Jayawarman Kaundinya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox royalty | name = Jayawarman Kaundinya | title = | succession = Raja Funan | image = | reign = 484–514 | coronation = | predecessor = Sri Indrawarman I | successor = Kulaprabhawati dan Rudrawarman | spouse = Kulaprabhawati | issue = | royal house = | father = | mother = | birth_date = | birth_place = | death_date = | death_place = | buried...'
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
| name = Jayawarman Kaundinya
| title =
| succession = [[KerajaanDaftar FunanPenguasa Kamboja|Raja Funan]]
| image =
| reign = 484–514
Baris 9:
| successor = [[Kulaprabhawati]] dan [[Rudrawarman]]
| spouse = [[Kulaprabhawati]]
| issue = [[Gunawarman]], [[Rudrawarman]]
| royal house = [[Dinasti Varman]]
| father dynasty = [[Dinasti Varman]]
| house = [[Daftar Penguasa Kamboja|Wangsa Kaundinya]]
| mother =
| father = [[Kaundinya II]]
| mother = [[Kuldina Dewi]]
| birth_date =
| birth_place =
| death_date =
| death_place =
| buried =
| religion = [[Agama Hindu|Hindu]]
}}
Baris 25 ⟶ 27:
Menurut catatan-catatan sejarah [[Tiongkok Kuno]], Jayawarman memerintah [[Kerajaan Funan]] secara makmur dan dipengaruhi oleh aliran [[Saiwa]], tetapi pada saat yang sama, agama-agama lain juga sama-sama diakui di kerajaannya. Sebuah prasasti juga dikaitkan dengan istrinya, Ratu Kulaprabhawati, yang mempopulerkan aliran [[Waisnawa]]<ref>{{cite book |title=DAGENS 2003 lK P24-25 |title = Les Khmers | lang = fr |pages=24-25}}</ref> di kerajaan.
 
Di sisi lain, dua peristiwa menegaskandalam catatan sejarah itu menyebutkan bahwa agama Buddha juga telah mapan berkembang di Funan. Yang pertama menyangkut permintaan yang dibuat pada tahun 484 M untuk bantuan militer kepada kaisar [[Kaisar Wu dari Qi Selatan|Wudi]] berperang melawan [[Kerajaan Champa]], yang bersalah karena menaiki dan menjarah kapal-kapal dagang negara tersebut. Bahkan jika permintaan itu ditolak, salinan yang disimpan oleh perpustakaan Tiongkok menunjukkan pengetahuan yang sangat jelas tentang [[Tripiṭaka|naskah-naskah Buddha]].<ref name="The Fou-nan">{{cite book |author1=[[Paul Pelliot]] |title=PELLIOT BEFEO 1903 lFN P294 |page=294 |edition=3 |language=fr |chapter=Bulletin de [[École française d'Extrême-Orient|l'École française d'Extrême-Orient]]}}</ref> Catatan sejarah lain dari Tiongkok menjelaskan pengiriman dua biksu Buddha dari Funan ke Tiongkok, yaitu bernama Mandrasena pada tahun 503 M dan [[Sanghapala]] pada tahun 508 M.
 
Jayawarman Kaundinya mengirim dua kedutaan lagi ke Tiongkok pada 511 M dan 514 M, tahun kematiannya. Putra sulungnya, [[Rudrawarman]], lahir dari seorang selir, kemudian membunuh pewaris sah, Gunawarman, untuk merebut takhta, sehingga dia menjadi penguasa terakhir Funan, yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok; sampai setidaknya hingga 517 M, dia terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan ibu tirinya, yang didukung oleh lawan-lawannya.<ref>Jacobsen, Trudy, Lost goddesses: the denial of female power in Cambodian history, NIAS Press, Copenhagen, 2008</ref>