Pulau Pantar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
"Pantar adalah Pulau Impian"
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(21 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Baranusa.jpg|bingkai|Pelabuan Baranusa, Pantar]]
Kabupaten Alor (Michaell Berry)Anak ALor Pantar Bama
{{Kotak info pulau}}
'''kepulauan Pantar''' adalah gugusan pulau yang terletak di antara pulau lomblen dan pulau Alor,yang mana Kepulauan Pantar memiliki gugusan pulau - pulau kecil diantaranya Pulau Batang,Pulau Lapang,Pulau Rusa,Pulau Kangge,Pulau Kura,Pulau Tereweng,pulau Ternate dan pulau buaya,pulau Pura[[Nusa Tenggara]]. Pulau ini dibatasi oleh [[Laut Flores]] dan [[Laut Banda]] di sebelah utara, [[Selat Pantar]] di timur, [[Selat Ombai]] di selatan, serta [[Selat Alor]] di barat. Luas wilayahnya 728 km², dan titik tertingginya 1318 m (Puncak Topaki). Salah satu gunung api yang aktif, [[Gunung Sirung]] (862 m), terletak di bagian tenggara, Gunung Khulinggang bagian barat ,Gunung Komawas bagian selatan, dan Gunung Tuntuli bagian Timur Pulau Pantar.
 
Pulau Pantar merupakan salah satu dari dua pulau utama di [[Kabupaten Alor]], Provinsi [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Pulau Pantar sendiri dibagi menjadi 6 kecamatan:
Pulau Alor.
#Kecamatan Pantar (Kabir)
Kabupaten Alor
#Kecamatan Pantar Tengah (Muriabang)
#Kecamatan Pantar Barat Laut (Marica / Wolu)
Lambang Kabupaten Alor
#Kecamatan Pantar Barat (Baranusa)
Motto: “TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN ALOR YANG SEJAHTERA BERIMAN, ADIL, MANDIRI, MELALUI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM KEREKATAN HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN WAWASAN LINGKUNGAN”
#Kecamatan Pantar Barat Daya (Puntaru)
#Kecamatan Pantar Timur (Bakalang).
 
Pulau Pantar memiliki lokasi wisata yang cantik dan perawan di antaranya Pantai Puntaru dengan Pasir 3 warna dan rumah adat dalam Laut, Mauribu dan Gong Moko, Pulau Kura dengan Teluk Maliang, Pantai Bagang, pantai Beang, Tanjung Muna dan Runtuhnya Majapahit di Munasely dan tenggelamnya Munasely di tangan sahabat.
Kapal perang Majapahit peninggalan sakti Manu Tutu ( Jawa Tonda watu) di desa Batu Pantar dan keindahan alam bawah air laut sepanjang laut Pantar.
Peta lokasi Kabupaten Alor
Koordinat: 125°48"-123°48" BT dan antara 8°6"-8°36" LS
 
== Lihat pula ==
Provinsi
* [[Kabupaten Alor]]
 
== Pranala luar ==
* [http://www.vsi.esdm.go.id/gunungapiIndonesia/sirung/umum.html Gunung Api Sirung, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi]
 
{{Pulau di Nusa Tenggara Timur}}
[[Kategori:Pulau di Indonesia|Pantar, Pulau]]
[[Kategori:Pulau di Nusa Tenggara Timur|Pantar, Pulau]]
[[Kategori:Kabupaten Alor|Pantar, Pulau]]
 
 
{{indo-pulau-stub}}
 
 
 
 
 
Nusa Tenggara Timur
 
Hari jadi {{{hari jadi}}}
Dasar hukum
Tanggal -
Ibu kota
Kalabahi
 
Pemerintahan
- Bupati Simeon Th. Pally
 
- APBD
 
- DAU
Rp. 360.447.337.000,(2011)[1]
 
Luas 2.864,6 km2
Populasi
- Total 177.009 jiwa (2006)
- Kepadatan 61,79 jiwa/km2
Demografi
- Suku bangsa
{{{suku bangsa}}}
- Agama
{{{agama}}}
- Bahasa
{{{bahasa}}}
Zona waktu
WITA
Kode area telepon
0386
Bandar udara
{{{bandar udara}}}
Pembagian administratif
- Kecamatan
17
- Desa/kelurahan
-
Flora resmi
{{{flora}}}
Fauna resmi
{{{fauna}}}
Situs web http://www.alorkab.go.id/
 
Kabupaten Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibukota Alor berada di Kalabahi. Penduduk Alor berjumlah sekitar 177.009 jiwa (2006), sedangkan luasnya adalah 2.864,6 km².
Kabupaten ini berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik.
Untuk tahun 2006, PAD kabupaten ini sebesar Rp. 13 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi 5,9% dan pendapatan per kapita Rp. 1.200.000,
 
Arti Logo
Lambang Daerah Kabupaten Alor ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu sebagai berikut:
Lambang Daerah berbentuk lukisan “Perisai Segi Lima” dan di dalam lukisan
Perisai Segi Lima terdapat:
• Pohon beringin dan mesbah
• Rumah adat dan moko
• Pohon beringin dan mesbah, rumah adat dan moko dilingkari oleh:
Untaian padi, kelopan dan bunga kapas pada ujung-ujung untaian padi dan kelopak serta bunga kapas terdapat:
• Bintang persegi lima serta pangkal-pangkalnya terdapat:
Tiga lilitan dan pita terbentang dengan tulisan Kabupaten Alor
• Panah yang ditempatkan agak melintang memisahkan warna dasar perisai merah biru
Lambang dengan tata warna sebagai berikut:
• Perisai Segi Lima berwarna dasar merah dan biru bergaris pinggir tebal warna hitam
• Mesbah berwarna putih hitam
• Beringin hijau tua dan pohon berwarna coklat tanah
• Panah berwarna hitam
• Rumah adat berwarna coklat tua
• Moko berwarna hitam
• Untaian padi berwarna Kuning
• Kelopak kapas berwarna hijau dan bunga kapas berwarna putih
• Bintang bersudut lima berwarna kuning emas
• Pita terbentang berwarna putih dan garis hitam pada pinggir bagian atas
• Tiga lilitan tali berwarna hitam
Arti Lambang dan Warna
• Perisai Segi Lima berwarna dasar merah biru dengan garis pinggir tebal berwarna hitam melukiskan Jiwa Nasionalis masyarakat Kabupaten Alor yang suci dan berani dimana segala usaha ditujukan untuk kepentingan nasional yang berlandaskan falsafah Pancasila dalam satu kesatuan wawasan nusantara serta hakekat kesuburan Kabupaaten Alor.
• Pohon Beringin berwarna hijau tua dengan batang berwarna coklat tanah dan mesbah berwarna putih hitam yang tidak terpisahkan mencerminkan perlindungan hidup seutuhnya dalam kehidupan rohani dan jasmani dalam ruang lingkup Kabupaten Alor.
• Rumah Adat berwarna coklat tua dan Moko berwarna hitam juga tidak dapat diartikan secara terpisah-pisah dimana rumah adat tempat menyimpan benda-benda pusaka dari suatu suku mencerminkan tanda sejarah dan kebudayaan serta bernilai ekonomis.
• Bintang bersudut lima berwarna kuning emas mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan falsafah Pancasila yang luhur dan agung.
• Panah yang ditempatkan agak melintang memisahkan warna merah dan biru mencerminkan jiwa dinamika rakyat Kabupaten Alor pada laut dalam Nusa Tenggara Timur.
• Untaian padi 20 dan bunga kapas 12, mesbah susunan batunya berurutan dari atas ke bawah dengan ukuran: tebal lurus = 1, deretan batu = 9, deretan batu = 5, deratan batu = 8, melambangkan hari tanggal dan tahun lahirnya Kabupaten Alor, yakni 20 Desember 1958.
• Pita terbentang berwarna putih tertulis Kabupaten Alor dalam warna hitam.
• Tiga lilitan tali berwarna hitam pada pangka-pangkal untaian padi dan kelopak serta bunga kapas mencerminkan Pulau Alor, Pulau Pantar dan pulau-pulau kecil disekitarnya yang bersatu padu dalam persatuan perjuangan.
Visi
Berdasarkan kondisi umum yang dimiliki Kabupaten Alor dan harapan yang akan diwujudkan pada masa depan, maka Kabupaten Alor memiliki visi: “TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN ALOR YANG SEJAHTERA BERIMAN, ADIL, MANDIRI, MELALUI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM KEREKATAN HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN WAWASAN LINGKUNGAN”.
Visi diatas mengandung arti :
1. Terwujudnya masyarakat Kabupaten Alor yang maju dan sejahtera adakah sebuah harapan, pada suatu kondisi masyarakat Alor mengalami perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan menigkatnya kesejahteraan, kemakmuran serta kebahagiaan lahir batin.
2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis adalah sebuah pengharapan pada suatu kondisi dimana seluruh derap langkah, aktifitas dan manajemen pemerintah di Kabupaten Alor dikelola secara jujur, terbuka serta dapat ditanggung jawabkan kepada rakyat demi terciptanya kepemimpinan yang baik (Good Governance).
3. Terwujudnya perdaulatan rakyat adalah suatu pengharapan pada suatu kondisi dimana rakyat Alor ditempat secara terhormatdan utama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan sosial kemasyarakatan untuk menentukan masa depannya yang terbaik dalam prinsip pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat.
4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat adalah suatu pengharapan pada suatu kondisi, dimana rakyat Alor mengalami peningkatan kemampuan dan kapasitas baik secara individual, kolektif, maupun institusional, dalam berbagai bidang pembangunan, sehingga mereka mampu, cakap, trampil, tanggap dan tangguh dalam membaca tanda-tanda zaman serta mampu pula mengahadapi dan mengelola berbagai tantangan zaman dengan penuh keyakinan dan kepastian akan keberhasilan.
5. Terwujudnya perekatan hubungan sosial adalah sebuah penghargaan pada suatu kondisi dimana rakyat Alor hidup dalam suasana sistem dan struktur sosial yang harmonis, damai, saling menghormati, toleransi dan solider yang didasarkan pada semangat kekeluargaan, kegotong-royongan serta nilai-nilai luhur kemasyarakatan yang dimiliki masyarakat.
6. Terwujudnya supremasi hukum adalah suatu pengharapan, pada suatu kondisi dimana baik peyelenggara daerah maupun seluruh komponen masyarakat menjunjung tinggi hukum dan menghormati hukum, taat dan patuh terhadap hukum serta dapat mempertanggungjawabkan segala tindakan, perbuatan, sikap dan kebijakan masing-masing didepan hukum dengan tanpa kecuali dan diskriminatif dalam menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran.
Misi
Misi Kabupaten Alor adalah:
1. Mewujud kepemerintahan yang baik (Good Governance) melalui pemerintah yang demokratis, transparan, profesional bersih dan bebas KKN.
2. Memwujudkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia berperspektif gender.
3. Mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dan mendorong peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah dengan menggali potensi Sumber Daya Alam yang ada demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat menuju kemandirian.
4. Mewujudkan ketersediaan prasarana dan sarana umum untuk mendukung dan memperlancar aktivitas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan.
5. Meningkatkan kerekatan hubungan sosial yang dilandasi nilai budaya.
Sejarah
Menurut cerita yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah ke Abui, sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Munaseli. Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, akhirnya juga terlibat dalam sebuah perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit, mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui.
Sekitar awal tahun 1300-an, satu detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alor dan sekitarnya. Para tentara Majapahit ini akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama karya Mpu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan. Galiau yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu dengan lainnya, bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama.
Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 putra Mau Wolang dari Majapahit dan mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua di antara mereka memerintah daerah tersebut. Mereka juga memiliki hubungan dagang, bahkan hubungan darah dengan aliansi serupa yang terbentang dari Solor sampai Lembata. Jalur perdagangan yang dibangun tidak hanya di antara mereka tetapi juga sampai ke Sulawesi, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kepulauan kecil di Australia bagian utara adalah milik jalur perdagangan ini. Mungkin karena itulah beberapa waktu lalu sejumlah pemuda dari Alor Pantar melakukan pelayaran ke pulau Pasir di Australia bagian utara. Laporan pertama orang-orang asing tentang Alor bertanggal 8–25 Januari 1522 adalah Pigafetta, seorang penulis bersama awak armada Victoria sempat berlabuh di pantai Pureman, Kecamatan Alor Barat Daya. Ketika itu mereka dalam perjalanan pulang ke Eropa setelah berlayar keliling dunia dan setelah Magelhaen, pemimpin armada Victoria mati terbunuh di Philipina. Pigafetta juga menyebut Galiau dalam buku hariannya. Observasinya yang keliru adalah penduduk pulau Alor memiliki telinga lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal sewaktu tidur. Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional orang Alor yang terbuat dari anyaman daun pandan. Payung ini dipakai untuk melindungi tubuh sewaktu hujan.
Geografi
Secara geografis terletak di antara 125°48" -123°48" BT dan antara 8°6"-8°36" LS. Sebagai daerah kepulauan paling timur Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor berbatasan dengan:
Utara
Laut Flores
 
Selatan
Selat Ombay dan Timor Leste
 
Barat
Selat Lomblen dan Kabupaten Lembata
 
Timur
Wilayah kabupaten Maluku Barat Daya[3]
 
Luas wilayah yang dimiliki adalah 2.864,64 Km2.
Kabupaten Alor merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 20 pulau.
9 pulau yang telah dihuni penduduk, yakni : Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura, Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge dan Pulau Kura.
11 pulau lainnya tidak berpenghuni, masing-masing Pulau Sikka, Pulau Kapas, Pulau Batang, Pulau Lapang, Pulau Rusa, Pulau Kambing, Pulau Watu Manu, Batu Bawa, Pulau Batu Ille, Pulau Ikan Ruing dan Pulau Nubu.
Jenis tanah di Kabupaten Alor temasuk Vulkanik muda sehingga kaya unsur hara dengan struktur tanah yang gembur dan subur. Solum tanah sedang sampai dalam, sehingga tanah lebih stabil dengan kemampuan menahan air tinggi dan dapat diusahakan berbagai jenis tanaman. Kondisi geografi Kabupaten Alor berkonfigurasi bergunung-gunung dan memberikan variasi iklim yang berbeda dan sangat menguntungkan bagi daerah dan rakyat dalam pengembangan tanaman produksi.
Keadaan topografi wilayah ini adalah:
• Kemiringan diatas 40 derajat: 64,25%
• Kemiringan 15–40 derajat: 25,61%
• Kemiringan 3–15 derajat: 8,69%
• Kemiringan 0–3 derajat: 3,45%
Demografi
Tahun 2006 2007
Jumlah pria 89.025 90.008 jiwa
Jumlah wanita 87.984 88.956 jiwa
Total 177.009 178.964 jiwa
Pertumbuhan penduduk - - %
Kepadatan penduduk - 61,79 per km2
 
Daftar Bupati Alor
Nama-nama yang pernah menjabat sebagai Bupati Alor adalah:
• Ansgerius Takalapeta (1999-2009)
• Simeon Th. Pally (2009-...)
• Pembagian Administratif
Kabupaten Alor terdiri dari 17 kecamatan, yaitu:
1. Alor Barat Daya
2. Alor Barat Laut
3. Alor Selatan
4. Alor Tengah Utara
5. Alor Timur Laut
6. Alor Timur
7. Pantar Barat
8. Pantar
9. Teluk Mutiara
10. Pantar Timur
11. Pantar Tengah
12. Pantar Barat Laut
13. Mataru
14. Pureman
15. Pulau Pura
16. Lembur
17. Kabola
Sarana dan Prasarana
Bandara
Bandara Mali memilki panjang landasan/arah/PCN: 900 x 23 m /03-31/ 5 FCZU. Tergolong kelas IV/A dengan kemampuan bisa untuk mendarat jenis Pesawat C-212 dan memiliki terminal domestik seluas 150 m2.
Pelabuhan
Pelabuhan Baranusa memiliki 1 buah dermaga dengan panjang 35 meter. Selain Baranusa terdapat juga pelabuhan laut di Kalabahi dan Maritaing, dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan duliono di Kota Kalabahi. Sementara untuk pelabuhan Penyeberangan terdapat di Kalabahi yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Dan dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan pelabuhan penyeberangan di Pulau Pantar yanitu di Baranusa berdampingan dengan pelabuhan laut yang eksis (Dishub Prov. NTT)
Objek Wisata
Karang dan biota laut yang mempesona merupakan suguhan wisata andalan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kebeningan air laut yang dihuni karang dan ikan warna-warni membuat laut Alor terkenal ke seantero jagat. Taman laut Alor disebut-sebut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia.
Taman Laut
Taman Laut di antara Pulau Alor dan Pantar. Mudah dijangkau dengan transportasi darat maupun transportasi laut dari kota Kalabahi. Jarak dari darat 14–19 km sedangkan jarak dari laut sekitar 15 menit. Kawasan ini Memiliki 18 titik selam yang disebut Baruna’s Dive Sites at Alor, yaitu:
1. Baruna’s Point
2. Never – Never Wall
3. Cave Point
4. Barrel Sponge Wall
5. Mola – mola Point
6. Night Snacks
7. Alor Expree / Alor Dreaming
8. Rocky Point
9. Three Coconuts
10. Moving Pictures
11. Eagle Ray Point
12. Rahim’s Point
13. Tuna Channel
14. Anemone Country
15. Sharks Reeway
16. Octopus Garden
17. Captain’s Choice
18. The Refrigerator
Memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, terdapat titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari dan taman laut kelas dunia menurut Karl Muller dalam Bukunya East of Bali.
Kampung Tradisional Takpala
Kampung tradisional Takpala terletak di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor. Perjalanan ke Takpala dari Bandar Udara Mali, Alor bisa ditempuh dengan ojek sepeda motor. Jika dengan kendaraan umum dari Terminal Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, bisa menggunakan bus jurusan Bukapiting lalu turun di Takalelang.
Spanduk selamat datang ke kampung tradisional Takpala menyambut di depan jalan mendaki beraspal menuju Takpala. Perjalanan dari Takalelang menuju Takpala memerlukan waktu sekitar 15 menit jika berjalan kaki. Sebagai kampung tradisional, Takpala memiliki 12 rumah adat dan merupakan tujuan wisata Alor yang telah ditata cukup baik. Masuk kawasan Takpala tidak dipungut retribusi sedikit pun.
Di Takpala bisa dijumpai kehidupan yang sangat bersahaja. Masyarakat menyandarkan kebutuhan sehari-hari pada hasil hutan, sehingga ketika berkunjung di siang hari, suasana kampung tampak sepi karena penduduknya pergi ke hutan mencari kebutuhan hidup.
Jika sebelum kunjungan para wisatawan memberitahukan terlebih dahulu ke dinas wisata setempat, maka warga Takpala bisa diorganisasi untuk menyuguhkan tarian Lego-lego. Tarian ini dilakukan secara massal, bergandengan tangan secara melingkar. Tetabuhan gong dan moko mengiringi gerak rancak para penari.
Pantai Mali
Letaknya disebelah timur kota Kalabahi kira-kira 15 km dibagian selatan bandar udara Mali. Memiliki pasir putih dan air laut yang bersih serta karang-karang laut yang indah.
Pantai Deere
Letaknya di bagian utara Bandara Mali, bisa ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Berpotensi besar karena pasir putih dan air laut yang bersih dan lingkungan yang mendukung, tetapi sayangnya belum dikelola secara baik dan profesional.
Pantai Maimol
Berjarak kurang lebih 8 km dari kota Kalabahi, Maimol sebagai kampung nelayan tradisional, memiliki potensi cukup baik, namun belum dikelola secara profesional.
 
Pulau Pantar
Pelabuan Baranusa, Pantar
Pantar adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores dan Laut Banda di sebelah utara, Selat Pantar di timur, Selat Ombai di selatan, serta Selat Alor di barat. Luas wilayahnya 728 km², dan titik tertingginya 1318 m (Puncak Topaki). Salah satu gunung api yang aktif, Gunung Sirung (862 m), terletak di bagian tenggara Pulau Pantar.
Pulau Pantar merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Pantar sendiri dibagi menjadi dua kecamatan: Kecamatan Pantar dan Kecamatan Pantar Barat.
 
Berry Pantar Bama
• Social Network
Michell Berry,Nurhadi,Abdul,Rizky,Hasan
 
Desa Mawar yang memikat
April 20th, 2011 • 3 Comments
Rumah Diatas Batu
Namanya Desa Mawar. Cukup unik bila didengar dan yang pasti mengundang tanya, misalnya, “seperti apakah Desa Mawar itu? Dimanakah letaknya?” Atau pertanyaan bernada selidik, “apakah bunga mawar banyak terdapat di desa itu, sehingga ia diberi nama Desa Mawar?” Pertanyaan-pertanyaan yang sama pula yang saya lontarkan kepada Abdurahaman Sang, seorang rekan kerja yang bertugas di lingkungan Bappeda Kabupaten Alor. Jawabannya cukup mencengangkan! Desa Mawar ternyata tidak ada sangkut paut sama sekali dengan Bunga Mawar. “Mawar adalah bahasa lokal di Pulau Pantar yang berarti Rumah diatas batu.” terang Abdurahman yang lebih biasa dikenal dengan panggilan Pak Man. Pria lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini kemudian menjelaskan bahwa dalam bahasa setempat, Ma memiliki arti rumah atau tempat tinggal, sedangkan war berarti batu. Sehingga mawar ditafsirkan sebagai rumah diatas batu. Masuk akal memang, mengingat desa ini memang berdiri diatas bebatuan karang hitam yang merupakan ciri khas daratan pepulauan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
 
Tersembunyi dibalik Pura
Bagi yang ingin tahu lokasinya, coba perhatikan peta Provinsi NTT dan telusuri jajaran pulau di Kabupaten Alor. Bila anda menemukan Pulau Pantar, maka Desa Mawar terletak di sisi pesisir Pulau Pantar yang berhadapan langsung dengan Pulau Pura, sebuah pulau kecil diantara Pulau Alor dan Pulau Pantar. Jika berangkat dari Desa Alor Kecil, lokasi Desa Mawar tidak dapat terlihat karena tertutup Pulau Pura. Karena letaknya yang tepat berada di selat antara dua pulau ini, tidak heran jika arus yang mengalir terkadang mengganas.
 
Ditemani Lumba-Lumba
Perjalanan menuju Desa Mawar, bagi saya sudah merupakan salah satu episode petualangan yang yang mengasyikkan. Sampai saat tulisan ini dibuat, saya sudah dua kali bertandang ke Desa Mawar. Perjalanan pertama saya lakukan pada Bulan April 2007. Ketika itu saya menyeberang ke Pulau Pantar melalui dermaga Desa Alor Kecil (baca tulisan tentang Alor Kecil), dan berperahu melingkari Pulau Pura. Sedangkan perjalanan kedua saya ialah pada Bulan Oktober 2007. Waktu itu saya berangkat melalui Pelabuhan di Kota Kalabahi dan menyusuri teluk mutiara yang indah. Kalau beruntung, dalam perjalanan dengan perahu motor selama satu jam itu, kita dapat melihat lumba-lumba yang tebar pesona, berlompatan disebelah perahu. Sayangnya, saya tidak sempat membidik dan merekam atraksi mereka kedalam kamera digital.
Air… air….. oh air…..
Seperti umumnya desa-desa di daerah NTT, Desa Mawar memiliki permasalahan dengan akses sarana air bersih yang terbatas. Letaknya yang diketinggian, menyebabkan sumur gali menjadi tidak mungkin untuk dibangun. Selain kondisi tanah yang berbatu, elevasi air dalam lapisan dangkal bisa mencapai kedalaman lebih dari 20 meter. Itupun kalau beruntung dapat menemukan air. Satu-satunya sumber air yang memungkinkan ialah memanfaatkan sumber mata air yang berada di lembah gunung yang jaraknya sekitar 5 kilometer. Sebenarnya sudah terdapat jaringan perpipaan dari mata air tersebut dan mengalir menuju pusat Desa Mawar. Namun, seperti umumnya sarana air bersih di pedesaan, jaringan perpipaan yang menghabiskan biaya ratusan juta rupiah tersebut mangkrak dan tidak terawat. Beberapa pipa pecah, bocor atau rusak. Bahkan ada bagian pipa transmisi yang sengaja dibocor oleh masyarakat untuk mendapatkan airnya. Dengan kondisi seperti ini, jelas saja air tidak akan bisa mengalir sampai pusat desa karena baik debit maupun tekanan air sudah merosot drastis. Akibatnya bisa ditebak, masyarakat tidak dapat lagi memperoleh air bersih. Lalu kemana mereka mengambil air? Terdapat satu buah sumur yang terdapat disekitar pantai yang diakses oleh seluruh warga Desa. Meskipun airnya terasa asin, namun itulah satu-satunya sumber air yang dapat dipakai.
Menyantap Jagung Rebus di Tengah Ladang
Dua kali bertandang ke Desa Mawar, dua kali pula saya mengalami hal yang menakjubkan. Pada saat kunjungan pertama ke Desa Mawar, saya harus berjalan kaki tidak kurang dari 10 kilometer, naik turun bukit dan gunung. Tugas saya sangat jelas, memeriksa mata air yang akan menjadi sumber air untuk disalurkan ke Desa Mawar. Mata air itu terletak didataran tinggi Pulau Pantar. Tidak ada jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor apalagi jangan membayangkan jalan beraspal untuk menuju mata air. Infrastruktur di Pulau ini sangat minim. Penduduk di desa pegunungan misalnya, harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer turun gunung menuju desa-desa pesisir dimana mereka dapat berbelanja atau menjual hasil ladang di pasar. Bersama-sama masyarakat Desa Mawar (sekitar 10 orang), kami mulai berjalan kaki dari pusat Desa Ombay. Perjalanan menuju mata air ditempuh dengan menyusuri sungai, ladang, dan hutan. Bagi masyarakat di daerah dataran tinggi Pulau Pantar, berjalan di jalanan setapak yang menanjak dan terjal sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Namun tidak bagi saya. Baru 100 atau 200 meter mendaki, saya harus berhenti menarik napas panjang. Terkadang kami berhenti ditengah ladang melepas penat sambil menyantap jagung yang ketika itu sedang panen.
Mengayuh Sampan
Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk lebih menikmati indahnya alam dan kehangatan masyarakat Desa Mawar di Pulau Pantar ini pada kunjungan kedua. Disela-sela kegiatan bersama masyarakat, saya berkesempatan mengayuh sampan ditepian pantai desa. Wow, pengalaman yang menakjubkan bagi saya yang orang “setengah kota, seperempat desa dan seperempat katrok” ini. Alur selat yang deras ternyata cukup berpengaruh dan membuat sampan yang saya naiki bergoncang. Sempat sport jantung juga, tapi kawan dari Desa Mawar menenangkan saya, “tidak apa-apa, arusnya masih tenang.”
Bersama dengan Pak Man yang menemai saya, kami menginap di Desa Mawar satu malam. Wah, boleh dibilang ini adalah pengalaman yang luar biasa. Bermalam di poliklinik desa, pada desa tanpa listrik, air asin untuk mandi, dan kasur apek. Mengenai makan? Seluruh penduduk di Desa Mawar adalah kristiani, tapi mereka sangat toleran dan menghargai kaum muslim seperti saya dan Pak Man. Warga desa menyerahkan ayam kepada kami untuk disembelih. Nah, tentunya Pak Man lebih lihai menyembelih ayam daripada saya, yang lagi-lagi katrok untuk hal seperti itu.
Sepeda Motor diatas Perahu Motor
Diakhir kunjungan, aparat Desa dan tokoh masyarakat memberikan semacam tanda mata kepada saya, sehelai kain tradisional khas Alor. Kain itu kata mereka, sebagai penanda bahwa saya adalah bagian dari warga Desa Mawar. Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya. Terus terang saya merasa tidak layak untuk mendapatkan penghargaan dari mereka. Memperbaiki jaringan air untuk kemudian dapat dinikmati oleh masyarakat Desa Mawar, khususnya anak-anak, adalah hasil kerjasama tim. Ada tim di Jakarta yang bersusah payah mencari dana proyek, ada yang bertugas membeli pipa dan mengirim ke Alor, sebagian lagi terlibat sebagai konsultan yang melakukan survey dan penyusunan rencana anggaran biaya serta tidak lupa ada pegawai pemerintah, seperti Pak Man yang mengusulkan Desa Mawar ini untuk dibantu.
Lalu, saya dan Pak Man kembali ke Kalabahi. Ternyata mencari perahu motor yang biasa mengangkut penumpang menuju Kalabahi sulit sekali. Untung saja ada Perahu Motor Sedjati yang bersedia mengangkut saya, Pak Man dan tentunya sepeda motor milik Pak Man.
• 3 Desa Mawar Menikmati Air Minum // May 20, 2011 at 4:38 am
Desa Mawar merupakan salah satu dari 5 desa di Kabupaten Alor yang mendapatkan bantuan dari UNICEF berupa pembangunan sarana air bersih dengan sistem perpipaan gravitasi yang sumber airnya diperoleh dari mata air. Pembangunan itu dimulai pada Bulan Agustus Tahun 2008 yang lalu dan baru selesai pada Bulan Maret Tahun 2009 ini. Selama 7 bulan masyarakat di Desa Mawar bergotong royong membangun sarana air yang telah menghabiskan biaya sekitar 1 milyar rupiah. Sebagian besar biaya digunakan untuk membeli pipa besi yang didatangkan khusus dari Jakarta. Sebuah bak reservoir dengan ukuran 50 meter kubik berdiri tegak diatas bukit Dusun Tuntuli pada ketinggian sekitar 150 meter diatas permukaan laut. Jaringan pipa jenis galvanis ditanam atau ditutupi bebatuan dengan rapih dan teratur. Tidak terlihat sedikitpun kebocoran pada jaringan perpipaan ini, padahal yang membangun adalah masyarakat sendiri. Bukan kontraktor yang berpengalaman dan profesional dibidangnya.
 
Taman Laut Alor
Keindahan dan keunikan alam bawah laut Selat Pantar sangat menakjubkan. Bahkan jika dibandingkan dengan Taman
Laut Komodo di NTT, Berau di Kalimantan Timur, Bunaken di Sulawesi Utara dan Raja Ampat di Papua, Selat Pantar
masih tetap yang terbaik, meski selama ini untuk diving, taman laut Komodo, Bunaken, Berau, dan Raja Ampat lebih
populer, tapi di mata para diver kelas dunia taman laut Selat Pantar yang terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, lebih unggul karena keindahannya yang menakjubkan. Konon terindah setelah taman laut Kepulauan
Karibia.
Banyak wisatawan asing yang pernah ke Alor terkagum-kagum. Sebab, selain dimanjakan keindahan taman lautnya,
mereka juga menemukan fenomena taman laut tersebut langka dan sangat menarik. Makanya, wajar jika wisata bahari
Alor dengan panorama bawah laut yang spefisik di Selat Pantar menjadi primadona dan pemikat bagi para diver kelas
dunia dari Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara di
Asia.
Tercatat, ada 26 titik diving yang memesona wisatawan di sana. Ke-26 titik diving itu yaitu, Half Moon Bay, Peter's Prize,
Crocodile Rook, Cave Point, The Edge, Coral Clitts, Baeylon, The Arch, Fallt Line, The Pacth, Nite Delht, Kal's Dream,
The Ball, Trip Top, The Mlai Hall, No Man's Land, The Chatedral, School's Ut, dan Shark Close.
Titik diving yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan kumpulan ikan hiu dasar laut yang sangat bersahabat
dengan para diver. Keindahan bawah laut yang terdapat di Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa,
Pulau Ternate, Pulau Pantar, dan Pulau Pura, juga mengundang decak kagum para diver profesional dari Jakarta dan
Bali untuk datang ke sana.
Bahkan, para diver kelas dunia mengakui, bahwa kawasan taman laut Alor merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Tengok saja pengakuan Ken Parker dari Amerika Serikat, More big fish, prolific swarming masses of schools than
anywhere I've seen in 20 years of diving.
Atau dengarkan penuturan Adrienne May dari Australia. •Enjoyed seeing the Manta Rays, Sharks, Turtles, Dolphins,
Whales and that huge Napoleon Wrasse.• Bahkan, Michael AW fotografer asal Singapura berkata, A World class diving!...
Kal's Dream is to be dived again and again and again.... of all my underwater sojourns, Alor is among the best!. Begitu
juga pernyataan Helen Roberts dari Inggris, We saw hue Sunfish, Reef Sharks, Turtles, Moray Eels, Rays, Naopoleon
Wrase, Dog-tooth Tuna, Barracuda and loads of beautiful Reef Fish all in just three dives.
Selain potensi wisata bahari, Alor juga menyimpan sejumlah objek wisata yang memiliki daya tarik secara kultural dan
historis yang jarang dijamah dan dikunjungi baik oleh penduduk setempat maupun oleh wisatawan. Meski memiliki
aksebilitas amat terbatas, tapi bagi para pencinta petualangan alam justru menjadi tantangan dan keunikan.
Salah satunya, alquran tua dari kulit kayu yang ditulis dengan tinta ramuan tradisional yang diperkirakan berusia lebih
dari 800 tahun, sebuah bukti sejarah tentang keberadaan Islam di Alor. Daya pemikat lainnya yaitu kampung Takpala,
sebuah desa tradisional yang dihuni oleh suku Abui dengan pola perkampungan linear dengan deretan rumah adat.
Masyarakatnya yang masih memegang teguh adat dan tradisi akan mempertontonkan atraksi budayanya yang khas
dalam menyambut para pelancong, membuat nama desa ini melambung sampai ke mancanegara.
Bagi pendaki gunung yang menggilai tantangan di tempat yang masih perawan, Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar
dan Gunung Koya-Koya di Pulau Alor, adalah tempatnya. Kepenatan yang melelahkan itu segera sirna membawa
kesejukan dan kesegaran jiwa setelah menyaksikan fenomena geologi vulkanik di Desa Air Panas dan Air Terjun di
Pulau Pantar, taman wisata alam Tuti Adagae di Pulau Alor.
Sementara ranch mini peternakan rusa (terbaik di kawasan timur Indonesia) jangan dilewatkan untuk dikunjungi.
Kesejukan dan kesegaran di alam Hutan Nostalgia juga akan menyapa setiap pengunjung yang ingin melepas
kepenatan.
Sebelum beranjak kembali pulang, jangan lupa menanam pohon di Hutan Nostalgia sebagai tanda Anda pernah
mengunjungi Pulau Alor. Nama dan alamat Anda akan diabadikan pada pohon yang ditanam dan dikenang sepanjang masa.