Kota Ternate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Penambahan hari jadi kota ternate
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 10:
| peta = <!--[[Berkas:Locator Kota Ternate.png]]-->
| koordinat = 0°47′[[Lintang Utara|LU]]{{br}}127°22′[[Bujur Timur|BT]]
| motto = Maku Gawene<br/>{{small|{{lang icon|Ternate|Ternate}} Saling MenyangiMenyayangi}}<ref>{{Cite web |url=https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-27 |archive-date=2022-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221027115416/https://haliyora.id/2021/09/30/maku-gawene-dan-ikan-pari-ikon-kota-ternate-bakal-tinggal-kenangan/ |dead-url=no }}</ref>
| propinsi = [[Maluku Utara]]
| luas = 111,00
| penduduk = 201244206745
| penduduktahun = [[2021]]
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=19 Februari 2021|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref><ref name="TERNATE2020">{{cite web|url=https://ternatekota.bps.go.id/publication/2020/05/20/ccf8e628574810acc6b31794/kota-ternate-dalam-angka-2020.html|last=|first=|title=Kota Ternate Dalam Angka 2020|website=www.ternatekota.bps.go.id|accessdate=31 Mei 2020|archive-date=2022-06-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220628231603/https://ternatekota.bps.go.id/publication/2020/05/20/ccf8e628574810acc6b31794/kota-ternate-dalam-angka-2020.html|dead-url=no}}</ref>
| kepadatan = 1813,01auto
| agama = [[Islam]] 96,57%<br> [[Kristen]] 3,30%<br>- [[Protestan]] 2,96%<br>- [[Katolik]] 0,34%<br> [[Konghucu]] 0,06%<br> [[Hindu]] 0,05%<br> [[Buddha]] 0,02%<ref name="TERNATE2020"/>
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi)<br>[[Bahasa Melayu Maluku Utara|Melayu Maluku Utara]]<br>[[Bahasa Ternate|Ternate]]<br>[[Bahasa Tidore|Tidore]]
| kecamatan = 10 [[kecamatan]]
| kelurahan = 78 [[kelurahan]]
| dasar hukum =
| tanggal = {{tanggal lahir dan umur|1250|12|29}}
| kepala daerahnama_walikota = [[WaliTauhid KotaSoleman]]
| nama_wakil_walikota = ''lowong''
| nama kepala daerah = Dr. M. [[Tauhid Soleman]], M.Si.
| wakilnama kepalasekretaris daerah = WakilJusuf Wali KotaSunya
| nama wakilketua kepala daerahDPRD = [[Jasri Usman]],Muhajirin S.Ag.Bailusy
| Sekretaris daerah = [[sekda]]
| nama sekretaris daerah = Dr. [[Jusuf Sunya]], ME
| Ketua dewan perwakilan rakyat daerah = [[ketua DPRD]]
| nama ketua DPRD = [[Muhajirin Bailusy]]
| kodearea = 0921
| nomor_polisi = '''DG xxxx''' A*/K*/Q*
| apbd =
| daurefdau = Rp 658.062.032.000,00- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokas Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=17 Februari 2021}}</ref>
| dau = Rp 658.062.032.000,00- ([[2020]])
| dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokas Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=17 Februari 2021}}</ref>
| IPM = {{increase}} 80,14 ([[2021]])<br>{{fontcolor|green|sangat tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021|website=www.bps.go.id|accessdate=7 Januari 2022|archive-date=2021-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211201065917/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|dead-url=no}}</ref>
| web = www.ternatekota.go.id
Baris 43 ⟶ 39:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Woning in koloniale stijl Ternate TMnr 10017122.jpg|jmpl|200px|Rumah Belanda di Ternate di sekitar tahun 1920-an]]
 
'''Kota Ternate''' adalah sebuah [[kota (Indonesia)|kota]] yang terletak di [[Maluku Utara|Provinsi Maluku Utara]], [[Indonesia]]. Kota Ternate berada di bawah kaki [[gunung api]] [[Gunung Gamalama |Gamalama]] di [[Pulau Ternate]], [[provinsi]] [[Maluku Utara]], [[Indonesia]]. Kota Ternate pernah menjadi [[ibu kota provinsi|ibu kota]] sementara provinsiProvinsi [[Maluku Utara]] secara ''[[de facto]]'' dari tahun 1999 hingga 2010. Pada tanggal 4 Agustus 2010, [[Sofifi]] diresmikan menjadi [[ibu kota]] Provinsi Maluku Utara pengganti Kota Ternate, yang merupakan sebuah [[kelurahan]] di wilayah [[Kota Tidore Kepulauan]] yang berada di pulau [[Pulau Halmahera]].
 
== Geografi ==
Baris 72 ⟶ 68:
 
=== Periode Sebelum Kolonialisme ===
Sejarah awal mula kerajaan atau kesultanan Ternate sebagian besarnya bersumber dari legenda dan hikayat. Salah satu hikayat yang terkenal luas dan banyak dijadikan rujukan ialah '''Sejarah Ternate''' yang ditulis oleh '''Naidah''', yang diterjemahkan oleh '''P Van der Crab''', Residen Ternate 1863-1864 dan diterbitkan pada tahun 1878. Sumber lainnya ialah catatan-catatan yang ditulis oleh '''Rijali,''' seorang ulama Maluku asal Hitu yang dihimpun oleh Francois Valentijn dalam bukunya ''Ound en Neeuw Oost Indie''.<ref name=":1">M. Sofyan Daud, 2015. Citra Ternate Dalam Arsip dan Visualisasi 2015. Kota Ternate, Kantor Arsip dan Perustakaan Daerah Kota Ternate.</ref>
 
Asal usul komunitas atau penduduk Ternate disebutkan oleh sumber-sumber tersebut, berasal dari Pulau Halmahera yang melakukan eksodus atau migrasi besar-besaran ke beberapa pulau kecil di bagian barat Pulau Halmahera termasuk ke Ternate, disebabkan terjadinya pergolakan dan konflik politik di Jailolo (Gilolo), di Pulau Halmahera pada tahun 1250.
 
Para migran pertama yang mendarat dan bermukim di Ternate tahun 1250 adalah komunitas '''Tobona''' yang dipimpin oleh '''Momole Guna'''. Momole adalah sebutan kepada pemimpin atau kepala marga, klan atau komunitas.
 
Pada tahun 1254 migran kedua tiba dan bermukim di '''Foramadiyahi''' yang dipimpin oleh '''Mole Matiti'''. Menyusul kemudian migran ketiga yang bermukim di '''Sampala''' yang dipimpin oleh '''Momole Ciko/Siko''', kedua permukiman komunitas terakhir ini dibangun tidak jauh dari pantai. Sampala bahkan terletak di tepi pantai.
 
Dalam sumber sejarah lain menyebutkan terdapat 4 (empat) komunitas atau klan awal di Ternate, yakni masing-masing: Komunitas atau Klan '''Tobona''', yang mendiami kawasan lereng Gamalama bagian Selatan (kini Kelurahan Foramadiyahi): '''Tubo''' yang mendiami kawasan lereng Gamalama bagian Utara; '''Tabanga''', yang mendiami kawasan pesisir Utara Pulau Ternate, dan Komunitas atau Klan '''Toboleu''', yang mendiami kawasan pesisir Timur Pulau Ternate.
 
Komunitas atau klan awal inilah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari beberapa belahan dunia untuk mencari cengke dan rempah lainnya.
 
Seiring waktu, penduduk pun kian bertambah dan semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Cina, Jawa, dan Melayu. aktivitas perdagangan kian ramai. Ancaman pun sering datang dari para perompak. Pada tahun 1257, Momole Guna, pemimpin Klan Tobona memprakarsai musyawarah untuk membentuk komunitas yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin sebagai '''Kolano''' atau Raja. Hasil musyawarah menetapkan Momole Ciko, pimpinana Klan Sampala sebagai Kolano Ternate pertama dengan gelar '''Baab Mansyur Malamo''' (1257-1272). Pusat Kerajaan ditetapkan di Sampala. Kawasan ibu kota terletak di pantai Barat Pulau Ternate. Peristiwa ini disebut sebagai '''Tara No Ate''' yang artinya '''Turun dan Merangkul'''. Tara No Ate adalah cikal bakal penyebutan nama Ternate. Sementara ibu kota kerajaan di Sampala kemudian disebut '''Gam Lamo''' yang artinya '''kampung''' atau '''perkampungan besar'''. Gam Lamo adalah cikal bakal penyebutan nama '''Gamalama.'''<ref name=":1" />
 
Sejak era itu, Kerajaan Ternate berperan penting di kawasan Maluku Utara sampai abad ke-17. Dalam catatan sejarah Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan '''Gapi''', adalah salah satu kerajaan tertua dan sangat berpengaruh di nusantara.
 
Setelah Mansyur Malamo (1257-1272), Kolano Ternate dijabat oleh '''Kaiicil Jamin''' (1272-1284). '''Kaiicil''' adalah sebutan untuk seorang '''Pangeran''', atau putra Kolano. Setelah Kaiicil Jamin, Kolano Ternate dijabat oleh '''Kaiicil Siale''' (1284-1298). Pada masa Kaiicil Siale, ibu kota kerajaan dipindahkan dari Sampala ke Foramadiyahi. Setelah itu, Siale digantikan secara berturut-turut oleh '''Kaiicil Kamalu''' (298-1304) dan '''Kaiicil Ngara Malamo''' (1304-1317).
 
Di bawah kepemimpinan Kaiicil Ngara Malamo, Ternate memulai ekspansi teritorialnya. Kaiicil Ngara Malamo adalah peletak dasar politik ekspansi Kerajaan Ternate. Politik ekspansi inilah yang mengantarkan Ternate menjadi Kerajaan paling besar, paling kuat dan paling berpengaruh dalam jajaran kerajaan-kerajaan Maluku pada masa-masa selanjutnya, terutama dari akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Namun, memasuki akhir abad ke-16 (pasca Sultan Babullah w. 1583 M), pamor Ternate sebagai kerajaan paling tangguh mulai merosot.
 
Kaiicil Ngara Malamo diganti oleh '''Patsyaranga Malamo''' (1317-1322), kemudian '''Sida Arif Malamo''' (1322-1331). Di masa Kolano Sida Arif Malamo, Ternate telah ramai didatangi oleh pedagang mancanegara seperti pedagang dari Cina, Arab dan Gujarat, juga pedagang dari nusantara seperti Jawa, Malaka, dan Makassar.
 
Ternate di bawah Kolano Sida Arif Malamo berkembang menjadi bandar perdagangan terbesar dan utama di Maluku. Aktivitas perdagangan antar bangsa kala itu berpusat di Pelabuhan '''Talangame''' atau sekarang dikenal dengan nama Pelabuhan '''Bastiong'''. Ternate pun telah memiliki pasar dengan fasilitas yang memadai, tempat bertemunya pedagang lokal, pedagang mancanegara dan pedagang nusantara.
 
Armada-armada perdagangan antar bangsa datang ke pelabuhan ini terutama mencari rempah, komoditas penting dalam perdagangan pasar Internasional saat itu yang menempatkan gugusan kepulauan ini menjadi ajang lalu lintas niaga yang sibuk. Pesatnya perdagangan rempah-rempah para Raja Maluku pun saling bersaing memantapkan posisinya masing-masing sehingga tidak jarang menimbulkan konflik di antara mereka. Kolano Sida Arif Malamo pun mengambil prakarsa mengadakan pertemuan raja-raja se-Maluku untuk membentuk persekutuan bersama yang dikenal dengan '''Persekutuan Moti (''Motir Verbond'')''', atau juga dikenal sebagai persekutuan '''Moloku Kie Raha (Empat Kerajaan Maluku)'''.
 
Musyawarah persekutuan itu melahirkan keputusan antara lain penyeragaman bentuk-bentuk kelembagaan kerajaan-kerajaan di Maluku dan penentuan peringkat kerajaan peserta musyawarah. Jailolo ditetapkan sebagai kerajaan yang menempati peringkat pertama dalam senioritas, menyusul Ternate, Tidore dan bacan. disepakati pula pembagian peran masing-masing kerajaan. Raja Ternate berperan sebgaisebagai '''Alam Makolano''', penjaga dan penjamin stabilitas perdagangan dan urusan keduniaan. Raja Bacan berperan sebagai '''Dehe Makolano''', penjaga perbatasan. Raja Tidore berperan sebagai '''Kie Makolano''', penjaga dan penjamin keamanan dalam negeri. Raja Jailolo berperan sebagai '''Jiko Makolano''', penjaga serangan dan ancaman dari luar.
 
Manfaat persekutuan ini adalah sejak 1322 Maluku mengalami masa aman dan damai. Berhasil meredam sementara waktu ambisi, permusuhan dan ekspansi para anggota persekutuan. Rakyat Maluku menikmati suasana aman dan damai selama kurang lebih 20 tahun. Tetapi perdamaian yang ditegakkan dengan susah payah itu sirna ketika '''Kolano Tulu Lamo''' naik tahta sebagai Kolano Ternate (1334-1347). Ia secara sepihak membatalkan hasil persekutuan Moti dan menyatakan hasil persekutuan tersebut tidak lagi mengikat bagi Ternate. Tulu Lamo menempatkan Ternate pada peringkat teratas sebagai yang tertua. Keputusan itu mendapat reaksi keras dari ketiga kerajaan lainnya. Ia juga menyerang makian, bandar niaga rempah terbesar kedua di Maluku setelah Ternate. Ternate setelah kepemimpinan Kolano Tulu Lamo terus menyerah beberapa daerah sekitarnya. Sula diserbu oleh '''Kolano Ngolo Macahaya''' (1350-1375), menyusul Jailolo diserang oleh '''Kolano Marhum''' (1465-1486). Kemudian berbagai penaklukan dilakukan Ternate atas [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]], [[Kabupaten Seram Bagian Barat|Seram Barat]] dan [[Kabupaten Buru|Buru]].
 
Naiknya '''Kolano Zainal Abidin''' (1468-1500) menandai berakhirnya era kerajaan dan berganti ke era kesultanan. Gelar Kolano atau Raja berubah menjadi Sultan. Sultan Zainal Abidin memproklamirkan Islam sebagai agama resmi Kesultanan Ternate, dan pembentukan lembaga Jolebe, lembaga baru dalam struktur kesultanan yang membantu sultan dalam urusan-urusan keagamaan Islam. Struktur baru Kesultanan Ternate ini memengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Struktur tersebut segera diadopsi oleh [[Tidore, Tidore Kepulauan|Tidore]], [[Bacan, Halmahera Selatan|Bacan]] dan [[Jailolo, Halmahera Barat|Jailolo]].
 
Sultan Zainal Abidin diganti oleh '''Sultan''' '''Bayan Sirrullah''' (1500-1522), kemudian diganti oleh '''Sultan Hidayat''' alias '''Deyalo'''. Pengangkatan Sultan Hidayat yang usianya belum akil baligh, sehingga ibunya '''Boki Rainha Nukila''' diangkat sebagai Mangkubumi dan '''Taruwese''' diangkat sebagai wakil Sultan (1529-1530). Kemudian berturut-turut digantikan oleh '''Sultan Abuhayat''' alias Boheyat (1530-1532), '''Sultan Tabariji''' (1532-1535), '''Sultan Khairun Jamil''' (1535-1570), kemudian '''Sultan Baabullah Datu Syah''' (1570-1583).
 
Ternate di masa Sultan Baabullah mencapai penaklukan yang spektakuler. Wilayah Kesultanan ternate membentang dari Mindanao di Utara sampai [[Kota Bima|Bima]] di Selatan dan dari Makassar di Barat sampai Banda di Timur. Karena itu, Baabullah, Sultan Ternate terbesar ini dikenal sebagai penguasa atas 72 pulau yang seluruhnya berpenghuni.
Baris 110 ⟶ 106:
Di masa pemerintahan Sultan Baabullah, Ternate tampil sebagai kesultanan paling berpengaruh dalam politik maupun militer di kawasan Timur Nusantara. Baabullah menurut sebuah sumber, mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar - di atas 10.000 - pasukan ini adalah dari Veranullah dan Ambon (15.000 tentara), Teluk Tomini (12.000 tentara), Batu Cina dan sekitarnya termasuk Halmahera Utara (10.000 tentara), Gorontalo dan Limboto (10.000 tentara) serta Yafera (10.000 tentara). Penyumbang pasukan tersedikit adalah dari Moti dan Hiri, masing-masing 300 tentara.
 
Keberhasilan Sultan Baabullah tidak terlepas dari kecakapan sejumlah panglima dan komandan tentara, seperti '''Kapita Laut Kapalaya''' dan '''Rubohongi.''' Kapalaya adalah penakluk pantai timur Sulawesi, khususnya Buton, dan Rubohongi adalah penakluk Maluku Tengah. Enam tahun setelah bertahta, Baabullah telah menguasai pulau-pulau di Ambon, Hoamoal di Pulau Seram, Buru, Manipa, Ambalau, Kelang dan Buano. Empat tahun setelah itu, ia juga menguasai desa-desa sepanjang pantai timur Sulawesi, Banggai, Tobongku, Buton, Tiboro, dan Pangasani. Setelah itu giliran [[Kota Makassar|Makassar]] dan [[Kabupaten Kepulauan Selayar|Selayar]] datang ke Ternate. Tahun kedatangannya merupakan awal dari monopoli rempah-rempah Kompeni di Ternate.
 
=== Periode Kolonialisme Bangsa Eropa ===
Baris 184 ⟶ 180:
 
=== Periode Pendudukan Jepang ===
Pada masa perang Asia Pasifik, tentara [[Jepang]] menyerbu wilayah pendudukan bangsa Eropa di Asia bagian Timur dan Tenggara, termasuk pula wilayah pendudukan Belanda di Nusantara. Bangsa Jepang pertama kali memasuki wilayah Nusantara melalui [[Kota Tarakan|Tarakan]], [[Kalimantan Utara]] kemudian ke Sulawesi dan Maluku pada 10 Januari 1942. Setelah Jepang menduduki Nusantara, Jepang mengubah susunan pemerintahan yang telah ada pada saat itu. Berdasarkan ''Osamu Seirei'' No 27 tahun 1942 ditetapkan '''''Shu''''' (provinsi) sebagai wilayah tertinggi. Di bawah ''Shu'' ada '''''Ken''''' (kabupaten) dan '''''Si''''' (Kotapraja), '''''Gun''''' (kewedanan), '''''Son''''' (kecamatan), dan '''''Ku''''' (desa). Kemudian pada 1944 Jepang memperkenalkan '''''Tonaugumi''''' (rukun tetangga) kelompok masyarakat yang terdiri dari 10 hingga 20 kepala keluarga dan seorang pemimpinnya.<ref name=":1" />
 
Pada masa pendudukan Jepang, Kota Ternate dipimpin oleh seorang '''''Minseibu''''' di bawah kekuasaan Angkatan Laut ('''''Kaigun''''') Armada Selatan Kedua bersama dengan wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang berpusat di Makassar. Rakyat Nusantara menyambut dengan gembira pada saat tentara Jepang datang ke wilayah Nusantara, dengan harapan Jepang dapat membawa perbaikan sesuai dengan propaganda yang di gadang oleh Jepang, yaitu rakyat dapat mengadakan rapat umum di lapangan terbuka dengan mengibarkan bendera Merah Putih. Namun kenyataannya sikap Jepang sangat keras dan kejam. Seluruh organisasi pergerakan rakyat ditekan, mereka dilarang mengadakan kegiatan, dan bahkan dibubarkan, rakyat dihukum tanpa melalui proses peradilan, dan harta benda rakyat diambil secara paksa untuk kepentingan perang. Kegiatan masyarakat yang dijinkan untuk melakukan aktivitasnya yaitu badan atau organisasi yang telah didirikan oleh Jepang, sepeti '''''Seinendan''''' untuk para pemuda dan '''''fujinkai''''' untuk kaum wanita. Hal ini menyebabkan kehidupan rakyat yang sudah menderita menjadi semakin berat. Dibentuknya '''''Giyugun''''' maupun '''Pembela Tanah Air (Peta)''' semata-mata hanyalah untuk membantu Jepang dalam perang rnenguasai Asia Timur Raya. Keadaan ini berlangsung sampai Jepang menyerah secara tidak bersyarat kepada tentara Sekutu pada bulan Agustus 1945.<ref name=":1" />
 
=== Periode Kemerdekaan Republik Indonesia ===
Pada saat Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia yang berarti telah melepaskan diri dari penjajahan, maka Wilayah Maluku memasuki babak baru dalam kehidupan pemerintahan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ternate berada dalam wilayah Maluku dan yang menjabat sebagai Gubernur pada saat itu adalah '''Mr. J. Latuharhary'''. Namun, sebelum pemerintah melakukan penataan struktur maupun organisasi pemerintahan, khususnya Maluku, usaha Belanda untuk menguasai Indonesia kembali terjadi. Kedatangan tentara sekutu ke Indonesia ternyata diboncengi oleh tentara '''''Netherlands Indies Civil Administration (NICA)'''''. Pemerintah kolonial Belanda mengukuhkan kekuasaannya pada bulan Januari 1946, dengan membentuk negara-negara yang bersifat kedaerahan yang akan menjadi negara bagian dari Negara Indonesia Serikat.<ref name=":1" />
 
Pada saat itu, Kota Ternate berstatus Keresidenan Ternate dengan wilayahnya mencakup Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau-pulau Batang Dua. Saat itu Distrik Ternate diperintahkan oleh 3 (tiga) Residen secara bergiliran, yaitu:
Baris 199 ⟶ 195:
3. Residen Dede Muchsin Usman Syah (Sultan Bacan) 1957-1958<ref name=":1" />
 
Berdasarkan '''''Gouvernement Besluit''''' Nomor 3.S. 1946 No. 27 Tanggal 9 April 1946, Residen Ternate membentuk Kotapraja ('''''Stadsgeemente''''') Ternate pada tanggal 10 Desember 1946 dengan Dewan Kotapraja ('''''Gementeraact''''') yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang. Kotapraja Ternate dipimpin oleh seorang Wali kota dan untuk pertama kalinya dijabat oleh '''M.A.M. Soleman''' yang merangkap sebagai Ketua Dewan Kota. Kemudian dijabat oleh '''Dano Umar Saifuddin, Hien Diao, Jan Abubakar Wasplat.''' Mayoritas keanggotaan Dewan Kota dipegang oleh pribumi ditambah 2 orang keturunan Cina dan 1 orang keturunan Belanda. Dewan Kota bertindak sebagai penasehat.<ref name=":1" />
 
Kemudian berturut-turut pada tahun 1957 terbentuk DPRD Gotong Royong (DPRD GR) Maluku Utara dan pada tahun 1958 Kotapraja Ternate dibubarkan dan statusnya diturunkan menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Jasin Bopeng. Namun status Kotapraja masih dipertahankan hingga terbit Keputusan Gubernur Maluku tanggal 30 Maret 1965 mengubah status Kota Temate menjadi Kecamatan. Dilanjutkan dengan hasil survei oleh Departemen Dalam Negeri dan usulan dari Bupati Maluku Utara tentang pengangkatan status Kota Ternate menjadi Kota Administratif, maka pada tanggal 11 Maret 1961 Ternate resmi menjadi Kota Administratif. Jabatan Wali kota Administratif sampai tahun 1999 yaitu:
Baris 280 ⟶ 276:
* [[Puncak Gunung Gamalama]]
* [[Keraton Kesultanan Ternate]]
* [[Masjid Raya Al Munawwar Ternate|Masjid Al MunawwarohMunawwar Ternate]]
* [[Ternate Landmark]]
 
Baris 289 ⟶ 285:
 
== Transportasi ==
=== BandarTransportasi Udara ===
[[Bandar Udara Sultan Babullah]] merupakan sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur ini antara lain [[Garuda Indonesia]], [[Citilink]], [[Sriwijaya Air]], Batavia[[Lion Air Group]] ([[Lion Air]], [[Wings Air]] (Group, [[LionBatik Air]]), [[MerpatiSuper AirlinesAir Jet]], [[Express Air]] dan [[Trigana Air Service|Trigana Air]]. Penerbangan dari luar provinsi dapat dilakukan melalui kota [[KotaDaerah MakassarKhusus Ibukota Jakarta|MakassarJakarta]], [[Kota ManadoSurabaya|ManadoSurabaya]], maupun[[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota SorongManado|SorongManado]], dan tersedia juga penerbangan antar kota dalam provinsi yang dapat dipesan langsung pada maskapai terkait.
 
=== PelabuhanTransportasi Laut ===
[[File:Mangga dua seaport.jpg|thumb|Pelabuhan Mangga dua dari udara]]
Kota ini juga memiliki [[https://pelindo.co.id/port/pelabuhan-ternate lautPelabuhan A.Laut Ahmad Yani]] dengan jalur pelayaran yang dilalui kapal [[Pelni]] dua kali perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah [[Mentari]] dan [[Tanto]]. Untuk menyeberang ke pulau-pulau sekitar seperti [[Halmahera]], [[Tidore]], [[Hiri]], [[Moti]], [[Meitara]], dapat menggunakan perahu kecil dari ''fiberglass'' yang umum di sebut ''Speed'' dengan [https://dishubhaltim.amm-mks.co.id/assets/img/peraturan/22c60b4730a23052d6d8893b9e4e4ecb.pdf tarif mulaiyang Rpdisesuaikan] pada tahun 2022 lalu.8.000,-
 
=== Transportasi Darat ===
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil [[Suzuki Carry]]. Sejak akhir tahun [[2005]] telah mulai beroperasi armada [[taksi]] milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit. Selain itu, juga tersedia transportasi lain berupa [[Ojek]] konvensional (luring) maupun daring ([[Gojek]], [[Grab (perusahaan)|Grab]]).
 
== Media ==