Bagong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Mengembalikan suntingan oleh 180.252.120.13 (bicara) ke revisi terakhir oleh OrangKalideres
Tag: Pengembalian
 
(81 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{infobox tokoh wayang
[[Berkas:Bagong Solo.jpg|right|thumb|240px|Wayang Bagong versi Solo.]]
| gambar = COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop voorstellende Bagong TMnr 3582-16.jpg
'''Ki Lurah Bagong''' adalah nama salah satu tokoh [[punakawan]] dalam kisah [[wayang|pewayangan]] yang berkembang di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu [[Semar]]. Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Sunda]] juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong (dalam [[bahasa Sunda]], ''Bagong'' berarti [[babi]]), yaitu '''Cepot''' atau '''Astrajingga'''. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar.
| keterangan =
| nama = Bagong{{br}}ꦧꦒꦺꦴꦁ
| posisi = [[Punakawan]]
| daerah = [[Jawa]]
| gender = Laki-laki
| ciri = Botak, bibir ''dower'', perut buncit
| keluarga = {{ubl|[[Semar]] (ayah)|[[Gareng]] dan [[Petruk]] (kakak)}}
| alias ={{ubl|Bawor|Cepot|Astrajingga|Jamblahita|Lupit|Pathokol Baworsari|Grubug}}Mangundiwangsa|Lamsijan|
| senjata =
| tempat =
| kerajaan =
| istimewa =
}}
'''Ki Lurah Bagong''' ({{lang-jv|ꦏꦶꦭꦸꦫꦃꦧꦒꦺꦴꦁ|Ki Lurah Bagong}}) adalah nama salah satu tokoh [[punakawan]] dalam kisah [[wayang|pewayangan]] yang berkembang di [[Jawa Tengah]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], dan [[Jawa Timur]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsudari [[Semar]]. Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Suku Sunda|Sunda]] juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong (dalam [[bahasa Sunda]], yaitu ''Bagong'' berarti [[babiCepot]]), yaitu '''Cepot''' atau '''Astrajingga'''. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan [[Bawor]].
 
== Ciri fisik ==
 
Sebagai seorang [[panakawan]] yang sifatnya menghibur penonton [[wayang]], tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan ''memble''. Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata [[kudi]].
 
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu [[Semar]], [[Gareng]], dan [[Petruk]], maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.
 
== Asal- usul ==
 
Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan [[anak kandung]] [[Semar]]. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama [[Semar|Batara Ismaya]] yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu [[Togog]] atau [[Togog|Batara Antaga]] untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu [[Batara Guru]].
 
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu [[SanghyangSang Hyang Tunggal]], supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama [[Bilung]], sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong.
 
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama [[Manumanasa|Resi Manumanasa]] yang kelak menjadi leluhur para [[Pandawa]]. Ketika Manumanasa hendak mencapai [[moksha]], Semar merasa kesepian dan meminta diberi teman. Manumanasa menjawab bahwa temannya yang paling setia adalah bayangannya sendiri. Seketika itu pula, bayangan Semar pun berubah menjadi manusia, dan diberi nama Bagong, karena sifatnya yang jenaka dan sembrono.
 
== Bagong pada zaman Kolonial ==
[[Berkas:Cepot in wayang golek form, 2015-05-14 03.jpg|ka|jmpl|Astrajingga/Cepot, versi wayang golek Sunda dari Bagong]]
Gaya bicara Bagong yang seenaknya sendiri sempat dipergunakan para [[dalang]] untuk mengritikmengkritik penjajahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Ketika [[Sultan Agung]] meninggal tahun [[1645]], putranya yang bergelar [[Amangkurat I]] menggantikannya sebagai pemimpin [[Kesultanan Mataram]]. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak [[VOC]]-[[Belanda]].
 
Keluarga besar Kesultanan Mataram saat itu pun terpecah belah. Ada yang mendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang menentangnya. Dalam hal kesenian pun terjadi perpecahan. Seni wayang kulit terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Nyai AnjangPanjang Mas yang anti-Amangkurat I, dan golongan Kyai Panjang Mas yang sebaliknya.
Gaya bicara Bagong yang seenaknya sendiri sempat dipergunakan para [[dalang]] untuk mengritik penjajahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Ketika [[Sultan Agung]] meninggal tahun [[1645]], putranya yang bergelar [[Amangkurat I]] menggantikannya sebagai pemimpin [[Kesultanan Mataram]]. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak [[VOC]]-[[Belanda]].
 
Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh Bagong yang sering dipergunakan para dalang untuk mengritikmengkritik penjajahan VOC. Atas dasar ini, golongan Kyai Panjang Mas pun menghilangkan tokoh Bagong, sedangkan Nyai Panjang Mas tetap mempertahankannya.
Keluarga besar Kesultanan Mataram saat itu pun terpecah belah. Ada yang mendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang menentangnya. Dalam hal kesenian pun terjadi perpecahan. Seni wayang kulit terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Nyai Anjang Mas yang anti-Amangkurat I, dan golongan Kyai Panjang Mas yang sebaliknya.
 
Pada zaman selanjutnya, Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan dan berganti nama menjadi [[Kasunanan Kartasura]]. Sejak tahun [[1745]] Kartasura kemudian dipindahkan ke [[Surakarta]]. Selanjutnya terjadi perpecahan yang berakhir dengan diakuinya [[Sultan]] [[HamengkubuwanaHamengkubuwono I]] yang bertakhta di [[Yogyakarta]].
Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh Bagong yang sering dipergunakan para dalang untuk mengritik penjajahan VOC. Atas dasar ini, golongan Kyai Panjang Mas pun menghilangkan tokoh Bagong, sedangkan Nyai Panjang Mas tetap mempertahankannya.
 
Dalam hal pewayangan, pihak Surakarta mempertahankan aliran Kyai Panjang Mas yang hanya memiliki tiga orang panakawan (Semar, Gareng, dan Petruk), sedangkan pihak Yogyakarta menggunakan aliran Nyai Panjang Mas yang tetap mengakui keberadaan Bagong.
Pada zaman selanjutnya, Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan dan berganti nama menjadi [[Kasunanan Kartasura]]. Sejak tahun [[1745]] Kartasura kemudian dipindahkan ke [[Surakarta]]. Selanjutnya terjadi perpecahan yang berakhir dengan diakuinya [[Sultan]] [[Hamengkubuwana I]] yang bertakhta di [[Yogyakarta]].
 
Akhirnya, pada zaman kemerdekaan Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran Surakarta pun kembali menampilkan empat orang panakawanpunakawan dalam setiap pementasan mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada [[Gareng]] yang biasanya hanya muncul dalam ''[[Panakawan|gara-gara]]'' saja.
Dalam hal pewayangan, pihak Surakarta mempertahankan aliran Kyai Panjang Mas yang hanya memiliki tiga orang panakawan (Semar, Gareng, dan Petruk), sedangkan pihak Yogyakarta menggunakan aliran Nyai Panjang Mas yang tetap mengakui keberadaan Bagong.
 
Akhirnya, pada zaman kemerdekaan Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran Surakarta pun kembali menampilkan empat orang panakawan dalam setiap pementasan mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada [[Gareng]] yang biasanya hanya muncul dalam ''[[Panakawan|gara-gara]]'' saja.
 
== Bagong versi Jawa Timur ==
 
Dalam pewayangan gaya Jawa Timuran, yang berkembang di daerah [[Surabaya]], [[Sidoarjo]], [[Gresik]], [[Mojokerto]], [[Jombang]], [[Malang]] dan sekitarnya, tokoh [[Semar]] hanya memiliki satudua orang anak saja, yaitu Bagong seorangdan Sarangaja. Bagong sendiri memiliki anak bernama [[Besut]].Dalam versi ini adik Bagong memang jarang di pentaskan namun ada lakon tertentu di mana Sarangaja keluar seperti lakon Adeg'e Khayangan Suralaya di mana pada cerita ini menceritakan Asal usul Bagong dalam versi Jawa Timur.
 
Tentu saja Bagong gaya Jawa Timuran memiliki peran yang sangat penting sebagai panakawan utama dalam setiap pementasan wayang. Ucapannya yang penuh humor khas timur membuatnya sebagai tokoh wayang yang paling ditunggu kemunculannya.
 
Dalam versi ini, Bagong memiliki nama sebutan lain, yaitu '''Jamblahita'''.
 
== Bagong versi Wayang Golek Menak ==
 
Dalam pementasan [[Wayang Golek Menak]], Bagong versi ini memang bentuk wajahnya menyerupai Cepot. Mulai dari wajah, tangan dan busananya persis seperti [[Cepot]], tetapi Bagong versi Wayang Golek Menak ini memiliki wajah berwarna hitam, berjubah hitam, memakai kaus belang merah putih, dan berhidung mbangir. Bagong yang seperti ini disebut Lupit atau nama lengkapnya Kyai Lurah Lupit dari Desa Karang Sembung. Dia memiliki seorang adik yang bernama Slenteng, Slenteng sendiri adalah perwujudan Gareng versi Wayang Golek Menak. Dalam pakeliran, Lupit adalah seorang punakawan yang hidup pada zaman kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa, Misalnya sebagai abdi dalem [[Sultan Trenggono]] pada zaman [[Kesultanan Demak]].
 
== Iklan ==
* [[Darya Varia|Supertin]] (1992 - 1993)
 
== Lihat pula ==
Baris 44 ⟶ 65:
{{tokoh wayang}}
 
[[Kategori:PanakawanPunakawan]]
[[Kategori:WayangTokoh pewayangan Jawa]]
 
[[jv:Bagong]]