Perang Alaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(6 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|conflict = Perang Alaka (I–II)
|part of =
|image = Alaka-oorlog Hatoehaha en VOC in Alaka.jpg
|caption = Ilustrasi Perang Alaka II, sekitar tahun 1640an.
|date = 1571, 1637–1638
|place = [[Pulau Haruku]]
Baris 9:
|result = [[Kekaisaran Portugis|Portugis]] menyerah, [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] menguasai sebagian [[Kepulauan Maluku]]
|combatant1 = Persekutuan Hatuhaha<br>[[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Negeri Tuhaha]]
|commander1='''Perang Alaka I:'''{{br}}Kapitan Aipassa{{br}}Kapitan Patilapa{{br}}Kapitan Soumaha{{br}}'''Perang Alaka II:'''{{br}}Kapitan
|strength1 = Tidak diketahui
|casualties1 =
Baris 20:
}}
'''Perang Alaka''' ({{lang-nl|Alaka-oorlog}}; {{lang-pt|Guerra Alaka}}), dikenal juga sebagai '''Perang Hatuhaha''', adalah rangkaian [[perang]] yang terjadi antara Persekutuan Hatuhaha (''Uli Hatuhaha'') dengan [[Kekaisaran Portugis|Portugis]] dan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] di [[Pulau Haruku]].
==Sejarah==
Menurut cerita lisan yang dituturkan oleh tetua negeri, negeri-negeri yang tergabung dalam ''Uli Hatuhaha'' pada awalnya berasal dari [[Pulau Seram]] (''Nusa Ina''). Negeri-negeri ini kemudian keluar dari Pulau Seram karena terjadinya konflik antar suku antara kelompok [[Suku Alune|Alune]] dan [[Suku Wemale|Wemale]]. Mereka melakukan perjalanan untuk mengungsi atau menyelamatkan diri dari perang yang terjadi. Selain itu, proses perpindahan ini juga bisa disebut sebagai migrasi karena dilatarbelakangi oleh sifat nomaden demi memenuhi kebutuhan hidup secara sosial dan ekonomi. Para leluhur ''Uli Hatuhaha'' ini terpaksa meninggalkan Pulau Seram dan singgah di sebelah timur [[Pulau Haruku]]. Leluhur ''Uli Hatuhaha'' ini disebutkan berasal dari Semenanjung Huamual di bagian barat Pulau Seram.<ref name=":0">{{cite journal|url=https://repository.uksw.edu/handle/123456789/12393|title=ALAKA: Pemahaman Negeri Hulaliu dan Pelauw Terhadap Alaka Sebagai Simbol Integrasi Negeri-Negeri Hatuhaha Amarima|first=Nelson|last=Tuanakotta|year=2015|publisher=Universitas Kristen Satya Wacana|journal=Magister Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW|location=[[Salatiga]], Indonesia|access-date=11-06-2024|language=id}}</ref>
Komunitas yang berasal dari leluhur ''Uli Hatuhaha'' ini kemudian berkembang menjadi lima negeri, yakni [[Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Hulaliu]], [[Kabauw, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kabauw]], [[Kailolo, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]], [[Pelauw, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pelauw]], dan [[Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Rohomoni]].<ref name=":1">{{cite journal|url=https://www.neliti.com/publications/150396/muslim-hatuhaha-di-pulau-haruku-maluku-tengah|title="Muslim Hatuhaha" Di Pulau Haruku Maluku Tengah|first=Yance Z.|last=Rumahuru|year=2010|publisher=Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon|journal=Masyarakat Indonesia|location=[[Ambon]], Indonesia|access-date=11-06-2024|language=id|volume=36|number=1|pages=101-121}}</ref> Mereka termasuk ke dalam negeri rumpun ''Patalima''. Sedangkan negeri-negeri lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok ''Patalima'', mereka berasal dari rumpun negeri ''Patasiwa''. kelompok ini mendiami wilayah di sekitar Gunung
Huruwano yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Haruku. Rumpun negeri ''Patasiwa'' tersebut menamakan komunitas mereka dengan sebutan ''Uli Buangbesi''.<ref name=":0"/>
Pada masa kedatangan [[bangsa Portugis]] ke Pulau Haruku pada tahun 1527, mereka saat itu berniat untuk mencari [[rempah-rempah]] dan juga ingin melakukan proses penginjilan. Kedatangan bangsa Portugis itu ternyata membawa konflik dengan masyarakat lokal. Penjajahan dan penanaman paksa menjadi target operasi
Portugis di seluruh Maluku, termasuk di Pulau Haruku. Sikap inilah yang menyebabkan masyarakat ''Uli Hatuhaha'' menentang keberadaan bangsa Portugis di wilayah mereka.<ref name=":1"/> Tahun-tahun berikutnya kemudian 'diwarnai' oleh perselisihan antara kedua pihak, hingga kemudian datangnya [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) pada abad ke-16 untuk memonopoli [[perdagangan rempah-rempah]] di [[Kepulauan Maluku]].<ref name=":0"/>
==Perang Alaka I==
Pada tahun 1571, terjadi perang antara ''Uli Hatuhaha'' dengan bangsa Portugis. Perang ini kemudian dikenal sebagai Perang Alaka I. Pada perang ini, negeri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]] di [[Pulau Saparua]] mengirimkan pemuda-pemuda yang diambil dari sembilan ''soa'', dengan dipimpin oleh Kapitan Aipassa, Kapitan Patilapa, dan Kapitan Soumaha sebagai bala bantuan untuk ''Uli Hatuhaha''. Perang ini terjadi di beberapa tempat, diantaranya di Kabauw, Kailolo, Rohomoni, dan jalur menuju Gunung Alaka. Setelah perang berakhir, para ''kapitan'' dari Tuhaha tersebut melakukan konsolidasi dan memperoleh hasil bahwa beberapa pemuda dinyatakan telah meninggal dunia dalam peperangan tersebut. Jenazah mereka kemudian dikuburkan di suatu tempat khusus yang bernama ''Ama Hatuhaha'' di Gunung Alaka. Sejak saat itu, ''Uli Hatuhaha'' mengangkat sumpah dengan negeri Tuhaha sebagai ''orang basudara'' yang kemudian diabadikan dengan ikatan ''[[pela]]'', yakni ''pela batu karang''.<ref name=":2">{{cite journal|url=https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/view/15336|title=Tiang Rohomoni: Memaknai Simbol Budaya Berbasis Agama di Gedung Gereja Pniel, Tuhaha, Maluku|first=Sharon Michelle O.|last=Pattiasina|year=2022|publisher=Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya|journal=Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan|location=[[Palangka Raya]], Indonesia|access-date=11-06-2024|language=id|volume=10|number=2|pages=299-314|issn=2354-6174|doi=10.21043/fikrah.v10i2.15336}}</ref>
==Perang Alaka II==
Pada 5 Maret 1637, dimulai perang antara ''Uli Hatuhaha'' dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang juga dikenal sebagai Perang Alaka II. Salah satu tokoh terkenal dalam perang ini adalah Monia
VOC berhasil dikalahkan oleh pasukan ''Uli Hatuhaha'' dan Tuhaha. Pihak negeri Tuhaha sendiri dirugikan dengan gugurnya beberapa pasukan pada pertempuran ini. Namun, hal ini justru semakin mempererat hubungan ''pela'' antara negeri Tuhaha dengan ''Uli Hatuhaha'', khususnya negeri Rohomoni. Sejak saat itu, Rohomoni dan Tuhaha mengangkat sumpah dalam ikatan ''pela minum darah''.<ref name=":2"/>
|