawan
| name = Sultan Syarif Harun
| image =
| imgw = 205px
Baris 11:
}}
'''Sultan Syarif Harun''' bin [[Sultan Syarif Hasyim II Pelalawan|Sultan Syarif Hasyim II]], Gelar
== Biografi ==
Baris 19:
Pada masa pemerintahannya, Pelalawan banyak mendapat kesulitan. [[Indonesia]] sengsara di bawah penjajahan [[Jepang]], rakyat menderita lahir batin dan penderitaan itu dirasakan pula oleh rakyat Pelalawan. Padi rakyat dicabut untuk kepentingan Jepang, orang-orang diburu untuk dijadikan [[romusha]], dimana-mana terjadi kesewenang-wenangan.
Dengan adanya masalah tersebut, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan berupaya mencari jalan keluarnya, agar bisa menyelamatkan rakyatnya dari bencana itu. Akhirnya beberapa upaya telah mereka sepakati untuk menempuh jalan yaitu
* Pada siang hari kaum pria dianjurkan agar meninggalkan kampungnya, pergi ke daerah kampung pedalaman (sekarang [[Kecamatan Bandar Petalangan]]) agar terhindar dari paksaan penjajah Jepang untuk jadi
* Rakyat yang mempunyai persediaan padi atau bahan makanan lainnya (sagu dsb.nya), supaya menyembunyikannya di hutan atau di tempat-tempat lain yang sukar diketahui Jepang dan petugasnya.
* Anak-anak gadis, dianjurkan untuk menumpang kepada keluarganya yang tinggal di kampung-kampung, yang dianggap aman dari gangguan Jepang.
Beberapa upaya tersebut
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan,
== Karier Politik di Indonesia ==
Baris 31:
# Sebagai Asisten Wedana Bunut dan kemudian Wedana Pelalawan.
# Sebagai Dirigent Territorial Officier yang meliputi daerah Kampar Kiri (Lipat Kain) dan Kampar Kanan (Teratak Buluh). pada Tahun 1949 dengan Surat Keputusan Gubernur Militer Riau Selatan Nomor 6/ DTO-49 tanggal 25 Maret 1949.
# Setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1950,
== Akhir Hayat ==
Pada hari Sabtu tanggal 21 November 1959 jam 17.30, beliau mangkat di Pelalawan. Jenazahnya dimakamkan di komplek makam di halaman belakang Mesjid Pelalawan yang masih dirawat pemerintah dan penduduk setempat hingga sekarang. Untuk mengingat jasa-jasanya, kesetiaan dan pengabdiannya terhadap nusa dan bangsa, beliau digelar '''MARHUM SETIA NEGARA'''. Dengan mangkatnya Sultan Syarif Harun, maka berakhir pulalah Kekuasaan Raja-Raja di Kerajaan Pelalawan.▼
▲Pada hari Sabtu tanggal 21 November 1959 jam 17.30,
Setelah Sultan Syarif Harun mangkat, hampir seluruh keluarganya secara berangsur pindah meninggalkan Pelalawan,
== Keluarga ==
Sultan Syarif Harun mempunyai 3 (tiga) orang istri, dan ketiga istrinya itu melahirkan 10 orang anak yang hidup hingga dewasa.
Dengan Istrinya ''Tengku Maimunah'' binti ''Tengku Ismail''
# Tengku Ramlah,
Dengan Istrinya ''Encik Saedah'':
Baris 52 ⟶ 51:
# Tengku Kasrun Harun,
# Tengku Kashar Harun,
Dengan Istrinya ''Tengku Syarifah Damnah''
# Tengku Kalsum,
# Tengku Karimah,
# Tengku Kasril.
== Sumber ==
''Oleh
{{Kotak_rujukan|Didahului Oleh : = [[Tengku Pangeran Said Osman|Regent Tengku Pangeran]]|Rujukan = Sultan Pelalawan<br> 1931 – 1940|Diteruskan Oleh : = [[Syarif Kamaruddin|Tengku Besar Syarif Kamaruddin]]}}
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]][[Kategori:Sultan Kerajaan Pelalawan]]▼
[[Kategori:Sultan Pelalawan]]
|