Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
 
(70 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Horse examination by Indonesian Agricultural Quarantine Agency officer.jpg|jmpl|kanan|upright=1.2|Seorang [[dokter hewan]] sedang memeriksa kuda impor di instalasi karantina hewan dalam rangka [[Asian Games 2018]].]]
Di [[Indonesia]], praktik ilmu [[kedokteran hewan]] telah berlangsung dan berkembang selama ratusan tahun. Layanan [[dokter hewan]] serta pendidikannya telah dirintis sejak zaman penjajahan Belanda. Per tahun 2019, terdapat 11 universitas yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran hewan. Para dokter hewan memiliki [[Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia]] (PDHI) sebagai [[organisasi profesi]].
 
Di [[Indonesia]], praktik ilmu [[kedokteran hewan]] telah berlangsung dan berkembang selama ratusan tahun. Layanan [[dokter hewan]] serta pendidikannya telah dirintis sejak zaman penjajahan Belanda. Per tahun 2023, terdapat 12 universitas yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran hewan. Para dokter hewan memiliki [[Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia]] (PDHI) sebagai [[organisasi profesi]].
Sebagian dokter hewan di Indonesia membuka layanan praktik, baik secara mandiri maupun berkelompok. Sebagian lainnya bekerja untuk [[Pemerintah Indonesia]], perusahaan swasta, atau organisasi nirlaba dengan memberikan jasa medisnya atau menjadi konsultan, peneliti, dan pengajar. Sebagian dokter hewan juga menjadi wiraswasta di bidang yang berkaitan dengan kesehatan hewan, misalnya usaha peternakan dan pengolahan pangan asal hewan. Meskipun bidang pekerjaannya berbeda-beda, semboyan dokter hewan Indonesia adalah ''manusya mriga satwa sewaka'', yang artinya "mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan".
 
Sebagian dokter hewan di Indonesia membuka layanan praktik secara mandiri maupun berkelompok. Sebagian lainnya bekerja untuk [[Pemerintah Indonesia]], perusahaan swasta, atau organisasi nirlaba dengan memberikan jasa medisnya atau menjadi konsultan, peneliti, dan pengajar. Sebagian dokter hewan juga menjadi wiraswasta di bidang yang berkaitan dengan kesehatan hewan, misalnya usaha obat hewan, serta peternakan dan pengolahan pangan asal hewan. Semboyan dokter hewan Indonesia adalah ''manusya mriga satwa sewaka'', yang artinya "mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan".
 
== Pendidikan ==
[[Berkas:Two Indonesia medical veterinarians examining a cat.jpg|thumb|Dua orang dokter hewan sedang memeriksa kucing]]
=== Sarjana ===
Di Indonesia, pendidikan kedokteran hewan dipelajari di tingkat universitas. Pendidikan sarjana (S1) biasanya ditempuh selama delapan semester. Setelah menyelesaikan tahap ini, seseorang akan mendapatkan gelar [[Sarjana Kedokteran Hewan]] (S.K.H.). Per tahun 20192024, ada 1113 universitasperguruan tinggi yang memiliki fakultas atau program studi kedokteran hewan di Indonesia. Mereka terkumpul dalam Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI). KesebelasPerguruan universitastinggi itutersebut adalah:<ref>{{citation|last=Munawaroh|date=February 2024|title=Potensi dan Kebutuhan Dokter Hewan di Indonesia Saat Ini|magazine=Vetnesia|edition=60|page=6–8|issn=20885458}}</ref>
# [[Universitas Syiah Kuala]] (UnsyiahUSK) — [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]], [[Aceh]]
# [[Universitas Riau]] (Unri) — [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Riau]]
# [[Universitas Negeri Padang]] (UNP) — [[Bukittinggi]], [[Sumatera Barat]]
# [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB) — [[Bogor]], [[Jawa Barat]]
# [[Universitas Padjadjaran]] (Unpad) — [[Bandung]], Jawa Barat
Baris 14 ⟶ 16:
# [[Universitas Airlangga]] (Unair) — [[Surabaya]], [[Jawa Timur]]
# [[Universitas Wijaya Kusuma Surabaya]] (UWKS) — Surabaya, Jawa Timur
# [[Universitas Brawijaya]] (UB) — [[Kota Malang|Malang]], Jawa Timur
# [[Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana|Universitas Udayana]] (Unud) — [[Denpasar]], [[Bali]]
# [[Universitas Pendidikan Mandalika]] (Undikma) — [[Kota Mataram|Mataram]], [[Nusa Tenggara Barat]]
# [[Universitas Nusa Cendana]] (Undana) — [[Kupang]], [[Nusa Tenggara Timur]]
# [[Universitas Hasanuddin]] (Unhas) — [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]
# [[Universitas Nusa Cendana]] (Undana) — [[Kupang]], [[Nusa Tenggara Timur]]
 
{{location map+|Indonesia|float=center |width=600 |caption=Peta lokasi perguruan tinggi dengan fakultas atau program studi kedokteran hewan di Indonesia |places=
{{location map~ |Indonesia|lat=5.567447 |long=95.36854 |label=USK|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=0.494944 |long=101.39873 |label=Unri|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-0.316933|long=100.365906|label=UNP|position=left}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-6.5571 |long=106.71934 |label=IPB|position=left}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-6.92868 |long=107.77309 |label=Unpad|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-7.76752 |long=110.38038 |label=UGM|position=left}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-7.96915 |long=112.58859 |label=UB|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-7.28203 |long=112.70864 |label=UWKS|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-7.2703 |long=112.7854 |label=Unair|position=left}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-8.68268 |long=115.21351 |label=Unud|position=left}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-8.58419 |long=116.08543 |label=Undikma|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-5.13017 |long=119.48631 |label=Unhas|position=right}}
{{location map~ |Indonesia|lat=-10.14828|long=123.66884 |label=Undana|position=right}}
}}{{clear}}
 
=== Pendidikan profesi ===
Setelah memperoleh gelar S.K.H., seseorang dapat mengambil pendidikan profesi (koasistensi) yang memerlukan waktu minimum satudua tahunsemester. Kurikulum nasional program profesi dokter hewan yaitu patologi veteriner, penyakit dalam, bedah, [[kesehatan masyarakat veteriner]], reproduksi, diagnosis laboratoriklaboratorium, dan ditambah dengan kegiatan di luar kampus. Setelah menyelesaikan koasistensi, seseorangseperti diharuskanmagang menjalaniatau pengambilanpraktik sumpah dokter hewan sebelum mendapatkan gelar dokterkerja hewan (drh). Tahapan selanjutnya adalah mendapatkan sertifikat kompetensi melalui kelulusan dalam ujian Sertifikasi Nasional Kompetensi Dokter Hewanlapangan.<ref>{{citation|last=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|year=2009|title=Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Nomor 01/MP2KH/PDHI/V/2009 tentang Ketentuan Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Persyaratan Substantif, Pendidikan Berkelanjutan, Spesialisasi Profesi dan Kodefikasi|url=https://fkh.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/Ketetapan-MP2KH-No.-01-25-Mei-2009.pdf}}</ref> Setelah menyelesaikan seluruh stase koasistensi, seseorang yang telah lulus yudisium akan menjalani pengambilan [[Sumpah Dokter Hewan|sumpah dokter hewan]] sebelum mendapatkan gelar [[dokter hewan]] (drh). Mulai tahun 2021, Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (UKMPPDH) dijadikan "ujian keluar" atau salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan Sertifikat Nasional Kompetensi Dokter Hewan.<ref>{{citation|last=Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi |date=1 Juli 2021|title=Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 94/E/KPT/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan|url=https://skhb.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2021/09/Kepdirjen-Dikti-NOMOR-94_E_KPT_2021-tentang-Petunjuk-Teknis-Juknis-UKMPPDH.pdf}}</ref>
 
=== Pascasarjana ===
Beberapa universitas menyediakan pendidikan pascasarjana untuk ilmu kedokteran hewan, baik tingkat magister (S2) maupun doktor (S3). Meskipun demikian, program studi dan konsentrasi yang ditawarkan berbeda-beda. Sebagai contoh untuk tingkat S2, UGM membuka Program Studi Sains Veteriner dengan enam peminatan dan satu konsentrasi,{{efn|Peminatan Sains Veteriner UGM: (1) Penyakit dan Manajemen Kesehatan Unggas, (2) Bioreproduksi, (3) Biopatologi, (4) Ilmu klinik veteriner, (5) Biosain, (6) Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat Veteriner; serta satu konsentrasi: Epidemiologi Lapangan Veteriner Indonesia.<ref>{{Cite web|date=22 Agustus 2018|title=Kurikulum Magister|url=http://sainvet.fkh.ugm.ac.id/?page_id=23|website=Sain Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UGM|access-date=21 April 2020}}</ref>}} IPBProgram membukaStudi tujuhMagister programIlmu studiBiomedis atauHewan mayorIPB membuka enam peminatan,{{efn|Program Studi S-2 FKHSekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB: (1) Ilmu-ilmuIlmu Faal dan Khasiat Obat, (2) AnatomiParasitologi dan PerkembanganEntomologi Kesehatan, (3) Kesehatan Masyarakat Veteriner, (4) ParasitologiMikrobiologi dan Entomologi KesehatanMedik, (5) MikrobiologiBiologi MedikReproduksi, dan (6) Ilmu Biomedis Hewan, (7) Biologi Reproduksi.<ref>{{Cite web|title=ProgramMagister PascasarjanaIlmu Biomedis Hewan|url=https://fkhskhb.ipb.ac.id/program-pascasarjana/|website=FakultasSekolah Kedokteran Hewan IPB|access-date=21dan April 2021|archive-date=2021-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210421052151/https://fkh.ipb.ac.id/program-pascasarjana/|dead-url=yes}}</ref><ref name=PascasarjanaIPB>{{Cite web|title=Fakultas Kedokteran Hewan|url=https://pasca.ipb.ac.id/fakultas-kedokteran-hewan/|website=PascasarjanaBiomedis IPB|access-date=2113 AprilDesember 20212023}}</ref>}} Unair membuka empat program studi,{{efn|Program Studi S-2 FKH Unair: (1) Ilmu Biologi Reproduksi, (2) Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, (3) Agribisnis Veteriner, (4) Vaksinologi dan Imunoterapeutika.<ref>{{Cite web|title=BerandaProgram Studi S2|url=httphttps://www.fkh.unair.ac.id/new/program-studi-s2|website=Fakultas Kedokteran Hewan Unair|access-date=2113 AprilDesember 20212023}}</ref>}} Unud membuka Program Studi Magister Kedokteran Hewan,<ref>{{Cite web|title=BrosurPasca S2 FKH UNUD 2019Sarjana|url=https://fkhkedokteranhewan.unud.ac.id/postspages/brosur-s2-fkh-unudpasca-2019sarjana|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana|access-date=2113 AprilDesember 2021|archive-date=2021-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210421052149/https://fkh.unud.ac.id/posts/brosur-s2-fkh-unud-2019|dead-url=yes2023}}</ref> sedangkan Unsyiah membuka Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Veteriner.<ref>{{Cite web|title=SejarahProgram S2Studi KesmavetMagister Kesehatan Masyarakat Veteriner|url=httphttps://kesmavet.fkh.unsyiahusk.ac.id/id/sejarah-s2-kesmavet|website=Fakultas Kedokteran Hewan UnsyiahUniversitas Syiah Kuala|access-date=2113 AprilDesember 20212023}}</ref> Sementara itu, program S3 diselenggarakan di IPB,<ref>{{Cite nameweb|title=PascasarjanaIPBDoktor Ilmu Biomedis Hewan|url=https://skhb.ipb.ac.id/doktor-ilmu-biomedis-hewan/|website=Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB|access-date=13 Desember 2023}}</ref> UGM,<ref>{{Cite web|title=Kurikulum Doktor|url=http://sainvet.fkh.ugm.ac.id/?page_id=917|website=Sain Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UGM|access-date=21 April 2021}}</ref> dan Unair.<ref>{{Cite web|title=Home|url=https://sainsvet.fkh.unair.ac.id/program-studi-s3|website=SainsProgram VeterinerStudi Fakultas Kedokteran Hewan UnairS3|access-date=2113 AprilDesember 20212023}}</ref><!-- Terdapat pilihan jalur cepat bagi mahasiswa untuk menempuh koasistensi dan S2 di UGM dan Unair, serta beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kemenristekdikti untuk menempuh S2 dan S3 dalam 4 tahun di UGM dan IPB.-->
 
=== Dokter hewan spesialis ===
== Organisasi profesi ==
Di Indonesia, belum terdapat pendidikan profesi [[dokter hewan spesialis]]. Meskipun demikian, AFKHI dan PDHI telah merancang pendidikan spesialisasi untuk bidang spesialis bedah, radiologi, penyakit dalam, patologi, hewan laboratorium, dan reproduksi.<ref>{{Cite web|title=Spesialis Dokter Hewan|url=https://skhb.ipb.ac.id/spesialis-dokter-hewan/|website=Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB|access-date=13 Desember 2023}}</ref><ref>{{cite book|last=FKH IPB|title=Rencana Strategis Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2015-2020|year=2015|url=https://skhb.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2021/04/Lampiran-1.3-Renstra-FKH-IPB.pdf|publisher=Fakultas Kedokteran Hewan IPB|location=Bogor|p=18}}</ref>
[[Berkas:Logo PDHI1.jpg|jmpl|upright=0.75|Logo PDHI]]
{{main|Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia}}Di Indonesia, [[organisasi profesi]] untuk dokter hewan adalah Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Organisasi ini didirkan pada 9 Januari 1953 di [[Lembang, Bandung Barat|Lembang]], [[Jawa Barat]]. Meskipun demikian, cikal bakal organisasi telah ada sejak zaman Belanda, yaitu pada 1884 dengan nama Perhimpunan Kedokteran Hewan Hindia Belanda.<ref name="SejarahPDHI" /> PDHI memiliki 53 cabang di seluruh provinsi di Indonesia<ref>{{cite web|author=<!--Not stated-->|date=|title=PDHI cabang|url=https://pdhi.or.id/pdhi-cabang/|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|publisher=|access-date=22 Juni 2019|quote=}}</ref> dan membawahi 20 organisasi nonteritorial yang menampung para dokter hewan dengan minat, keahlian, atau bidang kerja yang sama, misalnya [[Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia]] (IDHKI) dan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI).<ref>{{cite web|author=<!--Not stated-->|date=|title=Organisasi Non-Teritorial|url=https://pdhi.or.id/organisasi-non-teritorial/|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|publisher=|access-date=22 Juni 2019|quote=}}</ref> Semboyan dokter hewan Indonesia adalah ''manusya mriga satwa sewaka'', frasa dalam [[bahasa Sanskerta]] yang artinya "mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan".
 
== PekerjaanRiset dan publikasi ==
Para dokter hewan dan ilmuwan terkait yang bekerja sebagai peneliti, misalnya di Pusat Riset Veteriner Bogor, dan para dosen memublikasikan hasil riset mereka dalam konferensi ilmiah, seperti Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) yang diselenggarakan setiap dua tahun.<ref>{{Cite web|title=KIVNAS|url=https://kivnas.com/|website=Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional|access-date=6 April 2022}}</ref> Beberapa [[jurnal ilmiah]] yang diterbitkan untuk memuat hasil riset di bidang kedokteran hewan di antaranya:
{{sect-stub}}
{| class="wikitable sortable"
Ranah pekerjaan dokter hewan dapat ditinjau dari berbagai aspek. Berdasarkan tipe hewan yang dilayani, dokter hewan dapat menangani [[hewan kesayangan]], hewan [[ternak]] dan pangan, serta [[Kehidupan liar|satwa liar]].{{sfn|Prima dkk.|2021|p=1-5}} Pencinta dan pemilik hewan kesayangan, misalnya anjing, kucing, dan burung, hingga [[Hewan peliharaan eksotis|hewan eksotis]] seperti ular dan iguana, telah menyadari pentingnya kesehatan hewan sehingga memerlukan jasa dokter hewan.<ref>{{Cite web|last=|date=18 Juli 2019|title=Persatuan Dokter Hewan Perbaiki Sistem Perizinan Praktik|url=https://www.antaranews.com/berita/963584/persatuan-dokter-hewan-perbaiki-sistem-perizinan-praktik|website=Antara News|access-date=19 Oktober 2021}}</ref> Ternak, yakni hewan yang dipelihara untuk tujuan ekonomi, seperti sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia, perlu dijaga kesehatannya. Pangan yang berasal dari hewan sakit dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Oleh karena itu, kesehatan sapi, kambing, domba, babi, ayam, dan itik yang tergolong dalam sektor peternakan, serta ikan dan udang yang tergolong dalam sektor perikanan, termasuk dalam pengawasan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=7 Oktober 2020|title=Mengurai Peranan Kesehatan Hewan di Sektor Peternakan dan Perikanan|url=http://portal.pdhi.or.id/berita/detail/mengurai-peranan-kesehatan-hewan-di-sektor-peternakan-dan-perikanan|website=PDHI|access-date=19 Oktober 2021}}</ref> Terhadap satwa liar, dokter hewan menangani kesehatannya agar mereka tetap sintas dan terjaga kelestariannya. Harimau sumatra, gajah sumatra, macan dahan, dan beruang madu merupakan [[Daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia|satwa dilindungi]] yang sering kali terluka akibat perburuan liar dan membutuhkan perawatan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=20 April 2021|title=Kisah Dokter Yanti, Belasan Tahun Jadi 'Pahlawan' Bagi Satwa Liar di Hutan Sumatra Semua Halaman|url=https://www.merdeka.com/sumut/kisah-dokter-yanti-belasan-tahun-jadi-pahlawan-bagi-satwa-liar-di-hutan-sumatra.html|website=Merdeka|language=|access-date=19 Oktober 2021}}</ref>
!Nama jurnal
!Penerbit
!Akreditasi<br>SINTA
|-
|''[[Acta Veterinaria Indonesiana]]''<ref>{{Cite web|title=Acta Veterinaria Indonesiana|url=https://journal.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/|website=Institut Pertanian Bogor|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Institut Pertanian Bogor]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Acta Veterinaria Indonesiana|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/detail?id=847|website=Sinta Kemendikbud|access-date=6 April 2022}}</ref>
|-
|''Jurnal Medik Veteriner''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Medik Veteriner|url=https://e-journal.unair.ac.id/JMV|website=Universitas Airlangga|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Airlangga]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Jurnal Medik Veteriner|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/4707|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''[[Jurnal Sain Veteriner]]''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Sain Veteriner|url=https://jurnal.ugm.ac.id/jsv|website=Universitas Gadjah Mada|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Gadjah Mada]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Jurnal Sain Veteriner|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/detail?id=811|website=Sinta Kemendikbud|access-date=6 April 2022}}</ref>
|-
|''[[Jurnal Veteriner]]''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Veteriner|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet|website=Universitas Udayana|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Udayana]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Jurnal Veteriner|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/849|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''[[Jurnal Kedokteran Hewan]]''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Kedokteran Hewan|url=http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKH|website=Universitas Syiah Kuala|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Syiah Kuala]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Jurnal Kedokteran Hewan|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/868|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''[[Wartazoa]]''<ref>{{Cite web|title=Wartazoa|url=http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/index|website=Badan Litbang Kementan RI|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|Pusat Standardisasi Instrumen Peternakan dan Kesehatan Hewan, [[Badan Standar Instrumen Pertanian|BSIP]]
|S2<ref>{{Cite web|title=Wartazoa|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/3386|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''Media Kedokteran Hewan''<ref>{{Cite web|title=Media Kedokteran Hewan|url=https://e-journal.unair.ac.id/MKH/index|website=Universitas Airlangga|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|[[Universitas Airlangga]]
|S3<ref>https://drive.google.com/file/d/1nl8uAtOZFE6zN1aomVdNE4f3klslrbUc/view</ref>
|-
|''Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis''<ref>{{Cite web|title=Journal of Veterinary and Animal Sciences|url=https://journal.fapetunipa.ac.id/index.php/JIPVET|website=JIPVET Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Papua|access-date=18 Agustus 2023}}</ref>
|[[Universitas Papua]]
|S3<ref name=":3" />
|-
|''ARSHI Veterinary Letters''<ref>{{Cite web|title=ARSHI Veterinary Letters|url=https://journal.ipb.ac.id/index.php/arshivetlett|website=Institut Pertanian Bogor|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Institut Pertanian Bogor]]
|S4<ref name=":3">{{cite web|title=Pemberitahuan Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode I Tahun 2023|url=https://arjuna.kemdikbud.go.id/#/pengumuman/592|website=Akreditasi Jurnal Ilmiah Nasional Kemendikbudristek|access-date=18 Agustus 2023}}</ref>
|-
|''Journal of Applied Veterinary Science and Technology''<ref name=":4">{{Cite web|title=Journal of Applied Veterinary Science And Technology|url=https://e-journal.unair.ac.id/JAVeST/|website=JAVES Jurnal Universitas Airlangga|access-date=15 Agustus 2023}}</ref>
|[[Universitas Airlangga]]
|S4<ref name=":4" />
|-
|''Buletin Veteriner Udayana''<ref>{{Cite web|title=Buletin Veteriner Udayana|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet|website=Buletin Veteriner Udayana|access-date=18 Agustus 2023}}</ref>
|[[Universitas Udayana]]
|S4<ref>https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet</ref>
|-
|''[[Indonesia Medicus Veterinus]]''<ref>{{Cite web|title=Indonesia Medicus Veterinus|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/imv|website=Universitas Udayana|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Udayana]]
|S4<ref>{{Cite web|title=Indonesia Medicus Veterinus|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/3552|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''[[Jurnal Kajian Veteriner]]''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Kajian Veteriner|url=https://ejurnal.undana.ac.id/JKV|website=Universitas Nusa Cendana|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Nusa Cendana]]
|S4<ref>{{Cite web|title=Jurnal Kajian Veteriner|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/7078|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''[[Jurnal Riset Veteriner Indonesia]]''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Riset Veteriner Indonesia|url=https://journal.unhas.ac.id/index.php/jrvi/about|website=Universitas Hasanuddin|access-date=6 April 2022}}</ref>
|[[Universitas Hasanuddin]]
|S4<ref>{{Cite web|title=Jurnal Riset Veteriner Indonesia|url=https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/6015|website=Sinta Kemendikbud|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|-
|''Vitek Bidang Kedokteran Hewan''<ref>{{Cite web|title=VITEK: Bidang Kedokteran Hewan|url=https://vitek-fkh.uwks.ac.id/index.php/jv|website=Universitas Wijaya Kusuma Surabaya|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|[[Universitas Wijaya Kusuma Surabaya]]
|S4<ref name=":3" />
|-
|''Current Biomedicine''
|[[Institut Pertanian Bogor]]
|–
|-
|''Jurnal Veteriner dan Biomedis''
|[[Institut Pertanian Bogor]]
|–
|-
|''Journal of Basic Medical Veterinary''<ref>{{Cite web|title=Journal of Basic Medical Veterinary|url=https://e-journal.unair.ac.id/JBMV/index|website=Universitas Airlangga|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|[[Universitas Airlangga]]
|–
|-
|''Veterinary Biomedical and Clinical Journal''<ref>{{Cite web|title=Veterinary Biomedical and Clinical Journal|url=https://vbcj.ub.ac.id/index.php/vbcj|website=VBCJ Jurnal Universitas Udayana|access-date=18 Agustus 2023}}</ref>
|[[Universitas Brawijaya]]
|–
|-
|''Journal of Veterinary and Animal Sciences''<ref>{{Cite web|title=Journal of Veterinary and Animal Sciences|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvas|website=JVAS Jurnal Universitas Udayana|access-date=15 Agustus 2023}}</ref>
|[[Universitas Udayana]]
|–
|-
|''Jurnal Veteriner Nusantara''<ref>{{Cite web|title=Jurnal Veteriner Nusantara|url=https://ejurnal.undana.ac.id/jvn|website=ejurnal.undana.ac.id|access-date=13 Juli 2024}}</ref>
|[[Universitas Nusa Cendana]]
|–
|-
|''Buletin Veteriner Farma''<ref>{{Cite web|title=Buletin Veteriner Farma|url=http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17920|website=Repositori Publikasi Kementerian Pertanian|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma, Ditjen PKH
|–
|-
|''Buletin Diagnosa Veteriner''<ref>{{Cite web|title=Buletin Diagnosa Veteriner|url=http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8682|website=Repositori Publikasi Kementerian Pertanian|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|Balai Besar Veteriner Maros, [[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan|Ditjen PKH]]
|–
|-
|''Velabo: Buletin Laboratorium Veteriner''<ref>{{Cite web|title=Buletin Laboratorium Veteriner|url=http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6314|website=Repositori Publikasi Kementerian Pertanian|access-date=31 Desember 2022}}</ref>
|Balai Veteriner Lampung, Ditjen PKH
|–
|-
|''Jurnal Patologi Veteriner Indonesia''<ref>{{cite web|title=Jurnal Patologi Veteriner Indonesia|url=https://www.apvi-patologi.org/publikasi/jpvi|website=Asosiasi Patologi Veteriner Indonesia|access-date=18 Agustus 2023}}</ref>
|[[Asosiasi Patologi Veteriner Indonesia]]
|–
|}
 
== Penerapan ilmu ==
Pada [[sektor publik]] atau pemerintahan, dokter hewan yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil dapat bekerja sebagai [[medik veteriner]] atau [[dokter hewan karantina]]. Keduanya merupakan [[Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara|jabatan fungsional]] yang hanya bisa diduduki oleh dokter hewan.<ref>{{citation|last=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi|year=2012|title=Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Angka Kreditnya|url=https://jdih.menpan.go.id/puu-279-Peraturan%20Menpan.html|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI}}{{Pranala mati|date=Februari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{citation|last=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi|year=2018|title=Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Dokter Hewan Karantina|url=https://jdih.menpan.go.id/data_puu/Permenpan%20No%2017%20Tahun%202018.pdf|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI}}{{Pranala mati|date=Februari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Selain itu, dokter hewan pemerintah juga bisa bekerja sebagai dosen, peneliti, dan jabatan lain yang memerlukan ilmu dan keahlian dokter hewan. Pada sektor swasta, selain membuka praktik di klinik hewan atau rumah sakit hewan, dokter hewan juga bekerja pada berbagai industri, misalnya peternakan, farmasi, dan keamanan pangan.<ref>{{Cite web|date=2 November 2018|title=Seminar Nasional Peran Dokter Hewan dalam Menghadapi Permasalahan Industri Perunggasan Pasca Larangan AGP|url=https://ugm.ac.id/id/agenda/453-seminar-nasional-peran-dokter-hewan-dalam-menghadapi-permasalahan-industri-perunggasan-pasca-larangan-agp|website=UGM|access-date=19 Oktober 2021}}</ref>{{sfn|Prima|2020|p=42}}
[[Berkas:Two Indonesia medical veterinarians examining a cat.jpg|thumb|Dua orang dokter hewan sedang memeriksa kucing]]
Ilmu kedokteran hewan diterapkan oleh dokter hewan, dan dalam lingkup yang lebih terbatas, oleh sarjana kedokteran hewan dan [[paramedik veteriner]]. Ketiganya digolongkan sebagai tenaga kesehatan hewan. Jumlah dokter hewan di Indonesia berkisar dari 15 ribu<ref>{{Cite web|date=28 Januari 2022|title=Indonesia Kekurangan 55 ribu Dokter Hewan|url=https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/indonesia-kekurangan-55-ribu-dokter-hewan-1xOasPx9VZ9|website=Kumparan|access-date=8 April 2022}}</ref> hingga 20 ribu orang.<ref>{{Cite web|date=5 Oktober 2020|title=Jumlah Dokter Hewan di Indonesia Tak Sampai Setengah dari yang Dibutuhkan|url=https://portal.pdhi.or.id/berita/detail/jumlah-dokter-hewan-di-indonesia-tak-sampai-setengah-dari-yang-dibutuhkan|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|access-date=8 April 2022|archive-date=2022-05-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220520101208/http://portal.pdhi.or.id/berita/detail/jumlah-dokter-hewan-di-indonesia-tak-sampai-setengah-dari-yang-dibutuhkan|dead-url=yes}}</ref>
 
Ranah pekerjaan dokter hewan dapat ditinjau dari berbagai aspek. Berdasarkan tipe hewan yang dilayani, dokter hewan dapat menangani [[hewan kesayangan]], hewan [[ternak]], hingga [[satwa liar]].{{sfn|Prima dkk.|2021|p=1-5}} Pencinta dan pemilik hewan kesayangan, misalnya anjing, kucing, dan burung, hingga [[Hewan peliharaan eksotis|hewan eksotis]] seperti ular dan iguana, telah menyadari pentingnya kesehatan hewan sehingga memerlukan jasa dokter hewan.<ref>{{Cite web|last=|date=18 Juli 2019|title=Persatuan Dokter Hewan Perbaiki Sistem Perizinan Praktik|url=https://www.antaranews.com/berita/963584/persatuan-dokter-hewan-perbaiki-sistem-perizinan-praktik|website=Antara News|access-date=19 Oktober 2021}}</ref> Ternak, yakni hewan yang dipelihara untuk tujuan ekonomi, seperti sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia, perlu dijaga kesehatannya. Pangan yang berasal dari hewan sakit dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Oleh karena itu, kesehatan sapi, kambing, domba, babi, ayam, dan itik yang tergolong dalam sektor peternakan, serta ikan dan udang yang tergolong dalam sektor perikanan, termasuk dalam pengawasan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=7 Oktober 2020|title=Mengurai Peranan Kesehatan Hewan di Sektor Peternakan dan Perikanan|url=http://portal.pdhi.or.id/berita/detail/mengurai-peranan-kesehatan-hewan-di-sektor-peternakan-dan-perikanan|website=PDHI|access-date=19 Oktober 2021|archive-date=2021-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211019043844/http://portal.pdhi.or.id/berita/detail/mengurai-peranan-kesehatan-hewan-di-sektor-peternakan-dan-perikanan|dead-url=yes}}</ref> Terhadap satwa liar, dokter hewan menangani kesehatannya agar mereka tetap sintas dan terjaga kelestariannya. Harimau sumatra, gajah sumatra, badak,<ref>{{Cite web|last=Rahmawati|first=Fatimah|date=13 Agustus 2020|title=Lestarikan Badak Sumatra, Seorang Dokter Hewan Dedikasikan Hidupnya hingga Tutup Usia|url=https://m.merdeka.com/sumut/penuh-pengabdian-dokter-hewan-ini-dedikasikan-hidupnya-demi-lestarikan-badak-sumatra.html|website=merdeka.com|access-date=9 Desember 2022}}</ref> macan dahan, dan beruang madu merupakan [[Daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia|satwa dilindungi]] yang sering kali terluka akibat perburuan liar dan membutuhkan perawatan dokter hewan.<ref>{{Cite web|date=20 April 2021|title=Kisah Dokter Yanti, Belasan Tahun Jadi 'Pahlawan' Bagi Satwa Liar di Hutan Sumatra Semua Halaman|url=https://www.merdeka.com/sumut/kisah-dokter-yanti-belasan-tahun-jadi-pahlawan-bagi-satwa-liar-di-hutan-sumatra.html|website=Merdeka|language=|access-date=19 Oktober 2021}}</ref>
 
Pada [[sektor publik]] atau pemerintahan, dokter hewan yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil dapat bekerja sebagai [[medik veteriner]] atau [[dokter hewan karantina]]. Keduanya merupakan [[Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara|jabatan fungsional]] yang hanya bisa diduduki oleh dokter hewan.<ref>{{citation|last=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi|year=2012|title=Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Angka Kreditnya|url=https://peraturan.bpk.go.id/Details/132837/permen-pan-rb-no-52-tahun-2012|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI}}</ref><ref>{{citation|last=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi|year=2018|title=Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Dokter Hewan Karantina|url=https://peraturan.bpk.go.id/Details/132518/permen-pan-rb-no-17-tahun-2018|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI}}</ref> Selain itu, dokter hewan pemerintah juga bisa bekerja sebagai dosen, peneliti, dan jabatan lain yang memerlukan ilmu dan keahlian dokter hewan. Pada sektor swasta, selain membuka praktik di klinik hewan atau rumah sakit hewan, dokter hewan juga bekerja pada berbagai industri, misalnya peternakan, farmasi, dan keamanan pangan.<ref>{{Cite web|date=2 November 2018|title=Seminar Nasional Peran Dokter Hewan dalam Menghadapi Permasalahan Industri Perunggasan Pasca Larangan AGP|url=https://ugm.ac.id/id/agenda/453-seminar-nasional-peran-dokter-hewan-dalam-menghadapi-permasalahan-industri-perunggasan-pasca-larangan-agp|website=UGM|access-date=19 Oktober 2021}}</ref>{{sfn|Prima|2020|p=42}}
 
== Organisasi profesi ==
[[Berkas:Logo PDHI1.jpg|jmpl|upright=0.75|Logo PDHI]]
{{main|Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia}}Di Indonesia, [[organisasi profesi]] untuk dokter hewan adalah Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Organisasi ini didirikan pada 9 Januari 1953 di [[Lembang, Bandung Barat|Lembang]], [[Jawa Barat]]. Meskipun demikian, cikal bakal organisasi telah ada sejak zaman Belanda, yaitu pada 1884 dengan nama Perhimpunan Kedokteran Hewan Hindia Belanda.<ref name="SejarahPDHI" /> PDHI memiliki 53 cabang di seluruh provinsi di Indonesia<ref>{{cite web|title=PDHI cabang|url=https://pdhi.or.id/pdhi-cabang/|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|publisher=|access-date=22 Juni 2019|quote=|archive-date=2021-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210424050850/https://pdhi.or.id/pdhi-cabang/|dead-url=yes}}</ref> dan membawahi 20 unit peminatan nonteritorial yang menampung para dokter hewan dengan minat, keahlian, atau bidang kerja yang sama, misalnya [[Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia]] (IDHKI) dan Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI).<ref>{{cite web|title=Organisasi Non-Teritorial|url=https://pdhi.or.id/organisasi-non-teritorial/|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|publisher=|access-date=22 Juni 2019|quote=|archive-date=2021-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210424050852/https://pdhi.or.id/organisasi-non-teritorial/|dead-url=yes}}</ref> Semboyan dokter hewan Indonesia adalah ''manusya mriga satwa sewaka'', frasa dalam [[bahasa Sanskerta]] yang artinya "mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan".<ref>{{Cite web|title=Kehidupan Akademis|url=https://skhb.ipb.ac.id/kehidupan-akademis/|website=Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University|language=|access-date=5 November 2023}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 41 ⟶ 172:
Ilmu kedokteran hewan telah diterapkan sejak zaman [[penjajahan Belanda]]. Hal ini bermula pada tahun 1820 saat R.A. Coppicters, dokter hewan asal [[Belanda]] datang ke [[Hindia Belanda]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://edukasi.kompas.com/read/2010/01/07/09213184/Seabad.Dokter.Hewan.Indonesia|title=Seabad Dokter Hewan Indonesia|last=Tjahjono|first=Subur|date=7 Januari 2010|website=Kompas|language=|archive-url=https://web.archive.org/web/20200103132645/https://edukasi.kompas.com/read/2010/01/07/09213184/Seabad.Dokter.Hewan.Indonesia?page=all|archive-date=3 Januari 2020|access-date=3 Januari 2020}}</ref><ref name="SejarahPKH">{{cite web|title=Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan|url=https://ditjennak.pertanian.go.id/pages/45/sejarah.html|website=Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI|access-date=3 Januari 2020|archive-date=2021-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210421033118/https://ditjennak.pertanian.go.id/pages/45/sejarah.html|dead-url=yes}}</ref> Ia bertugas menangani hewan-hewan yang penting bagi pemerintah kolonial Belanda, misalnya kuda milik pasukan militer. Pada masa ini, dokter yang menangani hewan disebut ''vee arts'' yang secara harfiah artinya dokter ternak. Istilah ini mengakibatkan hewan nonternak seperti anjing, kucing, dan satwa liar tidak masuk dalam cakupan ilmu kedokteran hewan.{{sfn|Sitepoe|2017|p=4}}
 
Lembaga pemerintah yang menangani urusan kedokteran hewan dibentuk pada tahun 1841, yaitu Jawatan Kedokteran Hewan (Veeartsenijkundige Dienst),<ref name="SejarahPKH" /> yang kemudian berubah menjadi Jawatan Kedokteran Hewan Sipil (Burgerlijke Veeartsenijkundige Dienst) pada 1853.{{sfn|Barwegen|2010|p=92}} Pada tahun 1851, tercatat beberapa dokter hewan Belanda di Indonesia.{{efn|Sebuah sumber menyatakan bahwa hanya ada dua dokter hewan,{{sfn|Sigit|2003|p=1}} sedangkan sumber lainnya{{sfn|Barwegen|2010|p=92}} menyatakan ada lima dokter hewan di Indonesia pada tahun 1851.}} Keterbatasan jumlah dokter hewan menjadikan layanan tidak maksimal. Dalam periode 1853-18691853–1869, hanya tiga dokter hewan yang melayani seluruh [[Pulau Jawa]]; masing-masing di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.{{sfn|Barwegen|2010|p=94}} Baru pada tahun 1869, dua dokter hewan ditempatkan di luar Pulau Jawa: satu di [[Sumatra]] dan satu di [[Sulawesi]].{{sfn|Barwegen|2010|p=94}}
 
Belanda mendirikan sekolah dokter hewan yang disebut Inlandsche Veeartsen School (IVS) di [[Surabaya]] pada tahun 1861.{{sfn|Sigit|2003|p=1}}{{sfn|Dharmojono|2019|p=60}} Pimpinan sekolah ini adalah Dr. J. van der Weide.{{sfn|Sigit|2003|p=1}}{{efn|Sumber lain menuliskan nama pimpinan IVS adalah Dr. J. van der Helde{{sfn|Dharmojono|2019|p=60}}<ref name="Sulsel">{{cite web|date=28 Juli 2017|last=Kambie|first=A.S.|title=Inilah Selusin Fakta tentang Sarjana Pertama di Sulsel dari Kedokteran Hewan|url=https://makassar.tribunnews.com/2017/07/28/inilah-selusin-fakta-tentang-sarjana-pertama-di-sulsel-dari-kedokteran-hewan|website=Tribun Timur|access-date=3 Januari 2020}}</ref>}} Pendidikan dilangsungkan selama dua tahun dengan menerima para bumiputra ([[pribumi-Nusantara]]) sebagai siswanya. Namun, IVS ditutup pada tahun 1875 setelah hanya menghasilkan delapan dokter hewan bumiputra (''inlandsche veearts'') selama sembilan tahun.{{sfn|Sigit|2003|p=1}}
 
Setelah itu, pada 1875–1880, pendidikan dilakukan dalam bentuk magang pada dokter hewan pemerintah (''gouvernements veearts'') di [[Purwokerto]].{{sfn|Dharmojono|2019|p=60}}{{sfn|Sigit|2003|p=1}} Ada sembilan pemuda bumiputra yang magang pada tujuh orang dokter hewan pemerintah; delapan di antaranya diluluskan pada tahun 1880 sebagai dokter hewan bumiputra.{{sfn|Sigit|2003|p=1}} Tak berselang lama, wabah penyakit hewan melanda Hindia Belanda, mulai dari [[sampar sapi]] pada tahun 1875, [[antraks]] dan [[septisemia epizotik]] pada 1884, [[surra]] pada 1886, dan [[penyakit mulut dan kuku]] pada 1887.<ref name=":0"/><ref name="SejarahPDHI">{{cite web |url=https://pdhi.or.id/sejarah/|title=Sejarah Organisasi Kedokteran Hewan di Indonesia|website=Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia|publisher=|access-date=22 Juni 2019|archive-date=2020-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20200218221652/http://pdhi.or.id/sejarah/|dead-url=yes}}</ref><ref name=":0"/> [[Rabies]], penyakit mematikan pada hewan dan manusia, pertama kali [[Rabies di Indonesia|ditemukan di Indonesia]] pada tahun 1884 pada seekor kerbau. Selanjutnya, penyakit ini juga ditemukan pada anjing pada tahun 1889 dan manusia pada 1894.<ref>{{Cite book|last1=Kementerian Pertanian RI|last2=Organisasi Pangan dan Pertanian|last3=Perlindungan Hewan Dunia|year=2019|url=https://drive.google.com/file/d/151RW6oLrbNmN_GU0VcRAr6ur0NsKMRMz/view|title=Masterplan Nasional Pemberantasan Rabies di Indonesia|location=Jakarta|publisher=|page=8–9|author-link1=Kementerian Pertanian Republik Indonesia|author-link2=Organisasi Pangan dan Pertanian}}</ref> Organisasi dokter hewan pertama pun berdiri pada tahun 1884 dengan nama Perhimpunan Kedokteran Hewan Hindia Belanda (Nederland-Indische Vereeniging voor Diergeneeskunde) untuk mengatasi wabah-wabah tersebut.<ref name="SejarahPDHI"/>
 
Usul penggabungan pendidikan dokter hewan dan pendidikan dokter pada [[School tot Opleiding van Indische Artsen|STOVIA]] (Sekolah Pendidikan Dokter Hindia) pernah dilontarkan oleh Direktur Departemen Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur).{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Meskipun gagasan ini disetujui Menteri Urusan Jajahan (''Minister van Kolonien'') di Belanda, tetapi karena keberatan yang disampaikan Direktur Departemen Pendidikan, Keibadatan, dan Kerajinan (''Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid'') dan direktur STOVIA, usul ini tidak terlaksana.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}
Baris 52 ⟶ 183:
Keberadaan rabies membuat Pemerintah Hindia Belanda membuat ordonansi (peraturan) tentang penyakit anjing gila sepanjang 1905–1915. ''Staatsblad'' Tahun 1906 Nomor 283, misalnya, mewajibkan pemilik anjing untuk melaporkan jumlah anjingnya dan memberi identitas berupa medali, serta membayar pajak anjing.<ref>{{Cite web|last=Hanggoro|first=Hendaru Tri|date=11 Oktober 2018|title=KTP dan Pajak Anjing|url=https://historia.id/urban/articles/ktp-dan-pajak-anjing-PM1rw|website=Historia|language=|access-date=23 April 2021}}</ref> Sementara itu, peraturan pertama yang khusus mengatur kesehatan hewan adalah ''Staatsblad'' Tahun 1912 Nomor 432 tentang Peninjauan Kembali Ketentuan-Ketentuan tentang Pengawasan Pemerintah dalam Bidang Kehewanan dan Polisi Kehewanan.{{efn|Ordonansi ini juga sering disebut sebagai ''Staatsbladd'' tentang Campur Tangan Pemerintah Bidang Kehewanan.{{sfn|Sitepoe|2017|p=31}}}} Ordonansi ini mengatur beberapa hal, seperti lembaga yang menangani urusan kehewanan, hak pemerintah dalam ekspor dan impor hewan untuk mencegah terbawanya penyakit, pengaturan tentang [[otoritas veteriner]], dan pemberantasan penyakit hewan menular.{{sfn|Sitepoe|2017|p=32}}
 
Otoritas veteriner atau kewenangan medis dokter hewan diatur dalam ''Staatsblad'' No. 432 Pasal 34 Ayat 1 yang jika diterjemahkan, artinya, "Kewenangan Medis Veteriner atau ''Veeartsnijkundige'' berupa keahlian dan kewenangan dimiliki oleh dokter hewan secara melekat sesudah lulus dari fakultas kedokteran hewan di Indonesia maupun di Negeri Belanda".{{sfn|Sitepoe|2017|p=3}} Selain itu, ''Staatsblad'' Tahun 1915 nomor 732 yang mengesahkan [[Kitab Undang-Undang Hukum Pidana]] (KUHP) juga mengatur tentang kehewanan.{{efn|Ada 11 pasal dalam KUHP yang berkenaan dengan hewan, yaitu Pasal 101, 271, 302, 406, 407, 490, 494, 501, 540, 541, dan 549}}{{sfn|Sitepoe|2017|p=76}} Baik menurut ''Staatsblad'' No. 432 maupun KUHP, definisi ternak hanya mencakup [[hewan pemamah biak]], [[hewan berkuku ganjil|hewan berkuku satu]], dan [[babi]] sehingga dokter hewan (lebih tepatnya dokter ternak) hanya menangani hewan-hewan tersebut.{{sfn|Sitepoe|2017|p=6-7}}
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Veeartsenijschool te Buitenzorg TMnr 10013158.jpg|jmpl|kanan|upright=1|Sekolah kedokteran hewan di Bogor (foto diambil antara 1900–1940).]]
Baris 58 ⟶ 189:
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Veeartsenijkundig Laboratorium te Buitenzorg TMnr 10013162.jpg|jmpl|kiri|upright=1|Praktikum di sekolah kedokteran hewan Bogor]]
Awalnya, kursus ini berada di bawah pengawasan [[Jacob Christiaan Koningsberger|J.C. Koningsberger]], Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908, L. de Blieck menjadi pimpinan laboratorium veteriner dan tahun berikutnya ia juga diberi tugas memimpin kursus.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Pada tahun 1910 terjadi perubahan nama, ”Inlandsche Veeartsenschool” (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra) dipilih untuk menggantikan nama kursus, sedangkan jabatan kepala sekolah (sekaligus kepala laboratorium) berubah menjadi direktur.<ref name="prio"/> Seorang siswa asal [[Minahasa]], Johannes Alexander Kaligis, lulus pada tahun 1910 sebagai dokter hewan Indonesia yang pertama.<ref name=":0"/>{{sfn|Dharmojono|2019|p=60}} Pada tahun 2010, seratus tahun setelah kelulusan Kaligis, dilakukan perayaan satu abad dokter hewan Indonesia.<ref name=":0"/>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dipbak van Veeartsenijkundig Instituut te Buitenzorg TMnr 10013161.jpg|jmpl|kanan|upright=0.8|Bak celup untuk men[[disinfeksi]] ternak di sekolah kedokteran hewan Bogor.]]
Pada tahun 1914, nama pendidikan diubah lagi menjadi Sekolah Kedokteran Hewan Hindia Belanda (Nederlands Indische Veeartsenschool, disingkat NIVS).<ref name="prio"/> Sekolah ini menerima berbagai golongan, tidak hanya siswa bumiputra. NIVS lalu mengalami kemunduran karena kembali disatukan dengan laboratorium menjadi Institut Veteriner (Veeartsenijkundig Instituut, disingkat VI).{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Namun pada tahun 1919, NIVS kembali dipisahkan dari institut dan berdiri sendiri.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} [[Bahasa Jerman]] ikut diajarkan supaya siswa-siswanya dapat membaca buku-buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Lulusan NIVS yang berkinerja baik diberi kesempatan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di [[Utrecht (provinsi)|Utrecht]], Belanda, dengan langsung menjadi mahasiswa tingkat III.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}} Selain Kaligis, dokter hewan Indonesia yang lulus dari Utrecht yaitu Soeparwi (kelak menjadi dekan pertama Fakultas Kedokteran Hewan UGM), Iskandar Titus, dan A.A. Ressang.<ref name=":0"/>{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}} Pada 1942, Institut Veteriner diubah menjadi Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH), yang kemudian mengalami beberapa perubahan nama lagi pascakemerdekaan Indonesia.<ref name=":2" />
 
Pada masa pendudukan [[Jepang]], nama NIVS diubah menjadi Bogor Semon Zui Gakko.<ref name="prio"/> Sekolah ini akhirnya ditutup saat Jepang menyerah kepada tentara sekutu. Jumlah dokter hewan Indonesia yang dihasilkan sejak IVS didirikan, lalu berganti nama menjadi NIVS, dan terakhir Semon Zui Gakko, adalah 143 orang.{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}}
Baris 67 ⟶ 198:
=== Masa setelah kemerdekaan ===
==== Tahun 1945–1949 ====
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Sekolah Dokter Hewan (SDH) di Bogor dibuka kembali. Status SDH ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) sesuai Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280a/Per. tanggal 20 September 1946 dengan lama pendidikan lima tahun.<ref name=“sugm”"sugm">{{cite web|title=Sejarah Singkat|url=https://fkh.ugm.ac.id/sejarah-pendirian/|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada|date=2 Juni 2017|access-date=4 Januari 2020}}</ref> Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]] membuka PTKH secara resmi pada bulan November 1946 dengan Dr. Mohede sebagai rektor magnifikus, sebutan bagi pemimpin PTKH.{{sfn|Sigit|2003|p=3}}
 
Pergolakan [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Perang Kemerdekaan Indonesia]] menyebabkan PTKH dikuasai Belanda sehingga aktivitas perkuliahan terhenti.<ref name=“sugm”"sugm"/> Pada tahun 1947, atas persetujuan rektor PTKH dan Kementerian Kemakmuran, kelas pararel bernama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-RI) dibuka di [[Kabupaten Klaten|Klaten]], Jawa Tengah.{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}}{{sfn|Sigit|2003|p=3}} Sementara di Bogor pada bulan Mei 1948, Belanda membentuk Faculteit der Diergeneeskunde (Fakultas Kedokteran Hewan) yang menjadi bagian dari [[Universiteit van Indonesie|Universiteit van Indonesië]].{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}}{{sfn|Sigit|2003|p=3}}
 
Ketika [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] sebagai ibu kota RI diserbu dalam peristiwa [[Agresi Militer Belanda II]] pada 19 Desember 1948, PTKH-RI ditutup.{{sfn|Sigit|2003|p=3}} Kelas PTKH-RI dibuka kembali pada 1 November 1949 setelah Yogyakarta berada dalam penguasaan Pemerintah RI, tetapi lokasinya dipindah dari Klaten ke Yogyakarta.{{sfn|Sigit|2003|p=3}} Pada tanggal 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi di Yogyakarta bergabung menjadi [[Universitas Gadjah Mada|Universiteit Negeri Gadjah Mada]], dan PTKH-RI menjelma menjadi Fakultit Kedokteran Hewan UGM.<ref name=“sugm”"sugm"/> Sebagai dekan pertama FKH UGM, salah satu perjuangan Soeparwi adalah mengubah istilah ''vee arts'' (dokter ternak) menjadi ''dieren arts'' (dokter hewan) sehingga cakupan ilmu dan pelayanan profesi ini menjadi lebih luas. Periode konflik dengan Belanda akhirnya usai setelah [[Konferensi Meja Bundar]] berlangsung sukses dan kedaulatan Indonesia dipulihkan pada 27 Desember 1949.
 
==== Tahun 1950–1999 ====
Indonesia diterima sebagai anggota [[Organisasi Kesehatan Hewan Dunia]] (OIE) pada tahun 1950. Sebagai negara anggota, salah satu kewajiban Indonesia adalah mengirimkan pemberitahuan (notifikasi) atas kejadian sejumlah penyakit hewan tertentu di negaranya. Kewajiban ini dilakukan guna menegakkan prinsip transparasi dan pelaporan mengenai situasi penyakit hewan di dunia.<ref>{{citation|last=Naipospos|first=Tri Satya Putri|date=17 Desember 2019|title=Aturan OIE: Notifikasi Wabah Penyakit Hewan Menular dan Implikasinya|url=http://vlm.ub.ac.id/pluginfile.php/42658/mod_resource/content/1/Aturan%20OIE.pdf|publisher=Seminar Nasional "Apakah Penyakit African Swine Fever Sudah Ada di Indonesia?"|location=Jakarta}}</ref>
 
Pada tanggal 3 Februari 1950 [[Universitas Indonesia|Universiteit Indonesia]] dibentuk yang terdiri atas beberapa fakulteit, di antaranya pertanian dan kedokteran hewan di Bogor. Nama Faculteit der Diergeneeskunde diubah menjadi Fakulteit Kedokteran Hewan Universiteit Indonesia (FKH-UI).<ref name="sipb">{{cite web|title=Selayang Pandang|url=http://fkh.ipb.ac.id/profil/sejarah/|website=Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor|access-date=8 Januari 2020|archive-date=2020-03-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20200321120747/http://fkh.ipb.ac.id/profil/sejarah/|dead-url=yes}}</ref> Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1955, istilah fakultit (yang digunakan UGM) dan fakulteit (yang digunakan UI) kemudian diseragamkan menjadi fakultas, sedangkan universiteit diubah menjadi universitas.<ref>{{cite web|title=Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1955|url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24736/node/945/uu-no-10-tahun-1955-pengubahan-nama-universiteit,-universitet,-universitit,-faculteit,-facultet-dan-facultit-menjadi-universitas-dan-fakultas|website=Hukum Online|accessdate=8 Januari 2020}}</ref>
 
Untuk menangani [[penyakit mulut dan kuku]] (PMK) yang meluas, pemerintah mendirikan Balai Penyelidikan Penyakit Mulut dan Kuku (BPPMK) di Surabaya pada tahun 1952. Nama lembaga ini kemudian terus berubah, yaitu menjadi Lembaga Penyidikan Penyakit Mulut dan Kuku (tahun 1955) dan Lembaga Penyakit Mulut Kuku (1959). Lembaga ini pertama kali menghasilkan vaksin PMK sebanyak 58.300 dosis pada tahun 1964.<ref name=":1">{{Cite web|last=Luthfi|first=Wihdi|date=17 Februari 2020|title=Success Story Pembebasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/02/17/success-story-pembebasan-penyakit-mulut-dan-kuku-pmk-di-indonesia|website=Good News from Indonesia|language=|access-date=24 April 2021}}</ref> Saat peran lembaga ini dibutuhkan untuk menangani lebih banyak penyakit, seperti rabies dan [[Penyakit newcastle|penyakit Newcastle]], namanya pun diubah menjadi Lembaga Virologi Kehewanan (1967), lalu Pusat Veterinaria Farma (1978), dan terakhir Pusat Veteriner Farma (2012), yang bertugas melaksanakan produksi, pengujian, distribusi, dan pemasaran, serta pengembangan produksi vaksin, antisera, diagnostika, dan bahan biologis lainnya.<ref>{{Cite web|title=Sejarah|url=http://pusvetma.ditjenpkh.pertanian.go.id/sejarah|website=Pusat Veteriner Farma|access-date=24 April 2021}}</ref>
Baris 86 ⟶ 217:
Di [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]], Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan dibentuk pada 17 Oktober 1960 sebagai bagian dari [[Universitas Sumatera Utara]].<ref name="sunsyiah">{{cite web|url=http://fkh.unsyiah.ac.id/id/sejarah|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Pada 2 September 1961, [[Universitas Syiah Kuala]] (Unsyiah) didirikan melalui Keputusan [[Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia|Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan]] (PTIP) Nomor 11 tahun 1961 tanggal 21 Juli 1961 dengan FKHP sebagai salah satu fakultasnya.<ref>{{cite web|url=https://unsyiah.ac.id/profil/sejarah|title=Sejarah|website=Universitas Syiah Kuala|accessdate=9 Januari 2020}}</ref>{{efn| Nama FKHP Unsyiah belakangan berubah menjadi FKH Unsyiah pada 10 Oktober 1985 ketika Jurusan Peternakan diintegrasikan ke dalam Fakultas Pertanian.<ref name="sunsyiah"/>}}
 
Di [[Jawa Timur]], pendidikan kedokteran hewan dibentuk atas kerja sama [[Universitas Airlangga]] [[Surabaya]] dan [[Universitas Brawijaya]] [[Malang]]. Universitas Brawijaya mendirikan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FHKP) pada tahun 1961 yang kemudian diresmikan melalui Keputusan Menteri PTIP Nomor 92 Tahun 1962 dengan berada di bawah naungan Universitas Airlangga.<ref name="sub">{{cite web|url=https://ub.ac.id/id/about/history/|title=Sejarah|website=Universitas Brawijaya|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Pada tahun berikutnya, FKHP dikelola sepenuhnya oleh Universitas Brawijaya melalui Keputusan Menteri PTIP Nomor 1 Tahun 1963.<ref name="sub"/> Di Bogor, pada 1 September 1963 pemerintah membentuk [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB) melalui Keputusan Menteri PTIP Nomor 91 Tahun 1963.<ref name="sipb"/> Sejak saat itu, FKH UI berubah menjadi FKH IPB. Di Surabaya sendiri, Jurusan Kedokteran Hewan dibuka pada 25 November 1969.<ref name="sunair">{{cite web|url=http://fkh.unair.ac.id/new/index.php/2016-03-20-22-18-00/tentang-kami/sejarah|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga|date=20 Maret 2016|accessdate=9 Januari 2020|archive-date=2020-03-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20200311002027/http://fkh.unair.ac.id/new/index.php/2016-03-20-22-18-00/tentang-kami/sejarah|dead-url=yes}}</ref> Jurusan ini berada di bawah FKHP Universitas Brawijaya Malang.<ref name="sunair"/> Pada tahun 1972, pendidikan kedokteran hewan di lingkungan Universitas Brawijaya Malang dipindahkan seluruhnya ke Universitas Airlangga Surabaya sehingga terbentuk Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.<ref name="sunair"/>
 
Setelah puluhan tahun menggunakan peraturan perundang-undangan warisan Belanda, pada tahun 1967, Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU ini, definisi hewan diperluas hingga menjadi "semua binantang yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar".{{sfn|UU 6/1967|loc=Pasal 1 huruf a}} Selain itu, penerapan ilmu kedokteran hewan juga telah mencakup kesehatan hewan, [[kesehatan masyarakat veteriner]], dan [[kesejahteraan hewan]].{{sfn|UU 6/1967|loc=Pasal 19}}
Baris 98 ⟶ 229:
==== Tahun 2000–sekarang ====
[[Berkas:Indonesia quarantine medical veterinarian with ada dog.jpg|jmpl|kiri|upright=0.85|Dokter hewan karantina Indonesia bersama anjing pelacak di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok]]
Pada tahun 2000, Indonesia memperoleh status bebas dari penyakit sampar sapi oleh OIE dan FAO. Penyakit ini terakhir kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1907. Sampar sapi dinyatakan tereliminasi secara global di seluruh dunia pada tahun 2011.<ref>{{Cite book|last1=Organisasi Pangan dan Pertanian|last2=Organisasi Kesehatan Hewan Dunia|year=Mei 2011|url=https://www.oiewoah.intorg/docapp/geduploads/D109432011/05/final-report-may2011.PDFpdf|title=Joint FAO/OIE Committee on Global Rinderpest Eradication: Final Report|location=Roma dan Paris|publisher=FAO dan OIE|page=Annex D|author-link1=Organisasi Pangan dan Pertanian|author-link2=Organisasi Kesehatan Hewan Dunia|access-date=2021-04-24|archive-date=2021-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210424043656/https://www.oie.int/doc/ged/D10943.PDF|dead-url=yes}}</ref>
 
Di bidang pendidikan, pada tahun 2001, Universitas Nusa Tenggara Barat [[Kota Mataram|Mataram]] membuka Program Studi Kedokteran Hewan,<ref>{{cite web|url=https://fkh-untb.id/sejarah-berdirinya-fakultas-kedokteran-hewan-universitas-nusa-tenggara-barat/|title=Sejarah Berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Tenggara Barat|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Tenggara Barat|accessdate=9 Januari 2020|archive-date=2019-07-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20190720222249/http://fkh-untb.id/sejarah-berdirinya-fakultas-kedokteran-hewan-universitas-nusa-tenggara-barat/|dead-url=yes}}</ref> yang kemudian menjadi [[Universitas Pendidikan Mandalika]] pada tahun 2019.<ref>{{Cite web|date=2019-10-31|title=UNDIKMA, Nama Baru Gabungan IKIP Mataran dan UNTB|url=https://mataramnews.co.id/18587/undikma-nama-baru-gabungan-ikip-mataran-dan-untb/|website=Mataram News|language=id-ID|access-date=2020-10-03}}{{Pranala mati|date=Februari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Pendidikan kedokteran hewan di universitas swasta bermula pada tahun 2008 saat [[Universitas Wijaya Kusuma Surabaya]] membentuk Fakultas Kedokteran Hewan.<ref name="suwks">{{cite web|url=https://fkh.uwks.ac.id/explanation?v=Un4ULagffKI%3d|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Pada tahun yang sama, Universitas Brawijaya Malang kembali membuka Program Kedokteran Hewan yang saat ini telah menjadi FKH Universitas Brawijaya.<ref>{{cite web|url=https://fkh.ub.ac.id/id/profil/sejarah-singkat/|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya|accessdate=9 Januari 2020}}</ref>
Baris 104 ⟶ 235:
Pemerintah kembali menerbitkan undang-undang yang mengatur dunia kedokteran hewan, yaitu UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang kemudian diperbarui melalui UU Nomor 41 Tahun 2014. Undang-undang ini mencabut UU Nomor 6 Tahun 1967 yang sudah puluhan tahun berlaku.
 
Pada tahun 2010, program studi kedokteran hewan dibuka di [[Universitas Nusa Cendana]] [[Kupang]]<ref>{{cite web|url=https://fkh.undana.ac.id/index.php/in/who-we-are/history|title=Sejarah Singkat|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana|accessdate=9 Januari 2020|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714160308/https://fkh.undana.ac.id/index.php/in/who-we-are/history|dead-url=yes}}</ref> dan [[Universitas Hasanuddin]] [[Makassar]].<ref>{{cite web|url=https://med.unhas.ac.id/kedokteranhewan/index.php/sejarah/|title=Sejarah|website=Universitas Hasanuddin|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Terakhir, [[Universitas Padjadjaran]] [[Bandung]] membuka Program Studi Kedokteran Hewan yang berada di bawah Fakultas Kedokteran pada tahun 2019.<ref>{{cite web|url=http://www.fk.unpad.ac.id/prodi-detail/Mg/MzM|title=Program Studi Kedokteran Hewan|website=Universitas Padjadjaran|accessdate=9 Januari 2020|archive-date=2020-02-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20200209003515/http://www.fk.unpad.ac.id/prodi-detail/Mg/MzM|dead-url=yes}}</ref> Pada tahun yang sama, pemerintah mengesahkan UU Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk menggantikan UU Nomor 16 Tahun 1992. Dalam UU baru ini, selain mencegah penyakit, [[pejabat karantina]] juga melakukan pengawasan dan pengendalian pada keamanan pangan, keamanan pakan, produk rekayasa genetik, sumber daya genetik, agensia hayati, [[jenis asing invasif]], tumbuhan dan satwa liar, serta [[Daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia|tumbuhan dan satwa langka]].<ref>{{Cite webcitation|last=KartikaPemerintah Indonesia|firstyear=Herny|date=8 Februari 20212019|title=SosialisasiUndang-Undang Sistem Perkarantinaan Berdasarkan UUNomor 21 Tahun 2019 ditentang BBKPKarantina SurabayaHewan, Ikan, dan Tumbuhan|url=https://karantinasbyperaturan.pertanianbpk.go.id/2021Details/02123687/08/sosialisasiuu-sistem-perkarantinaan-berdasarkan-uuno-21-tahun-2019-di-bbkp-surabaya/|websitelocation=Balai Besar Karantina Pertanian SurabayaJakarta|access-datepublisher=24 AprilSekretariat 2021Negara}}</ref>
 
[[Pandemi Covid-19 di Indonesia]] mendorongmembuka pilihan bagi dokter hewan praktisi untuk mulai menerapkan [[telemedisin]]. Meskipun demikian, penerapannya memiliki beberapa hambatan, di antaranya karakteristik klien, legalitas telemedisin, penentuan biaya, dan penegakan diagnosis.<ref>{{Cite journal|last=Aulia|first=Muhammad Fadly|last2=Budinuryanto|first2=Dwi Cipto|last3=Wismandanu|first3=Okta|date=2021|title=Persepsi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil terhadap Telemedicine di Masa Pandemi Covid-19|url=https://journal.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/34352|journal=Acta Veterinaria Indonesiana|volume=9|issue=2|pages=82–86|doi=10.29244/avi.9.2.82-86|issn=2337-4373}}</ref>
 
== Tokoh terkemuka ==
* [[Asrul Sani]] — dokter hewan, penulis skenario, sastrawan, dan sutradara
 
* [[Marah Roesli]] — dokter hewan dan sastrawan
* [[Taufiq Ismail]] — dokter hewan dan sastrawan
Baris 116 ⟶ 247:
== Catatan ==
{{notelist|2}}
 
== Lihat pula ==
* [[Kesehatan hewan di Indonesia]]
* [[Otoritas veteriner]]
 
== Referensi ==
Baris 124 ⟶ 259:
{{refbegin|30em}}
* {{Cite book|last=Barwegen|first=Martin|chapter=Chapter 5: For Better or Worse? The Impact of the Veterinarian Service on the Development of the Agricultural Society in Java (Indonesia) in the Nineteenth Century|editor1-last=Brown|editor1-first=Karen|editor2-last=Gilfoyle|editor2-first=Daniel|url=https://books.google.co.id/books/about/Healing_the_Herds.html?id=WShie1A3xDkC&redir_esc=y|title=Healing the Herds: Disease, Livestock Economies, and the Globalization of Veterinary Medicine|year=2010|publisher=Ohio University Press|isbn=978-0-8214-4310-1|location=[[Athena (kota)|Athena]]|oclc=681350866|ref={{sfnref|Barwegen|2010}}}}
* {{citation|last=Sigit|first=Singgih H.|date=25 Juli 2003|url=http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2012/12/SEJARAH-SINGKAT-PENDIDIKAN-KEDOKTERAN-HEWAN-DI-INDONESIA.pdf|title=Sejarah Singkat Pendidikan Kedokteran Hewan di Indonesia|series=Peringatan ”Seabad Kedokteran Hewan Indonesia”|location=[[Institut Pertanian Bogor]]|ref={{sfnref|Sigit|2003}}|accessdate=2020-03-11|archive-date=2021-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211201091854/http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2012/12/SEJARAH-SINGKAT-PENDIDIKAN-KEDOKTERAN-HEWAN-DI-INDONESIA.pdf|dead-url=yes}}
* {{cite magazine|last=Dharmojono|first=S.|date=September 2019|title=Sejarah Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia|url=https://drive.google.com/file/d/1tLTAZYlAOg68zlRn09Yo2bRw64rY8-Cm/view|magazine=Vetnesia|editor1-last=Sutarsah|editor1-first=Muhammad|editor2-last=Samosir|editor2-first=Hartina|location=Jakarta|publisher=[[Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia]]|ref={{sfnref|Dharmojono|2019}}}}
* {{Cite book|last=Mangku|first=Sitepoe|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kedaulatan_Veteriner_di_Indonesia/MHMZEAAAQBAJ|title=Kedaulatan Veteriner di Indonesia: Suatu Studi Retrospektif|location=Yogyakarta|publisher=Gadjah Mada University Press|isbn=978-602-386-260-3|ref={{sfnref|Sitepoe|2017}}}}
* {{citation|last=Pemerintah Indonesia|first=|title=Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan|url=https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/174253/UU%20Nomor%2041%20Tahun%202014.pdf|date=2014|series=Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5619|publisher=Sekretariat Negara|location=Jakarta|isbn=|accessdate=11 September 2019|archive-date=18 Oktober 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20201018104005/https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/174253/UU%20Nomor%2041%20Tahun%202014.pdf|dead-url=yes}}
* {{Cite book|last=Prima|first=Iwan Berry|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=7YhCEAAAQBAJ|title=Mengenal Lebih Dekat Profesi Dokter Hewan|location=Surabaya|publisher=Pustaka Media Guru|isbn=9786232727311|editor-last=Hudha|editor-first=R.R.|ref={{sfnref|Prima|2020}}}}
* {{citation|last=Pemerintah Indonesia|first=|title=Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner|url=https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/175164/PP%203%20TAHUN%202017.pdf|date=2017|series=Lembaran Negara RI Tahun 2017 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 6019|publisher=Sekretariat Negara|location=Jakarta|isbn=|accessdate=11 September 2019|archive-date=7 Januari 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180107112428/http://sipuu.setkab.go.id/./PUUdoc/175164/PP%203%20TAHUN%202017.pdf|dead-url=yes}}
* {{Cite book|last=Prima|first=Iwan Berry|last2=dkk.|date=2021|url=https://books.google.co.id/books?id=JXNHEAAAQBAJ|title=Suara Dokter Hewan Indonesia (30 Dokter Hewan Penulis)|location=Surabaya|publisher=Pustaka Media Guru|isbn=9786233084772|editor-last=Hudha|editor-first=R.R.|ref={{sfnref|Prima dkk.|2021}}}}
* {{Cite book|last=Prima|first=Iwan Berri|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=7YhCEAAAQBAJ|title=Mengenal Lebih Dekat Profesi Dokter Hewan|location=Surabaya|publisher=Pustaka Media Guru|isbn=9786232727311|editor-last=Hudha|editor-first=R.R.|ref={{sfnref|Prima|2020}}}}
* {{Cite book|last=Prima|first=Iwan Berri|last2=dkk.|date=2021|url=https://books.google.co.id/books?id=JXNHEAAAQBAJ|title=Suara Dokter Hewan Indonesia (30 Dokter Hewan Penulis)|location=Surabaya|publisher=Pustaka Media Guru|isbn=9786233084772|editor-last=Hudha|editor-first=R.R.|ref={{sfnref|Prima dkk.|2021}}}}
* {{cite book|last1=Soebaran|first1=Djoko Pranowo Hadi|last2=Santosa|first2=Krishna Agung|last3=Darmadi|first3=Puguh|last4=Pranoto|first4=Sugiyono|last5=Sumardjo|last6=Nugroho|first6=Elisa|date=18 September 2015|title=Era Perjuangan Profesi Veteriner dan Profesi Peternakan: Profil Alumni dan Keluarga Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan UGM 1949-1969|url=https://books.google.co.id/books/about/Era_Perjuangan_Profesi_Veteriner_dan_Pro.html?id=gn6QCgAAQBAJ&redir_esc=y|location=[[Ungaran (kota)|Ungaran]]|publisher=Dreamlight World Media|ref={{sfnref|Soebaran dkk.|2015}}}}
* {{cite book|last1=Wynn|first1=Susan G.|last2=Fougere|first2=Barbara|url=https://books.google.co.id/books?id=iLbZDzumqt0C&printsec=frontcover&dq=isbn:0323029981&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwju_6WM3-bmAhXXdCsKHdJOAhAQ6AEIKTAA|title=Veterinary herbal medicine|date=29 November 2006|publisher=Mosby Elsevier|isbn=0-323-02998-1|location=[[St. Louis, Missouri]]|oclc=71233141|ref={{sfnref|Wynn & Fougere|2006}}}}
Baris 139 ⟶ 276:
 
{{Topik Indonesia}}
{{Portal bar|Kedokteran hewan}}
 
[[Kategori:Kedokteran hewan di Indonesia]]