Tara Dharmasetu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Epìdosis (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
:: ''Untuk pengertian lain, lihat [[Tara]]''
 
'''Tara''' adalahmerupakan nama puteri SriMaharani [[DharmasetuSriwijaya]] darike-10 Wangsabergelar SomaSri Kahulunan. Dari perkawinannya denganMenurut [[SamaragrawiraPrasasti Nalanda]], rajaDewi Tara adalah Putri [[Wangsa SailendraDharmasetu]] (sekitaryang menikah dengan [[802Samaragrawira]] dari [[819Wangsa Sailendra]]), ia melahirkan [[Balaputradewa]] yang menjadi raja [[Kerajaan Sriwijaya]]. Berdasarkan berita tersebut, Sri Dharmasetu pun dianggap sebagai raja [[kerajaan Sriwijaya]], atau dengan kata lain, [[Balaputradewa]] mewarisi takhta dari kakeknya tersebut.
{{infobox royalty
| title = Tara <br> ( Menurut [[Prasasti Nalanda]] )<br> Srī Kahulunan<br> ( Menurut [[Prasasti Tri Tepusan]] )
| image =
| succession = Maharani [[Sriwijaya]] ke-10
| reign = 842 - 860
| predecessor = [[Samaratungga]]
| successor = [[Balaputradewa]]
| birth_name = Tara
| spouse = [[Samaragrawira]]
| issue = [[Balaputradewa]]
| house = [[Soma]]
| father = [[Dharmasetu]]
| mother =
| religion = [[Buddha]]
| succession2 =
| reign2 =
| predecessor2 =
| successor2 =
}}
Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan bahwa Samaragrawira mempunyai dua orang isteri yang satu melahirkan [[Pramodawardhani]] yang satunya lagi melahirkan [[Balaputradewa]].
 
Dengan demikian, maka diketahui kalau Balaputradewa adalah saudara Pramodawardhani. Namun, berbeda Ibu Kandung.
{{bio-stub}}
 
== Identifikasi Prasasti Nalanda, Wukiran & Wantil ==
[[Kategori:Kerajaan Mataram Kuno]]
Dalam Prasasti Nalanda, dijelaskan kalau Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, dapat disimpulkan kalau Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya karena menjadi Permaisuri Raja Samaragrawira.
[[Kategori:Wangsa Sailendra]]
 
Hal itu juga diperkuat dengan temuan Prasasti Wukiran, Menurut sejarawan Boechari, di bukit Ratu Baka tidak dijumpai prasasti atas nama [[Balaputradewa]], melainkan atas nama Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]]. Mungkin tokoh ini yang memberontak terhadap pemerintahan Rakai Pikatan karena ia juga mengaku sebagai keturunan asli pendiri kerajaan, yaitu [[Sanjaya]].
 
Sementara itu istilah Walaputra dalam [[prasasti Wantil]] bermakna “putra bungsu”. Jadi, istilah ini bukan nama lain dari [[Balaputradewa]], melainkan julukan untuk [[Dyah Lokapala]], yaitu pahlawan yang berhasil mengalahkan Rakai Walaing, musuh ayahnya.
 
Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu [[Balaputradewa]] mungkin keliru. Karena [[Balaputradewa]] mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia memindahkan ibukota Sriwijaya ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif.
 
== Identifikasi Sri Kahulunan ==
=== Menurut Casparis ===
Sementara itu, prasasti Tri Tepusan tanggal [[11 November]] [[842]] menyebutkan adanya tokoh bergelar '''Sri Kahulunan''' yang membebaskan pajak beberapa desa agar penduduknya ikut serta merawat ''Kamulan Bhumisambhara'' (nama asli [[Candi Borobudur]]). Sejarawan Dr. De Casparis menafsirkan istilah ''Sri Kahulunan'' dengan “[[permaisuri]]”, yaitu Pramodawardhani, karena pada saat itu [[Rakai Pikatan]] diperkirakan sudah menjadi raja.
 
(Pendapat Casparis telah terbantahkan oleh Boechari berdasarkan kisah Mahabharata, karena Jika tetap istilah Sri Kahulunan ditafsirkan sebagai permaisuri. Maka, permaisuri itulah istri dari [[Samaratungga]])
 
=== Menurut Boechari ===
Pendapat lain dikemukakan oleh Drs. Boechari yang menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]]. Misalnya, dalam ''[[Mahabharata]]'' tokoh [[Yudhisthira]] memanggil ibunya, yaitu [[Kunti]], dengan sebutan ''Sri Kahulunan''. Jadi, menurut versi ini, tokoh ''Sri Kahulunan'' bukan Pramodawardhani, melainkan ibunya, yaitu istri [[Samaratungga]].
 
(Pendapat Boechari yang menafsirkan Sri Kahulunan sebagai Ibu suri / Ratu. Hal itu sesuai dengan isi prasasti Nalanda. Bahwa Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, Kemungkinan besar Dewi Tara lah yang menjadi permaisuri Samaragrawira sekaligus Ibu Ratu dari Balaputradewa.
 
=== Menurut Kusen ===
Berangkat dari penafsiran Drs. Boechari yang menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]], Kusen mengidentifikasikan ''Śrī Kahulunnan'' sebagai ibu suri dari masa raja yang menjabat pada masa prasasti tersebut, misal prasasti Tri Tepusan tanggal [[11 November]] [[842]] menyebutkan adanya tokoh bergelar '''Sri Kahulunan''' yang membebaskan pajak beberapa desa agar penduduknya ikut serta merawat ''Kamulan Bhumisambhara'' (nama asli [[Candi Borobudur]]), dan beberapa pendek prasasti candi plaosan, yang menyebut pejabat bernama ''Sang Sirikkan Pu Suryya'' yang juga termuat dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]], dan Śrī Kahulunnnan sebagai pejabat pada masa [[Rakai Garung]], sehingga menimbulkan dugaan bahwa [[Candi Plaosan]] dibangun pada masa pemerintahannya. Maka Kusen berpendapat, bahwa Śrī Kahulunan adalah ibu suri dari [[Rakai Garung]], istri dari ''seorang yang dimakamkan di Tuk/Tluk'', yang ia tafsirkan sebagai [[Rakai Panaraban]].
 
== Referensi ==
* Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
 
{{s-start}}
{{Succession box|jabatan=Maharani Sriwijaya{{br}}'''<small>{{nowrap|Menurut [[Prasasti Tri Tepusan]]}}<br> Berdasarkan Kajian Boechari</small><br>([[Wangsa Soma]])|tahun=842 - 860|pendahulu=[[Samaratungga]]|pengganti=[[Balaputradewa]]}}
{{End}}
 
[[Kategori:Wangsa SailendraSoma]]
[[Kategori:Maharani Sriwijaya]]
[[Kategori:Kerajaan Mataram KunoSriwijaya]]