Kota Ternate: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pariwisata: Penambahan konten pariwisata Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Penambahan hari jadi kota ternate Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(83 revisi perantara oleh 48 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{redirect|Ternate}}
{{Dati2
| settlement_type = Kota
|
|
| caption = Ikon Kota Ternate
| lambang = [[Berkas:Lambang Kota Ternate.png|80px]]
| julukan = "The Spice Island"<ref name="julukan-ternate">https://www.medcom.id/rona/wisata-kuliner/yKXXA66K-jalan-jalan-ke-pulau-rempah-ternate {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211126134641/https://www.medcom.id/rona/wisata-kuliner/yKXXA66K-jalan-jalan-ke-pulau-rempah-ternate |date=2021-11-26 }}
(diakses 26 November 2021)</ref>
| peta = <!--[[Berkas:Locator Kota Ternate.png]]-->
| koordinat = 0°47′[[Lintang Utara|LU]]{{br}}127°22′[[Bujur Timur|BT]]
| motto = Maku Gawene<br/>{{small|{{lang icon|Ternate|Ternate}} Saling Menyayangi}}<ref>{{Cite web |url=https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-27 |archive-date=2022-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221027115416/https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |dead-url=no }}</ref>
| propinsi = [[Maluku Utara]]
| luas = 111,00
| penduduk = 206745
| penduduktahun = [[2021]]
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=19 Februari 2021|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref><ref name="TERNATE2020">{{cite web|url=https://ternatekota.bps.go.id/publication/2020/05/20/ccf8e628574810acc6b31794/kota-ternate-dalam-angka-2020.html|last=|first=|title=Kota Ternate Dalam Angka 2020|website=www.ternatekota.bps.go.id|accessdate=31 Mei 2020|archive-date=2022-06-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220628231603/https://ternatekota.bps.go.id/publication/2020/05/20/ccf8e628574810acc6b31794/kota-ternate-dalam-angka-2020.html|dead-url=no}}</ref>
| kepadatan = auto
| agama = [[Islam]] 96,57%<br> [[Kristen]] 3,30%<br>- [[Protestan]] 2,96%<br>- [[Katolik]] 0,34%<br> [[Konghucu]] 0,06%<br> [[Hindu]] 0,05%<br> [[Buddha]] 0,02%<ref name="TERNATE2020"/>
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi)<br>[[Bahasa Melayu Maluku Utara|Melayu Maluku Utara]]<br>[[Bahasa Ternate|Ternate]]<br>[[Bahasa Tidore|Tidore]]
| kecamatan = 10
| kelurahan = 78
| dasar hukum =
| tanggal = {{tanggal lahir dan umur|1250|12|29}}
| nama_walikota = [[Tauhid Soleman]]
| nama_wakil_walikota = ''lowong''
| nama sekretaris daerah = Jusuf Sunya
| nama ketua DPRD = Muhajirin Bailusy
| kodearea = 0921
| nomor_polisi = '''DG xxxx''' A*/K*/Q*
| apbd =
| dau = Rp 658.062.032.000,00- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokas Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=17 Februari 2021}}</ref>
| IPM = {{increase}} 80,14 ([[2021]])<br>{{fontcolor|green|sangat tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021|website=www.bps.go.id|accessdate=7 Januari 2022|archive-date=2021-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211201065917/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|dead-url=no}}</ref>
| web = www.ternatekota.go.id
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Uitzicht op Ternate TMnr 3728-865.jpg|jmpl|200px|Pemandangan pulau Ternate pada tahun 1880-an]]
Baris 30 ⟶ 38:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Fort Toloko te Ternate TMnr 60033706.jpg|jmpl|200px|Benteng Tolukko di pulau Ternate (tahun 1930-an)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Woning in koloniale stijl Ternate TMnr 10017122.jpg|jmpl|200px|Rumah Belanda di Ternate di sekitar tahun 1920-an]]
'''Kota Ternate''' adalah sebuah [[kota (Indonesia)|kota]] yang terletak di [[Maluku Utara|Provinsi Maluku Utara]], [[Indonesia]]. Kota Ternate berada di bawah kaki [[gunung api]] [[Gunung Gamalama|Gamalama]] di [[Pulau Ternate]]. Kota Ternate pernah menjadi [[ibu kota provinsi|ibu kota]] sementara Provinsi Maluku Utara secara ''[[de facto]]'' dari tahun 1999 hingga 2010. Pada tanggal 4 Agustus 2010, [[Sofifi]] diresmikan menjadi ibu kota Provinsi Maluku Utara pengganti Kota Ternate, yang merupakan sebuah [[kelurahan]] di wilayah [[Kota Tidore Kepulauan]] yang berada di [[Pulau Halmahera]].
== Geografi ==
Kota Ternate terletak antara 3
Sebagai
Luas wilayah Kota Ternate 5.795, 4 km², terdiri dari luas perairan 5.544,55 km² dan luas daratan 250,85 km². Secara Administrasi Pemerintahan Kota Ternate terbagi atas 7 (tujuh) kecamatan dan 77 (tujuh puluh tujuh) kelurahan, masing-masing:
# Ternate Utara membawahi 14
# Ternate Tengah membawahi 15
# Ternate Selatan membawahi 17
# Pulau Ternate membawahi 13
# Pulau Moti membawahi 6
# Pulau Hiri membawahi 6
# Pulau Batang Dua membawahi 6
Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah ''Rogusal'' ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan ''Rensika'' (Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Gunung Gamalama merupakan gunung api yang masih aktif yang terletak di tengah
Wilayah Kota Ternate didominasi oleh laut, maka kondisi iklimnya sangat dipengaruhi oleh iklim laut dan siklus dua musim yakni musin Utara-Barat dan musin Timur-Selatan yang
Kedalaman lautnya bervariasi. Pada beberapa lokasi di sekitar Pulau Ternate terdapat tingkat kedalaman yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter sampai pada jarak sekitar 100 meter dari garis pantai, tetapi pada bagian lain tingkat kedalamannya cukup besar dan berjarak tidak jauh dari garis pantai.<ref name=":0" />
== Sejarah ==
Sejarah kota ini bermula dengan adanya [[Kesultanan Ternate]] yang berdiri sekitar abad ke-13 di [[Pulau Ternate]], yang menjadikan kawasan kota ini sebagai pusat pemerintahannya. [[Kornelis Matelief de Jonge]] pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota ini, yang dinamakan ''Fort Oranje'' dan sebelumnya bernama ''Malayu''.<ref>http://www.sil.si.edu {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110902105955/http://www.sil.si.edu/ |date=2011-09-02 }} [http://www.sil.si.edu/DigitalCollections/Anthropology/Ternate/ternate.pdf Ternate] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170521062428/http://www.sil.si.edu/DigitalCollections/Anthropology/Ternate/ternate.pdf |date=2017-05-21 }}</ref>
Berikut ini adalah pembagian masa atau periode sebelum Kolonialisme sampai pada Kemerdekaan.
Sejarah awal mula kerajaan atau kesultanan Ternate sebagian besarnya bersumber dari legenda dan hikayat. Salah satu hikayat yang terkenal luas dan banyak dijadikan rujukan ialah
Asal usul komunitas atau penduduk Ternate disebutkan oleh sumber-sumber tersebut, berasal dari Pulau Halmahera yang melakukan eksodus atau migrasi besar-besaran ke beberapa pulau kecil di bagian barat Pulau Halmahera termasuk ke Ternate, disebabkan terjadinya pergolakan dan konflik politik di Jailolo (Gilolo), di Pulau Halmahera pada tahun 1250.
Para migran pertama yang mendarat dan bermukim di Ternate tahun 1250 adalah komunitas
Pada tahun 1254 migran kedua tiba dan bermukim di
Dalam sumber sejarah lain menyebutkan terdapat 4 (empat) komunitas atau klan awal di Ternate, yakni masing-masing: Komunitas atau Klan
Komunitas atau klan awal inilah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari beberapa belahan dunia untuk mencari cengke dan rempah lainnya.
Seiring waktu,
Sejak era itu, Kerajaan Ternate berperan penting di
Setelah Mansyur Malamo (1257-1272), Kolano Ternate dijabat oleh
Di bawah kepemimpinan Kaiicil Ngara Malamo, Ternate memulai ekspansi teritorialnya. Kaiicil Ngara Malamo adalah peletak dasar politik ekspansi Kerajaan Ternate. Politik ekspansi inilah yang mengantarkan Ternate menjadi Kerajaan paling besar, paling kuat dan paling berpengaruh dalam jajaran kerajaan-kerajaan Maluku pada masa-masa selanjutnya, terutama dari akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Namun, memasuki akhir abad ke-16 (pasca Sultan Babullah w. 1583 M), pamor Ternate sebagai kerajaan paling tangguh mulai merosot.
Kaiicil Ngara Malamo diganti oleh
Ternate di bawah Kolano Sida Arif Malamo berkembang menjadi
Armada-armada perdagangan antar bangsa datang ke pelabuhan ini terutama mencari rempah,
Musyawarah persekutuan itu melahirkan keputusan antara lain penyeragaman bentuk-bentuk kelembagaan kerajaan-kerajaan di Maluku dan penentuan peringkat kerajaan peserta musyawarah. Jailolo ditetapkan sebagai kerajaan yang menempati peringkat pertama dalam senioritas, menyusul Ternate, Tidore dan bacan. disepakati pula pembagian peran masing-masing kerajaan. Raja Ternate berperan
Manfaat persekutuan ini adalah sejak 1322 Maluku mengalami masa aman dan damai. Berhasil meredam sementara waktu ambisi, permusuhan dan ekspansi para anggota persekutuan. Rakyat Maluku menikmati suasana aman dan damai selama kurang lebih 20 tahun. Tetapi perdamaian yang ditegakkan dengan susah payah itu sirna ketika
Naiknya
Sultan Zainal Abidin diganti oleh
Ternate di masa Sultan Baabullah mencapai penaklukan yang spektakuler. Wilayah Kesultanan ternate membentang dari Mindanao di Utara sampai [[Kota Bima|Bima]] di Selatan dan dari Makassar di Barat sampai Banda di Timur. Karena itu, Baabullah, Sultan Ternate terbesar ini dikenal sebagai penguasa atas 72 pulau yang seluruhnya berpenghuni.
Di masa pemerintahan Sultan Baabullah, Ternate tampil sebagai kesultanan paling berpengaruh dalam politik maupun militer di kawasan Timur Nusantara. Baabullah menurut sebuah sumber, mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar - di atas 10.000 - pasukan ini adalah dari
Keberhasilan Sultan Baabullah tidak terlepas dari kecakapan
Orang Portugis pertama yang tiba di Ternate pada awal 1512 adalah
Di awal kehadirannya, Portugis diperlakukan dengan balk dan mendapat banyak kemudahan. Sultan menjadikan Serrao orang kepercayaan dan penasehat utamanya. Belum dua tahun sejak Serrao tiba, Sultan memberi hak monopoli niaga cengkih kepada Portugis. Sultan lalu berpesan bila nanti Serrao kembali ke Portugis, ia harus meyakinkan
Beberapa eskader Portugis pun susul menyusul ke Ternate, masing-masing dipimpin oleh antara lain,
Sultan Bayanullah yang wafat meninggalkan
Boki Nukila adalah puteri
Dalam kurun ini banyak intrik dilakukan oleh de Brito yang tidak setuju Deyalo diangkat menjadi sultan dan lebih mendukung Taruwese. Terjadi pula beberapa kali penyerangan de Brito yang dibantu oleh Taruwese terhadap Tidore dan beberapa kawasan Maluku. Klimaksnya ialah penahanan pangeran Deyalo dan Bohiyat. Demikian, selama kepemimpinan 19 Gubernur Protugis di Ternate, sebagian besar melaksanakan pemerintahannya melalui
Posisi Nukila rentan di antara bangsawan istana yang diwakili oleh Taruwese. la didesak segera menyelesaikan benteng Portugis yang pastinya membuat murka Al Mansyur, ayahandanya sebagai seteru Portugis. Dua putranya dan beberapa pengikut ditahan oleh Portugis di dalam benteng yang terbengkalai.
Pada 1568
Setelah Portugis meninggalkan Ternate dan wilayah Maluku, Bangsa Spanyol yang sebelumnya pernah bekerjasama dengan Kesultanan Tidore sejak 1521 dan kemudian harus meninggalkan Tidore pasta perjanjian
Pada 1 April 1606,
Sumber lain menyebutkan, Spanyol berhasil menaklukkan Gam Lamo dan menangkap Sultan Saidi berserta keluarganya, kemenakannya
Spanyol dengan cerdik mengubah kepulangan Sultan Saidi, itu menjadi penstiwa kenegaraan dengan penghormatan kerajaan kepada sang Sultan. Da Cunha menasehati Sultan agar menenma nasib buruknya dan mengajukan petisi kepada Raja Spanyol agar mendapat pengampunan. Sultan ditempatkan dalam rumah terindah dengan pengawalan ketat.
Spanyol kemudian menginm ekspedisi ke seluruh kawasan, membujuk atau memaksa kepala-kepala desa agar mengikuti perintah mereka. Penduduk desa diharuskan sujud di depan bendera Spanyol, menyerahkan semua senjata musket dan meriam. Spanyol lalu memperbaiki benteng Gam Lamo dan beberapa benteng lainya untuk memperkuat kedudukannya di Ternate. Pada 10 April, di Benteng Gam Lamo, Spanyol dan Ternate menandatangani perjanjian perdamaian resmi dan keluarga Sultan memberi sumpah setia kepada
Pada 10 April 1606 Spanyol mememancangkan benderanya di berbagai kawasan Ternate "atas nama yang Maha Mulia Raja Spanyol". Dengan jatuhnya Ternate ke tangan Bangsa Spanyol mulailah proses pengambilan aset-aset penting kerajaan dan reposisi dominasi Spanyol atas Ternate. Spanyol berada di Ternate dan wilayah Maluku antara 1521 sampai 1663. Pada 2 Mei 1663, Gubernur terakhir Spanyol di Ternate,
Orang-orang Belanda pertama yang tiba di Ternate, menurut catatan
[[Berkas:Description of Gamalama City de Bry.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Description%20of%20Gamalama%20City%20de%20Bry.jpg|kiri|jmpl|Kedatangan Van Warwijck di ibukota Ternate pada 1599.]]
Sementara terdapat dua sumber lain yang menyebutkan tentang orang-orang Belanda yang pertama kali mencapai Ternate. Sumber pertama menyebutkan, van Warwijck bersama 560 orang dengan dua kapal, Amsterdam dan Utrecht, tiba di Ternate pada 22 Mei 1599, dan sumber kedua menyebutkan pada 1598 ekspedisi Belanda dengan 22 kapal yang dibiayai oleh 5 (lima) perusahaan Belanda, di bawah pimpinan Jacob Chr. van Neck dan Wybrechr van Warwyck, berlayar menuju Maluku. Armada yang dipimpin oleh van Neck yang pertama tiba di [[Maluku]] pada Maret 1598 dan kembali ke Belanda pada 1599, membawa cukup banyak rempah dengan keuntungan sebesar 400 persen. Keuntungan berlimpah ini memicu sejumlah perusahaan berbeda membiayai ekspedisi ke Maluku, saling bersaing satu sama lainnya, sehingga harga rempah-rempah menjadi tinggi. Semakin banyak rempah masuk ke Belanda, namun semakin sedikit keuntungan yang didapat. Pada 1598 Staten Generaal - parlemen Belanda — mengajukan usul supaya semua perusahaan yang saling bersaing menggabungkan diri demi kepentingan bersama. Pada 20 Maret 1562 didirikan Vereenigde Oost-Indesche Compagnie (VOC), yang dipimpin sebuah badan yang berkedudukan di Amsterdam yang terdiri atas 17 orang, mewakili 6 wilayah di Belanda, atau yang dikenal dengan Heeren Zeventien.
Tetapi kehadiran kekuasaan bangsa Belanda secara politis dan militer di Ternate. adalah karena diminta oleh kesultanan Ternate sendiri. Saat ibu kota Gam Lamo jatuh ke tangan Spanyol dan Sultan Saidi mengamankan diri ke Jailolo lalu ke Sahu — merujuk sumber pertama — atau ditangkap dan diasingkan ke Manila — merujuk sumber kedua — kekuasaan kesultanan dikendalikan sementara waktu oleh Jogugu Hidayat. Jogugu Hidayat mengutus Kapita Lau Kaicil All dan Kimalaha Aja ke Banten untuk meminta pertolongan Belanda agar bersedia membantu Ternate mengusir Spanyol dari Gam Lamo.
Setelah Kaicil All dan Kimalaha Aja bertemu dengan Matelief de Jonge dan menyampaikan maksud kedatangannya, berikut setuju dengan syarat-syarat yang diajukan oleh de Jonge sebagai kompensasi atas bantuan yang akan diberikan oleh Belanda, pada 29 Maret 1607 de Jonge dan sejumlah prajurit bersama Kaicil Ali dan Kimalaha Aja bertolak dari [[Banten]] dan tiba di Ternate pada 13 Mei 1607.
Setelah melakukan observasi seperlunya terhadap kekuatan Spanyol, de Jong akhirnya setuju membantu Ternate. Perjanjian antara de Jonge dan pihak kesultanan ditandangani pada 26 Juni 1607. Isinya antara lain, Belanda bersedia membantu Ternate mengusir orang-orang Spanyol dan melindungi kawula Ternate di seluruh wilayah kekuasaannya, Belanda diberikan hak monopoli perdagangan rempah dan diizinkan membangun benteng, yang kemudian dinamakan Fort Oranje (Benteng Oranye).
Sejak saat itu, Pulau Ternate sekaligus menjadi pusat tiga kekuatan. yaitu Spanyol di Gam Lamo, sedangkan Ternate dan Belanda di bagian timur pulau, di benteng VOC atau Fort Oranje, dan sekitarnya. Tidak mudah bagi Ternate untuk melepaskan diri dari campur tangan kekuasaan asing Eropa. Ketika Portugis bercokol di kesultanan ini, selain memperoleh hak monopoli dalam tata niaga rempah-rempah dan izin mendirikan benteng di Gam Lamo, Portugis juga ingin mencampuri urusan pemerintahan Ternate. Bahkan sejak 1532, Portugis mulai bersiasat memengaruhi proses pengangkatan sultan-sultan Ternate. Keadaan ini baru berakhir setelah Portugis terusir. Tetapi, setelah Kompeni Belanda datang, campur tangan dalam pengangkatan sultan Ternate juga menjadi salah satu kebijakannya. Mulai dari Sultan Mandarsyah, setiap pergantian sultan Ternate harus dengan persetujuan Kompeni.
Sultan Mandarsyah ditekan secara halus untuk menandatangani perjanjian dengan Gubernur Jenderal VOC, Reiner, di Batavia. Perjanjian itu menentukan bahwa Kesultanan Ternate tidak boleh lagi mengangkat Salahakan Baru untuk wilayah seberang lautnya di Maluku Tengah, yakni di Hoamoal dan daerah ini langsung berada di bawah pemerintahan Kompeni di Ambon. Ternate juga harus melaksanakan hongi (penebangan pohon-pohon cengkih) di daerah tersebut. Ini akibat ketidaksenangan Kompeni terhadap pejabat yang ditugaskan oleh Kesultanan Ternate di sana.
Kaicil Majira yang diangkat Sultan Hamzah pada 1641 sebagai Salahakan di Hoamoal atas desakan Kompeni Ambon untuk menggantikan Salahakan Luhu yang tidak disenangi, karena pada 1651 ia melakukan pemberontakan bersenjata. Kompeni menilai Sultan Mandarsyah tidak mengambil tindakan tegas terhadap Majira untuk mengakhiri pemberontakannya. Selain itu, sejak 1652, Kerajaan Buton mulai memusingkan Mandarsyah karena tentara Kerajaan Makassar melakukan infiltrasi dan menduduki beberapa pulau di sekitar Buton, yang diperburuk lagi oleh pengkhianatan sejumlah besar bobato Buton yang memihak Kerajaan Makassar. Kapita Laut Kaicil Ali dan pasukannya yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Sanana dan Alifuru Jailolo, dengan susah payah mempertahankan pulau-pulau itu dari serangan Makassar. Walaupun permaisuri Sultan Mandarsyah adalah seorang puteri Buton, tetapi pengaruhnya telah merosot jauh di mata rakyat Buton.
Gempuran pasukan Makassar semakin gencar dan posisi Buton semakin lemah. Dengan susah payah Kaicil Ali coba menghalau serangan itu, dan dalam suatu pertempuran mempertahankan ibu kota Buton, Kaicil Ali gugur. Gugurnya Kaicil Ali mengakibatkan semakin kecil peluang Mandarsyah mempertahankan Buton. Mandarsyah lalu mengutus Kapita Laut Saidi untuk membangun kembali pertahanan Buton, dan dalam keadaan putus asa ia menghubungi Kompeni untuk meminta bantun. Mandarsyah berhasil meyakinkan de Vlaming. Gubernur Kompeni Ambon, untuk memabantu menyelamatkan Buton.
Pada September 1654, dengan menumpang t ang kapal Zas van Gent, de Vlaming dan Mandarsyah menuju Buton, tetapi yang mereka temukan di sana adalah Raja Buton telah menjalin persekutuan dengan Makassar, dan rakyat maupun para bobato andalan Mandarsyah sebagian besarnya tidak lagi setia kepada Ternate. De Vlaming, setelah melihat kenyataan tersebut, meneruskan pelayarannya ke Makassar dan meninggalkan Mandarsyah di Buton. Walaupun Raja Buton telah berkhianat, Mandarsyah coba mempertahankan Buton dengan mengumpulkan sisa-sisa Bobato — antara lain Hukum Lau dan Kaicil Lasinuru — dan rakyatnya yang masih setia dalam suatu pertemuan. la meminta mereka mendobrak kepungan tentara Makassar dan mengusirnya keluar dari wilayah Buton. Tetapi, upaya terakhir Mandarsyah tidak rnembuahkan hasil. Dengan masygul, Mandarsyah kembali ke Ternate dan tidak pernah lagi mengunjungi Buton hingga akhir hayatnya. Kapita Laut Saidi pun tidak mampu lagi menahan lajunya serbuan Makassar dan jatuhlah Buton ke tangan Raja Makassar pada 1655, sekaligus berakhir pula kekuasaan Ternate atas Buton selama hampir satu abad (1580-1655). Kapita Laut Saidi dan pasukannya yang tersisa mundur ke Tobungku, dan dari kejauhan ia menatap pulau yang ditinggalkannya itu dengan sedih.
Pada 1675, Sultan Mandarsyah mangkat dan digantikan putranya Sibori Amsterdam. Sebagaimana ayahnya, Sibori pun tidak dapat mempertahankan identitas Ternate secara lebih baik. Selain karena perangainya yang buruk, ia juga tidak mampu melepaskan diri dan tekanan-tekanan Kompeni. Setelah penobatannya, Sibori mengutus pejabat kepercayaannya ke Batavia untuk berunding dengan Gubernur jenderal Jaan Maatsuyker. Perjanjian yang ditandatangani pada 12 Oktober 1672 itu, secara praktis dan politis sangat merugikan Ternate, karena menetapkan antara lain: Pertarna. wilayah seberang laut Kesultanan Ternate di [[Kota Ambon|Kepulauan Ambon]] akan digabungkan ke dalam provinsi. Kedua, akan diangkat penguasa-penguasa khusus di pulau Buru, Ambalau, Buano dan Kelang.
Setelah meratifikasi perjanjian ini, Sibori memperoleh tanda jasa berupa bintang penghargaan dari Kompeni. Namun, bermula dari Seram, Ternate pun berangsur kehilangan kontrolnya atas seluruh wilayah seberang lautnya di Maluku Tengah. Demikian pula, lepasnya Buton dan kekuasaan Ternate berimplikasi negatif bagi daerah-daerah kekuasaan Ternate lainnya di [[Sulawesi Utara]], dan semenanjung pantai timur Sulawesi. Kepulauan Sangir Talaud, [[Gorontalo]], Limboto, [[Kabupaten Buol|Buol]], [[Kabupaten Tolitoli|Tolitoli]], Inobonto, Moutong, Teluk Tomini, Parigi dan lainnya mulai memudar loyalitasnya kepada Ternate.
Sibori menyadari kenyataan ini dan berupaya memulihkan kesetiaan wilayah-wilayah tersebut. Ia pun mendekati Gubernur Maluku, Padtbrugge untuk meminta bantuan. Sebagai argumen, Sibori merujuk perjanpan 1652 dan 1676, yang memuat penyerahan daerah seberang laut Kesultanan Ternate di [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]] kepada kekuasaan Kompeni di Amban. Padtbrugge menerima argumentasi tersebut dan berjanji akan membantu Sibori sebagai balas budi atas penyerahan wilayah tersebut.
Dengan bantuan Kompeni, Ternate menyerang Gorontalo dan daerah pesisir timur Sulawesi untuk memulihkan loyalitas mereka kepada Ternate. Bahkan untuk memulihkan loyalitas Sangir Talaud, dilakukan sendiri oleh Sibori tanpa bantuan Kompeni. Untuk sementara waktu. Ternate lega karena berhasil memulihkan loyalitas daerah-daerah tersebut, tetapi loyalitas yang ada tentu tidak sekuat di masa kekuasaan Sultan Baabullah.
Abad ke-17 merupakan masa paling suram bagi kesultanan Ternate berkaitan dengan daerah-daerah taklukannya. Satu demi satu daerah tersebut melepaskan diri, dan dipenghujung abad ke-17 sampai abad ke-18, daerah seberang taut Kesultanan Ternate yang tersisa hanyalah kepulauan Sanana dan Tobungku-[[Kabupaten Banggai|Banggai]].
Kompeni Belanda juga dapat dihitung sebagai salah satu kontributor, penyebab terpuruknya Kesultanan Ternate. Dengan berbagai perjanjian bilateral yang dibuatnya dengan Ternate, para Sultan Ternate yang tidak berdaya itu secara halus maupun secara kasar ditekan untuk menyetujui konsep-konsep yang disatu pihak memperkokoh kekuasaan Kompeni tetapi di lain pihak menempatkan Ternate dalam posisi dilematis serta hampir tidak ada advokasi.
Selama abad ke-18, kondisi Ternate tidak banyak mengalami perubahan berarti. Sebagai mitra, Ternate dipandang cukup balk sekaligus sahabat yang dapat diandalkan oleh Kompeni, dibandingkan dengan kesultanan-kesultanan tetangga lainnya, yakni [[Kota Tidore Kepulauan|Tidore]], dan Bacan. Ternate punya prestasi bagus dalam menjalankan ''hongi tochten'' untuk kepentingan Belanda. Ini dapat dilihat pada ''acte van investiture'' yang
Pada penghujung abad ke-18, Kompeni membalas jasa orang-orang Ternate dengan menganugerahi penghargaan kepada
Pada masa perang Asia Pasifik, tentara [[Jepang]] menyerbu wilayah pendudukan bangsa Eropa di Asia bagian Timur dan Tenggara, termasuk pula wilayah pendudukan Belanda di Nusantara. Bangsa Jepang pertama kali memasuki wilayah Nusantara melalui [[Kota Tarakan|Tarakan]], [[Kalimantan
Pada masa pendudukan Jepang, Kota Ternate dipimpin oleh seorang
Pada saat Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia yang berarti telah melepaskan diri dari penjajahan, maka Wilayah Maluku memasuki babak baru dalam kehidupan pemerintahan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ternate berada dalam wilayah Maluku dan yang menjabat sebagai Gubernur pada saat itu adalah
Pada saat itu, Kota Ternate berstatus Keresidenan Ternate dengan wilayahnya mencakup Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau-pulau Batang Dua. Saat itu Distrik Ternate diperintahkan oleh 3 (tiga) Residen secara bergiliran, yaitu:
Baris 186 ⟶ 195:
3. Residen Dede Muchsin Usman Syah (Sultan Bacan) 1957-1958<ref name=":1" />
Berdasarkan
Kemudian berturut-turut pada tahun 1957 terbentuk DPRD Gotong Royong (DPRD GR) Maluku Utara dan pada tahun 1958 Kotapraja Ternate dibubarkan dan statusnya diturunkan menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Jasin Bopeng. Namun status Kotapraja masih dipertahankan hingga terbit Keputusan Gubernur Maluku tanggal 30 Maret 1965 mengubah status Kota Temate menjadi Kecamatan. Dilanjutkan dengan hasil survei oleh Departemen Dalam Negeri dan usulan dari Bupati Maluku Utara tentang pengangkatan status Kota Ternate menjadi Kota Administratif, maka pada tanggal 11 Maret 1961 Ternate resmi menjadi Kota Administratif. Jabatan Wali kota Administratif sampai tahun 1999 yaitu:
Baris 196 ⟶ 205:
3. Drs. H. Syamsir Andili, periode 1995-1999<ref name=":1" />
Pada saat peningkatan status Kota Administratif Ternate menjadi Kota Madya Tingkat II Ternate yang diterbitkan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999, maka pada tanggal 27 April 1999, diresmikan Kotamadya Daerah Tingkat II Ternate dan mengangkat Drs Syamsir Andili sebagai Wali kota Ternate yang pertama
1. Drs. Syamsir Andili dan Drs. Iskandar M. Djae (masa bhakti 2000-2005)
Baris 217 ⟶ 226:
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Ternate}}
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Ternate}}
=== Daftar Kecamatan ===
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Ternate}}
== Demografi ==
Baris 238 ⟶ 240:
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | 2005
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | 2010
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | 2020
|- Align="center"
! style="background: #FFEBCD; color: #000080" height="17" | Jumlah penduduk
Baris 245 ⟶ 248:
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 163.166
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 185.705
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 201.244
|-
| colspan="13" style="text-align:center;font-size:90%;"|<small>Sejarah kependudukan Kota Ternate<br />'''Sumber:'''<ref name="DUKCAPIL"/><ref>http://www.ternatekota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161120222547/http://www.ternatekota.go.id/ |date=2016-11-20 }} [http://www.ternatekota.go.id/?cont=sekilas-ternate&val=wilayah Demografi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200427100152/http://www.ternatekota.go.id/?cont=sekilas-ternate&val=wilayah |date=2020-04-27 }}</ref>
|}
== Kesehatan ==
{{utama|Daftar Rumah Sakit di Kota Ternate}}
== Pariwisata ==
Baris 254 ⟶ 261:
* [[Benteng Oranje]]
* [[Benteng Kalamata]]
* [[Benteng Kastela]]
* [[Benteng Kota Naka]]
* [[Benteng Gam Lamo]]
Baris 268 ⟶ 276:
* [[Puncak Gunung Gamalama]]
* [[Keraton Kesultanan Ternate]]
* [[Masjid Raya Al Munawwar Ternate|Masjid Al
* [[Ternate Landmark]]
=== Kuliner Khas ===
Baris 276 ⟶ 285:
== Transportasi ==
===
[[Bandar Udara Sultan Babullah]] merupakan sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur ini antara lain [[Garuda Indonesia]], [[Citilink]], [[Sriwijaya Air]],
===
[[File:Mangga dua seaport.jpg|thumb|Pelabuhan Mangga dua dari udara]]
Kota ini juga memiliki [https://pelindo.co.id/port/pelabuhan-ternate Pelabuhan Laut Ahmad Yani] dengan jalur pelayaran yang dilalui kapal [[Pelni]] dua kali perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah [[Mentari]] dan [[Tanto]]. Untuk menyeberang ke pulau-pulau sekitar seperti [[Halmahera]], [[Tidore]], [[Hiri]], [[Moti]], [[Meitara]], dapat menggunakan perahu kecil dari ''fiberglass'' yang umum di sebut ''Speed'' dengan [https://dishubhaltim.amm-mks.co.id/assets/img/peraturan/22c60b4730a23052d6d8893b9e4e4ecb.pdf tarif yang disesuaikan] pada tahun 2022 lalu.
=== Transportasi Darat ===
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil [[Suzuki Carry]]. Sejak akhir tahun [[2005]] telah mulai beroperasi armada [[taksi]] milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit. Selain itu, juga tersedia transportasi lain berupa [[Ojek]] konvensional (luring) maupun daring ([[Gojek]], [[Grab (perusahaan)|Grab]]).
== Media ==
=== Stasiun televisi ===
{{main|Daftar stasiun televisi di Maluku Utara}}
Ternate mempunyai stasiun televisi lokal, yaitu [[Gamalama TV]]. Sedangkan [[TVRI (saluran TV)|TVRI]] di Ternate tidak mempunyai stasiun lokal sendiri sementara [[TVRI Maluku Utara]] belum didirikan, maka yang disiarkan di Ternate berasal dari [[TVRI Maluku]].
== Referensi ==
{{Reflist|2}}
https://wiki-indonesia.club/wiki/Kota_Ternate
== Pranala luar ==
|