Lambang Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Gibranalnn (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(24 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox emblem
|
|
|
|
|middle =
|middle_width =
|middle_caption =
|lesser =
|lesser_alt =
|lesser_width =
|lesser_caption =
|image2 =
|image2_alt =
|image2_width =
|image2_caption =
|image3 =
|image3_alt =
|image3_width =
|image3_caption =
|armiger = Provinsi Aceh (sebagai penerus resmi Provinsi Daerah Istimewa Aceh)
|year_adopted = 1961
|until =
|crest =
|torse =
|shield = Dacin, rencong, padi, kapas, lada, cerobong asap, kitab, dan kalam
|supporter =
|supporters =
|compartment =
|motto = Pancacita
|
|badge =
|other_elements =
|earlier_versions =
▲|catatan =
|use =
|notes =
}}
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 065-08.jpg|jmpl|
'''Lambang [[Aceh]]''' adalah ''Pancacita''. Pancacita adalah lima cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. "Pancacita" diambil dari [[bahasa Sanskerta]]. Lambang Aceh berbentuk persegi lima yang menyerupai [[kopiah]]. Dalam perisai itu terdapat dacin (alat timbangan), [[rencong]], padi, kapas, lada, cerobong pabrik, kubah masjid (di antara padi dan kapas), kitab dan kalam. Keadilan dilembangkan dengan dacin. Kepahlawanan dilambangkan dengan recong. Kemakmuran dilambangkan dengan padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik. Kerukunan dilambangkan dengan kubah masjid. Sedangkan kesejahteraan dilambangkan kitab dan kalam.<ref name="Lambang Aceh">{{cite book|last =|first =|authorlink =|coauthors =|editor = Arief Mudzakir, BA & Sulistiono, S.S|others =|title = Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL)|origdate =|origyear = 2003|origmonth = Februari|url = http://www.anekailmu.com|format =|accessdate =|accessyear = 2008|accessmonth = Januari|edition = 1|date =|year = 2003|month = Februari|publisher = [[CV. Aneka Ilmu|Aneka Ilmu]]|location = Semarang|language = [[Bahasa Indonesia]]|id =|doi =|pages = viii + 296|chapter = 35|chapterurl =|quote = }}</ref>▼
'''Lambang Aceh'''{{efn|juga disebut '''Lambang Pancacita'''<ref>{{Cite web|last=|first=|title=Lambang Pancacita|url=https://diskominfo.acehprov.go.id/halaman/lambang|website=diskominfo.acehprov.go.id|language=|access-date=2023-05-11}}</ref>}} adalah lambang yang diadopsi pada tahun [[1961]] melalui [[Qanun Aceh|Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh]] No. 39 Tahun 1961 tentang [[Daftar lambang provinsi di Indonesia|Lambang]] [[Aceh|Daerah Istimewa Aceh]].<ref>{{Cite web|title=Peraturan Daerah No.39 tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh|url=http://acehprov.sikn.go.id/index.php/peraturan-daerah-no-39-tahun-1961-tentang-lambang-daerah-istimewa-aceh|website=acehprov.sikn.go.id|access-date=2023-05-11}}</ref> Lambang ini memiliki semboyan Pancacita yang diambil dari [[bahasa Sanskerta]] yang berarti lima cita-cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang ini berbentuk [[perisai]] segi lima yang menyerupai [[kopiah]]. Dalam perisai tersebut terdapat [[dacing|dacin]], [[rencong]], [[padi]] dan [[kapas]] yang membetuk [[kubah]] masjid, [[lada]], cerobong pabrik, [[Buku|kitab]], dan [[Qalam|kalam]].
== Proposal lambang baru ==▼
{{multiple image|align=left|direction = vertical | width = x75px|image1=Flag of Free Aceh Movement.svg|caption1=Bendera|image2=Emblem of Aceh.jpg|caption2=Lambang|header=Lambang Aceh yang diproposalkan|footer=Karena dianggap menggunakan lambang organisasi yang dilarang di Republik Indonesia, Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 ditolak oleh Kemendagri.}}▼
▲
Pada tanggal 25 Maret 2013, Pemerintah Aceh di bawah Gubernur [[Zaini Abdullah]] menetapkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera Aceh, dan ''coat of arms'' Singa dan Buraq memegang rencong, giwang, perisai, rangkaian bunga, padi, jangkar, huruf Arab ''ta'', kemudi, dan bulang bintang.dengan motto "Hudep beu sare mate beu sajan". Lambang ini dituangkan dalam Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013, menggantikan Perda Daerah Istimewa Aceh No. 39 Tahun 1961 yang menjadi dasar hukum lambang Pancacita. Bendera tersebut berasal dari [[Gerakan Aceh Merdeka]], dan diwujudkan semenjak digelar MoU antara Republik Indonesia dan GAM di [[Helsinki]] 2005, bahwa Aceh berhak menggunakan segala macam simbol yang digunakannya sebagai identitas daerah, termasuk bendera, lambang, dan himne, dan bukan simbol kedaulatan.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|title=Bendera GAM Resmi Berlaku di Aceh|url=https://www.kompas.com/|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-01-03}}</ref> Begitu qanun itu diundangkan, [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Kementerian Dalam Negeri]] (Kemendagri) meminta Pemerintah Aceh untuk mengevaluasi dalam masa tenggang 15 hari karena Pemerintah Aceh diwajibkan untuk merevisi lambang Aceh.<ref>{{Cite web|title=Qanun Dievaluasi, Kemendagri Imbau Warga Aceh Tidak Kibarkan Bendera|url=https://news.detik.com/berita/d-2209872/qanun-dievaluasi-kemendagri-imbau-warga-aceh-tidak-kibarkan-bendera|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2022-01-03}}</ref>▼
Lambang ini dirancang oleh Chairul Bahri, seorang [[pelukis]] asal Aceh berdarah [[Suku Gayo|Gayo]].<ref>{{Cite web|date=8 April 2021|title=Chairul Bahri, Pelukis Berdarah Gayo Sosok Perancang Pancacita Lambang Pemerintah Aceh|url=https://serambiwiki.tribunnews.com/2021/04/08/chairul-bahri-pelukis-berdarah-gayo-sosok-perancang-pancacita-lambang-pemerintah-aceh|website=Serambi Wiki|access-date=19 Februari 2024}}</ref>
Qanun Aceh ini ditolak pada 12 Mei 2016, karena dianggap menggunakan simbol-simbol organisasi terlarang atau gerakan separatisme yang beroperasi di Republik Indonesia. Dalam Keputusan Mendagri 188.34-4791 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016, lambang tersebut melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2007. Senator Aceh Ghazali Abbas Adan menyatakan bahwa "sampai hari kiamat pun tidak akan pernah diterima Pemerintah Pusat."<ref>{{Cite web|title=Qanun Bendera Dibatalkan 3 Tahun Lalu, Ghazali Abbas Adan Menyatakan Sampai Kiamat pun Ditolak|url=https://aceh.tribunnews.com/2019/08/02/qanun-bendera-dibatalkan-3-tahun-lalu-ghazali-abbas-adan-menyatakan-sampai-kiamat-pun-ditolak|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2022-01-03}}</ref>▼
Terpisah dari lambang versi Qanun ini, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mengusulkan alternatif kedua dari lambang daerah Aceh. Bendera versi mereka, adalah hijau dengan bulan bintang kuning dan pedang Aceh. Sementara lambang versi mereka, mereka mengusulkan Merpati, dacin, pintu Aceh, al-Qur'an, rencong, padi, dan kapas. Bagi mereka, lambang yang diproposalkan sudah cukup untuk memberi warna Islam pada identitas daerah.<ref>{{Cite web|title=Gugat Qanun, Ini Bendera dan Lambang Aceh Usulan YARA|url=https://aceh.tribunnews.com/2016/09/02/gugat-qanun-ini-bendera-dan-lambang-aceh-usulan-yara|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2022-01-03}}</ref>▼
{{multiple image
| align = left
| direction = vertical
| width = 75px
| image1 = Flag of Free Aceh Movement.svg
| caption1 = Bendera
| image2 = Aceh buraq and lion seal.jpg
| caption2 = Lambang
| header = Simbol Provinsi Aceh yang diusulkan
▲
}}
▲Pada tanggal 25 Maret 2013, [[Pemerintah Aceh]] di bawah [[Daftar Gubernur Aceh|Gubernur]] [[Zaini Abdullah]] menetapkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera Aceh, dan
▲Namun Qanun Aceh ini ditolak pada 12 Mei 2016, karena dianggap menggunakan simbol-simbol [[Daftar organisasi terlarang di Indonesia|organisasi terlarang]] atau [[Separatisme|gerakan separatisme]] yang beroperasi di Republik Indonesia. Dalam Keputusan
▲Terpisah dari lambang versi Qanun ini, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mengusulkan alternatif kedua
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Lambang provinsi di Indonesia}}
{{indonesia-stub}}▼
[[Kategori:Pemerintahan Aceh]]
[[Kategori:Lambang provinsi di Indonesia|Aceh]]
▲{{indonesia-stub}}
|