Tara Dharmasetu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Penataan Bidang
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
:: ''Untuk pengertian lain, lihat [[Tara]]''
 
'''Tara''' merupakan Maharani [[Sriwijaya]] ke-10 bergelar Sri Kahulunan. Menurut [[Prasasti Nalanda]], Dewi Tara adalah Putri [[Dharmasetu]] yang menikah dengan [[Samaragrawira]] dari [[Wangsa Sailendra]], ia melahirkan [[Balaputradewa]] yang menjadi raja [[Kerajaan Sriwijaya]].
Baris 21:
| successor2 =
}}
Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan bahwa Samaragrawira mempunyai dua orang isteri yang satu melahirkan [[Pramodawardhani]] yang satunya lagi melahirkan [[Balaputradewa]].
 
Dengan demikian, maka diketahui kalau Balaputradewa adalah saudara Pramodawardhani. Namun, berbeda Ibu Kandung.
 
== Identifikasi Prasasti Nalanda, Wukiran & Wantil ==
Dalam Prasasti Nalanda, dijelaskan kalau Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, dapat disimpulkan kalau Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya karena menjadi Permaisuri Raja Samaragrawira.
 
Hal itu juga diperkuat dengan temuan Prasasti Wukiran, Menurut sejarawan Boechari, di bukit Ratu Baka tidak dijumpai prasasti atas nama [[Balaputradewa]], melainkan atas nama Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]]. Mungkin tokoh ini yang memberontak terhadap pemerintahan Rakai Pikatan karena ia juga mengaku sebagai keturunan asli pendiri kerajaan, yaitu [[Sanjaya]].
 
Sementara itu istilah Walaputra dalam [[prasasti Wantil]] bermakna “putra bungsu”. Jadi, istilah ini bukan nama lain dari [[Balaputradewa]], melainkan julukan untuk [[Dyah Lokapala]], yaitu pahlawan yang berhasil mengalahkan Rakai Walaing, musuh ayahnya.
 
Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu [[Balaputradewa]] mungkin keliru. Karena [[Balaputradewa]] mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia memindahkan ibukota Sriwijaya ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif.
Baris 44:
 
(Pendapat Boechari yang menafsirkan Sri Kahulunan sebagai Ibu suri / Ratu. Hal itu sesuai dengan isi prasasti Nalanda. Bahwa Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, Kemungkinan besar Dewi Tara lah yang menjadi permaisuri Samaragrawira sekaligus Ibu Ratu dari Balaputradewa.
 
=== Menurut Kusen ===
Berangkat dari penafsiran Drs. Boechari yang menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]], Kusen mengidentifikasikan ''Śrī Kahulunnan'' sebagai ibu suri dari masa raja yang menjabat pada masa prasasti tersebut, misal prasasti Tri Tepusan tanggal [[11 November]] [[842]] menyebutkan adanya tokoh bergelar '''Sri Kahulunan''' yang membebaskan pajak beberapa desa agar penduduknya ikut serta merawat ''Kamulan Bhumisambhara'' (nama asli [[Candi Borobudur]]), dan beberapa pendek prasasti candi plaosan, yang menyebut pejabat bernama ''Sang Sirikkan Pu Suryya'' yang juga termuat dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]], dan Śrī Kahulunnnan sebagai pejabat pada masa [[Rakai Garung]], sehingga menimbulkan dugaan bahwa [[Candi Plaosan]] dibangun pada masa pemerintahannya. Maka Kusen berpendapat, bahwa Śrī Kahulunan adalah ibu suri dari [[Rakai Garung]], istri dari ''seorang yang dimakamkan di Tuk/Tluk'', yang ia tafsirkan sebagai [[Rakai Panaraban]].
 
== Referensi ==