Candi Pegulingan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 23:
|size=
}}
'''Candi
Candi Pegulingan terdapat di dalam kompleks pura Pegulingan. Panorama alam di lingkungan ini sangat indah, dari Pura Pegulingan [[Istana Tampaksiring]] pun kelihatan indah jika kita menghadap ke arah barat. Posisi Pura ini juga sangat strategis karena terletak di areal persawahan, sehingga secara tidak langsung kita disuguhi panorama alam yang sangat indah.<ref name=isi/>
Baris 31 ⟶ 32:
Pada tahun 2012 kompleks Candi dan Pura Pegulingan masuk dalam wilayah '''B''' [[Lanskap kultur Provinsi Bali]].<ref>{{citation| url=http://whc.unesco.org/document/117785 |work=Inscribed Property|title=Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy| author=UNESCO}}</ref>
== Penemuan ==
Cagar budaya di pura ini antara lain : sebuah [[stupa]] dan temuan lain berupa materai tanah liat, relief Gana, [[arca]] [[Budha]] dari emas dan fragmen-fragmen bangunan, kotak batu padas berisi materai tanah liat yang bertuliskan Formula Ye-Te dengan huruf pranagari berbahasa [[Sanskerta]] yang menguraikan [[mantra]] Agama [[Buddha Mahayana]] mengenai 3 ajaran [[Dharma]].<ref name=astawa/><ref name=linggih>{{citation |url=https://www.researchgate.net/publication/323123489_SIWA-BUDHA_DI_PURA_PEGULINGAN/fulltext/5a81922faca2726ad848f6c3/SIWA-BUDHA-DI-PURA-PEGULINGAN.pdf |title=Siwa-budha di Pura Pegulingan |first=I Nyoman |last=Linggih |journal=Forum Arkeologi |Volume=28 |Issue=2 |Year=2015 |pages=89-102}}</ref>
Baris 50 ⟶ 51:
“Sang Buddha (tathagata) telah berkata demikian Dharma ialah sebab atau pangkal dari segala kejadian (segala yang ada). Dan juga (Dharma itu) sebab atau pangkal dari kehancuran penderitaan. Demikianlah ajaran sang maha pertapa(Sang Budha)…”
Arca Budha yang ada di Pura
Pegulingan diperkirakan lima buah, terbuat dari batu padas, akan tetapi pada saat dilakukan penggalian hanya ditemukan empat buah dalam kondisi yang rusak.
# Arca 1, diperkirakan dengan sikap tangan ''dharmacakramudra'', yang dimiliki oleh '''Dhyani Budha Wairocana''' yang menempati bagian tengah.
# Arca 2, diperkirakan dengan sikap tangan ''bhumisaparsamudra'', yang dimiliki oleh '''Dhyani Budha Aksobhya''' yang menguasai arah timur.
# Arca 3, diperkirakan dengan sikap tangan ''abhayamudra'' yang dimiliki oleh '''Dhyani Budha Amoghasidhi''', yang menguasai arah utara.
# Arca 4 , diperkirakan dengan tangan kiri digambarkan dengan sikap ''dyanamudra'', dengan bagian lain tidak dapat diketahui karena rusak. Seandainya ketiga arca yang diduga tersebut benar, maka arca 4 yang dimiliki '''Dhyani Budha Amitabha''' yang menguasai arah barat, dan sisanya lagi 1 arca 5 adalah '''Dhyani Budha Ratnasambhawa''' dengan sikap ''waramudra'', yang menguasai arah selatan.<ref name=astawa/><ref name=linggih/>
Ditemukan juga sebuah
seperti ''[[vajra]]'' dan ''[[Padma (atribut)|padma]]''. Ditemukan pula pedupaan, sebuah gelang perunggu dan miniatur stupa dengan ''yasti'' yang telah patah. Komponen miniatur stupa itu terdiri atas bagian kaki berbentuk segi delapan, berdiri di atas lapik ''padmaganda'', kemudian ''anda'' di bagian tengah, pada bagian atas terdapat ''yasti'' berbentuk silinder. Pada bagian ''anda'' yang menghadap ke arah barat, berhias
relief dua ekor [[gajah]] saling membelakangi di kanan dan kiri tangga [[gapura]]. Hal ini diduga melukiskan ''candrasengkala'', yang mengandung arti. Gajah bernilai 8, gapura bernilai 9, dan gajah bernilai 8, sehingga sama dengan angka tahun 898 Saka atau 976
Masehi.<ref name=astawa/><ref name=linggih/>
{{Cquote |author=Prof. Dr. Soekomo (arkeolog) |source=Bali Post (15 September 1983)<ref name=isi/> |text=Penemuan kepurbakalaan di Pura Pegulingan Tampaksiring berupa pondasi bersegi delapan dan beberapa area Budhi Satwa memberi petunjuk bahwa peninggalan itu bersifat “Budhistik-Siwaistik” dan tidak mustahil penemuan monumental pertama di Indonesia. Selain peninggalan berupa arca Budha dan Fragmen lainnya juga ditemukan panca datu serta arca yoni yang bersifat Siwaistik. Dengan demikian pada saat berdirinya Candi (stupa) Pegulingan sudah terjadi sinkritisme (pencampuran) paham Siwa Budha, itu berarti pada zaman tersebut pemujaan terhadap Siwa (Hindu) dan Budha sudah berjalan baik dan damai.}}
== Referensi ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Candi di Bali]]
[[Kategori:Pura di Bali|Pegulingan]]
|