Roehana Koeddoes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori Wanita Indonesia dengan Perempuan Indonesia
(33 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Personwriter
{{refimprove}}
{{Infobox Person
|name=Roehana Koeddoes
|image= Rohana_KudusRohana Kudus.jpg|Roehana Koeddoes
| birth_name = Siti Roehana<ref name="2 News" />
|birth_date= {{birth date|1884|12|20|mf=y}}
|birth_place= [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|tepi|25px|link=Hindia Belanda|Hindia Belanda]] [[Koto Gadang]], [[Agam]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]
|death_date= {{death date and age|1972|8|17|1884|12|20|mf=y}}
|death_place= {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| nationality = [[Indonesia]]
|occupation= [[Pengajar]], [[wartawan]]
|parents= [[Mohammad Rasjad|Mohamad Rasjad Maharadja Soetan]] (ayah){{br}}Kiam (ibu)
Baris 13 ⟶ 14:
}}
 
'''Roehana Koeddoes''' ([[EBI]]: '''Ruhana Kuddus''', atau '''Rohana Kudus''' dalam versi populer{{NoteTag|content=Nama ini adalah yang lebih sering digunakan di media-media, walaupun salah dalam [[Ejaan Bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Sejarawan Perbaiki Ejaan Nama Ruhana Kuddus|url=https://kumparan.com/langkanid/sejarawan-perbaiki-ejaan-nama-roehana-koeddoes|access-date=2021-06-08|website=kumparan|language=id-ID}}</ref>}} {{lahirmati|[[Koto Gadang]], [[Kabupaten Agam]],keturanan sekarang keluarga Langkat dari medan dan keturunan terakhir adalah nama : mika abdul malik turuanan yang paling baik, [[SumatraSumatera Barat]]|20|12|1884|[[Jakarta]]|17|8|1972}}) adalah [[Wartawan|wartawati]] pertama Indonesia.<ref name=":1">{{Cite news|last=Hanifah|first=Ratih Widihastuti|date=April 2021|title=Roehana Koeddoes, Wartawati Pertama Berbakat Homeschooling|work=Intisari|access-date=19 April 2021}}</ref> Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah [[Yayasan Amai Setia|Kerajinan Amai Setia]] (KAS) di [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]]. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana menulis di surat kabar perempuan, ''[[Poetri Hindia]]''. Ketika dibredel pemerintah Hindia-Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama ''[[Soenting Melajoe|Sunting Melayu]]'', yang tercatat sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di [[Indonesia]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Magdalene.co|date=2020|title=Her Story:Perempuan Nusantara di Tepi Sejarah|location=Jakarta|publisher=PT Elex Media Komputindo|pages=59|url-status=live}}</ref> Roehana hidup pada zaman yang sama dengan [[Kartini]], ketika akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
 
Ruhana lahir dari ayahnya yang bernama [[Mohammad Rasjad|Mohamad Rasjad Maharadja Soetan]] dan ibunya bernama Kiam. Roehana adalah kakak tiri dari [[Soetan Sjahrir]], [[Perdana Menteri]] [[Indonesia]] yang pertama dan juga ''mak tuo'' (bibi) dari penyair terkenal [[Chairil Anwar]]. Dia juga sepupu [[Agus Salim]].<ref>{{cite book|last1=Abdullah|first1=Taufik|date=1971|url=https://hdl.handle.net/2027/mdp.39015008793930|title=Schools and politics: the Kaum Muda movement in West Sumatra (1927-1933).|location=Ithaca|publisher=Cornell Modern Indonesia Project|page=13}}</ref> Roehana hidup pada zaman yang sama dengan [[Kartini]], ketika akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
 
Pada tanggal 7 November 2019, Ruhana dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] dalam sebuah upacara di [[Istana Negara]].<ref>https://setneg.go.id/baca/index/presiden_jokowi_anugerahkan_gelar_pahlawan_nasional_kepada_6_tokoh_2</ref><ref>{{Cite web|date=2019-11-08|title=Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 Tokoh|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-anugerahkan-gelar-pahlawan-nasional-kepada-6-tokoh/|website=Presiden RI|language=id-ID|access-date=2021-04-19}}</ref> Yang menerima penghargaan mewakili keluarga waris adalah Janeydy, cucu dari Rohana.<ref>https://m.cnnindonesia.com/nasional/20191108201206-20-446795/haru-dan-bangga-keluarga-atas-gelar-pahlawan-nasional</ref>
 
== Latar belakang ==
Ia dilahirkan sebagai Siti Ruhana pada tanggal 20 Desember 1884 di desa (nagari) [[Koto Gadang]], [[Kabupaten Agam]], di pedalaman [[SumatraSumatera Barat]], [[Hindia Belanda]].<ref name="Adam 142-4">{{cite book |last1=Adam |first1=Ahmat |title=The vernacular press and the emergence of modern Indonesian consciousness (1855-1913) |url=https://archive.org/details/vernacularpresse0000ahma |date=1995 |publisher=Southeast Asia Program, Cornell University |location=Ithaca, N.Y. |isbn=9781501719035 |pages=[https://archive.org/details/vernacularpresse0000ahma/page/142 142]-4}}</ref> Ayahnya [[Mohammad Rasjad|Mohammad Rasjad Maharadja Soetan]] adalah kepala jaksa [[Karesidenan Jambi]] dan kemudian [[Medan]]. Ruhana adalah saudara tiri [[Sutan Sjahrir]], dan sepupu [[Agus Salim]], baik intelektual dan politisi penting dalam gerakan kemerdekaan Indonesia.<ref>{{cite book |last1=Abdullah |first1=Taufik |title=Schools and politics: the Kaum Muda movement in West Sumatra (1927-1933). |date=1971 |publisher=Cornell Modern Indonesia Project |location=Ithaca |page=13 |url=https://hdl.handle.net/2027/mdp.39015008793930}}</ref> Dia juga bibi (''mak tuo'') penyair Indonesia [[Chairil Anwar]]. Ruhana cerdas meski tidak mengenyam pendidikan formal. Dia sering belajar dengan ayahnya, yang mengajarinya membaca dan studi bahasa. Ketika ayahnya ditugaskan di [[Alahan Panjang]], Sumatera Barat, dia meminta tetangganya (termasuk istri jaksa lain) untuk mengajarinya membaca dan menulis dalam [[aksara Jawi]] dan [[Aksara Latin|Latin]], dan keterampilan rumah tangga seperti membuat [[renda]].<ref name="Adam 142-4" /><ref name="2 News">{{Cite web|last=Zuhra|first=Wan Ulfa Nur|title=Menjadi Jurnalis Perempuan Pertama Secara Otodidak|url=https://tirto.id/menjadi-jurnalis-perempuan-pertama-secara-otodidak-b3jw|access-date=2021-03-13|website=tirto.id|language=id}}</ref><ref name="Adam 142-4" /><ref name="3 News">{{Cite web|last=Setyowati|first=Hajar Nur|date=2020-04-22|title=Melampaui Kartini (3): Roehana Koeddoes, Suluh Kaum Perempuan Indonesia|url=https://ibtimes.id/melampaui-kartini-3-roehana-koeddoes-suluh-kaum-perempuan-indonesia/|access-date=2021-03-13|website=IBTimes.ID|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|last=Hadi|first=Rahmad Tri|date=2021-03-06|title=Rohana Kudus Sang Pelopor Renaisans Kaum Perempuan di Minangkabau (Part 1)|url=https://rahma.id/rohana-kudus-sang-pelopor-renaisans-kaum-perempuan-di-minangkabau-part-1/|access-date=2021-04-25|website=Inspirasi Muslimah|language=id-ID}}</ref> Setelah kematian ibunya pada tahun 1897, ia kembali ke Koto Gadang dan menjadi semakin tertarik untuk mengajar gadis-gadis di sana untuk belajar kerajinan tangan dan membaca [[Al-Qur'an]], meskipun ia sendiri masih anak-anak.<ref name="Adam 142-4" /><ref name="Salmon 1977">{{cite journal |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Presse féminine ou féministe ? |journal=Archipel |date=1977 |volume=13 |issue=1 |pages=157–92 |doi=10.3406/arch.1977.1334 |url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1977_num_13_1_1334 |language=fr}}</ref>
 
Roehana adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Pada zamannya Roehana termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah tindakan semena-semena dan harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta perjuangannya Roehana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan.<ref>{{Cite book|last=Riadi|first=Dayun|date=Oktober 2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Pendidikan/GUZwEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Dengan+kecerdasan,+keberanian,+pengorbanan+serta+perjuangannya+Roehana+melawan+ketidakadilan+untuk+perubahan+nasib+kaum+perempuan&pg=PA172&printsec=frontcover|title=Dasar-Dasar Pendidikan|location=Yogyakarta|publisher=Samudra Biru|isbn=978-602-5960-42-0|pages=172|url-status=live}}</ref>
 
Walaupun Roehana tidak bisa mendapat pendidikan secara formal namun ia rajin belajar dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah [[Belanda]] yang selalu membawakan Roehana bahan bacaan dari kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat Roehana cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya. Dalam Umur yang masih sangat muda Roehana sudah bisa menulis dan membaca, dan berbahasa Belanda. Selain itu ia juga belajar [[abjad Arab]], [[Abjad Latin|Latin]], dan [[Jawi|Arab-Melayu]]. Saat ayahnya ditugaskan ke [[Alahan Panjang]], Roehana bertetangabertetangga dengan pejabat Belanda atasan ayahnya. Dari istri pejabat Belanda itu Roehana belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang merupakan keahlian perempuan Belanda. Disini ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropa yang sangat digemari Roehana.<ref name="Adam 142-4"/>
 
== Pendidikan dan wirausaha ==
[[Berkas:Kerajinan Amai Setia.jpg|jmpl|Sekolah [[Yayasan Amai Setia|Kerajinan Amai Setia]] yang kini beralih fungsi menjadi museum.]]
 
Upaya awal Ruhana pada bentuk pendidikan yang lebih terorganisir datang pada tahun 1905 ketika ia mendirikan sekolah artisanal di Koto Gadang.<ref name="Salmon 1977" />
 
Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimilikinya ia kembali ke kampung. Pada tahun 1908, pada usia 24 tahun, Ruhana menikah dengan Abdoel Koeddoes, seorang notaris, dan dikenal sebagai Roehana Koeddoes. Abdoel Koeddoes mendukung upaya istrinya dalam mendidik perempuan.<ref name="2 News" /><ref>{{Cite web|last=JawaPos.com|date=2018-03-28|title=Ruhana Kudus Tokoh Perempuan Satu Generasi dengan Kartini|url=https://www.jawapos.com/jpg-today/28/03/2018/ruhana-kudus-tokoh-perempuan-satu-generasi-dengan-kartini/|access-date=2020-12-10|website=JawaPos.com|language=id}}</ref> Roehana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama [[Kerajinan Amai Setia|Sekolah Kerajinan Amai Setia]]. Pada 13 Januari 1915, sekolah ini mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah Hindia Belanda.<ref name=":1" /> Sekolah ini terletak di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, [[Kabupaten Agam]] dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang.<ref name=":0" />
 
Pada Februari 1911, Ruhana memutuskan untuk mendirikan suatu perkumpulan pendidikan perempuan yang lebih terorganisir, bernama [[Kerajinan Amai Setia]], dengan sekolah yang secara khusus bertujuan untuk mengajarkan keterampilan dan keterampilan di luar tugas rumah tangga biasa, serta membaca tulisan Jawi dan Latin serta mengelola rumah tangga.<ref name="Adam 142-4" /> Selama ini, ia menghadapi tentangan dari berbagai sumber yang menentang perubahan dan kemajuan perempuan. Dengan dukungan suaminya, Ruhana bertahan dan akhirnya membujuk orang untuk berpihak padanya, akhirnya merekrut sekitar enam puluh siswa.<ref name="Adam 142-4" />
Sekolah Kerajinan Amai Setia berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Banyak sekali rintangan yang dihadapi Roehana dalam mewujudkan cita-citanya. Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat [[Koto Gadang, Koto Besar, Dharmasraya|Koto Gadang]], bahkan fitnahan yang tak kunjung menderanya seiring dengan keinginannnya untuk memajukan kaum perempuan. Namun gejolak sosial yang dihadapinya justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang diperjuangkannya.<ref>{{Cite web |url=http://www.langitperempuan.com/2008/07/rohana-kudus-rintis-suratkabar-perempuan-tahun-1912/ |title=Salinan arsip |access-date=2020-06-03 |archive-date=2009-05-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090509214506/http://www.langitperempuan.com/2008/07/rohana-kudus-rintis-suratkabar-perempuan-tahun-1912/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Sekolah ini mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Hindia Belanda pada 1915, dan menjadi pusat pengrajin untuk bekerja sama dengan pemerintah Belanda dalam penjualan karya mereka di kota-kota besar dan luar negeri.<ref name="Adam 142-4" /> Itu adalah satu-satunya produsen kerajinan yang memenuhi standar pembelian internasional.<ref name="3 News" /> Sekolah ini terletak di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, [[Kabupaten Agam]] dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang.<ref name=":0" />
Selain berkiprah di sekolahnya, Roehana juga menjalin kerja sama dengan pemerintah Belanda karena ia sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. Disamping itu juga Roehana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang memenuhi syarat ekspor. Ini menjadikan sekolah Roehana berbasis industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di [[Suku Minangkabau|Minangkabau]].
 
Sekolah Kerajinan Amai Setia berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Banyak sekali rintangan yang dihadapi Roehana dalam mewujudkan cita-citanya. Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat [[Koto Gadang, KotoIV BesarKoto, DharmasrayaAgam|Koto Gadang]], bahkan fitnahan yang tak kunjung menderanya seiring dengan keinginannnya untuk memajukan kaum perempuan. Namun gejolak sosial yang dihadapinya justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang diperjuangkannya.<ref>{{Cite web |url=http://www.langitperempuan.com/2008/07/rohana-kudus-rintis-suratkabar-perempuan-tahun-1912/ |title=Salinan arsip |access-date=2020-06-03 |archive-date=2009-05-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090509214506/http://www.langitperempuan.com/2008/07/rohana-kudus-rintis-suratkabar-perempuan-tahun-1912/ |dead-url=yes }}</ref>
Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Roehana. Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Roehana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah Roehana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatra Barat.
 
Selain berkiprah di sekolahnya, Roehana juga menjalin kerja sama dengan pemerintah Belanda karena ia sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. DisampingDi samping itu juga Roehana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang memenuhi syarat ekspor. Ini menjadikan sekolah Roehana berbasis industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di [[Suku Minangkabau|Minangkabau]].{{cn}}
 
Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Roehana. Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Roehana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah Roehana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di SumatraSumatera Barat.{{cn}}
 
Dia terus bekerja di bidang pendidikan bahkan saat menjadi jurnalis. Pada 1916 ia diangkat sebagai guru di sebuah sekolah untuk orang Indonesia di [[Payakumbuh]], Sumatera Barat.<ref>{{cite news |title=Inlandsch onderwijs |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:002103083:mpeg21:a00020 |work=Sumatra-bode |date=1916-10-07}}</ref>
 
== Mendirikan surat kabar ==
[[Berkas:Berita_valid1612857768-crop.jpg|jmpl|Surat kabar ''[[Soenting Melajoe|Sunting Melayu]]'', 7 Agustus 1912.]]
 
Terampil menulis, Koeddoes tidak berhenti mengajar kerajinan perempuan. Dia percaya dalam mendidik wanita secara keseluruhan. Tahun berikutnya, ia mengirim surat kepada [[Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja|Soetan Maharadja]], pemimpin redaksi ''[[Oetoesan Melajoe]]'' ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]]: ''Utusan Melayu''), mengusulkan untuk memulai sebuah surat kabar berorientasi perempuan.{{cn}}
 
Maharadja telah mendengar tentang kegiatan pendidikan Ruhana, dan pada tanggal 10 Juli 1912, terbitan pertama ''[[Soenting Melajoe]]'' ([[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI]]: ''Sunting Melayu''), sebuah surat kabar berbahasa Melayu dengan pembaca yang dituju, diluncurkan.<ref name="Adam 142-4" /> Nama surat kabar tersebut mengacu pada Sunting, hiasan kepala tradisional yang dikenakan oleh perempuan, tetapi juga merupakan plesetan dari kata lain yang berarti menyunting atau mengoreksi. Ruhana menjadi pemimpin redaksi, dibantu oleh putri Soetan Maharadja, Zoebaidah Ratna Djoewita.<ref name="2 News" /><ref>[http://www.ruangbaca.com/ruangbaca ''Sunting Melayu''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090426043224/http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/ |date=2009-04-26 }}, Ruangbaca</ref> Ia menyatakan bahwa surat kabar tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan perempuan Indonesia, terutama karena sedikit dari mereka yang bisa membaca bahasa Belanda dan materi pendidikan modern yang tersedia dalam [[bahasa Melayu]] (Indonesia) relatif sedikit.<ref>{{cite news |title=Moderne Maieische Vrouwen. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:002789022:mpeg21:a00032 |work=De Expres |date=1912-08-27}}</ref> Surat kabar itu membahas isu-isu sosial hari itu, termasuk tradisionalisme, poligami, perceraian, dan pendidikan anak perempuan.<ref name="Adam 142-4" /> Sebagian besar penyumbang adalah istri pejabat pemerintah atau bangsawan.<ref name="Adam 142-4" /> Akhirnya penerbitan surat kabar yang berkelanjutan mengilhami penciptaan lebih banyak masyarakat pendidikan seperti yang telah diciptakan Ruhana pada tahun 1911.<ref name="Adam 142-4" />
 
Keinginan untuk berbagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di kampungnya ditunjang kebiasaannya menulis berujung dengan diterbitkannya surat kabar perempuan yang diberi nama ''[[Soenting Melajoe]]'' pada tanggal 10 Juli 1912. ''Soenting Melajoe'' merupakan surat kabar yang terbit tiga kali dalam seminggu. ''Soenting Melajoe'' tercatat dalam sejarah sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.<ref name=":1" /><ref name="Adam 142-4" />
 
Pada tahun 1913 ia menemani keluarga Westenenk ke [[Belanda]] untuk sementara waktu guna meningkatkan pendidikannya.<ref>{{cite news |title=Een malaische vrouw naar Nederland. |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB19:002094050:mpeg21:a00003 |work=Sumatra-bode |date=1913-03-03}}</ref> Setelah kembali ke Hindia, ia terus menyunting ''Soenting Melajoe''.{{cn}}
Kisah sukses Roehana di sekolah kerajinan Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober 1916 seorang muridnya yang telah didiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan Direktris dan Peningmeester karena tuduhan penyelewengan penggunaan keuangan. Roehana harus menghadapi beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Roehana tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, tetapi dengan halus ditolaknya karena dia berniat pindah ke [[Bukittinggi]].
 
Kisah sukses Roehana di sekolah kerajinan Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober 1916 seorang muridnya yang telah didiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan Direktris dan Peningmeester karena tuduhan penyelewengan penggunaan keuangan. Roehana harus menghadapi beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Roehana tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, tetapi dengan halus ditolaknya karena dia berniat pindah ke [[Bukittinggi]].{{cn}}
Di Bukittinggi Roehana mendirikan sekolah dengan nama “Roehana School”. Roehana mengelola sekolahnya sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan terulang kembali. Roehana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tetapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Roehana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.
 
Di Bukittinggi Roehana mendirikan sekolah dengan nama “Roehana School”. Roehana mengelola sekolahnya sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan terulang kembali. Roehana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tetapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Roehana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.{{cn}}
Tak puas dengan ilmunya, di Bukittinggi Roehana memperkaya keterampilannya dengan belajar membordir pada orang [[Tiongkok|Cina]] dengan menggunakan mesin jahit Singer. Karena jiwa bisnisnya juga kuat, selain belajar membordir Roehana juga menjadi agen mesin jahit untuk murid-murid di sekolahnya sendiri. Roehana adalah perempuan pertama di Bukittinggi yang menjadi agen [[mesin jahit]] Singer yang sebelumnya hanya dikuasai orang Tionghoa.
 
Tak puas dengan ilmunya, di Bukittinggi Roehana memperkaya keterampilannya dengan belajar membordir pada orang [[Tiongkok|Cina]] dengan menggunakan mesin jahit Singer. Karena jiwa bisnisnya juga kuat, selain belajar membordir Roehana juga menjadi agen mesin jahit untuk murid-murid di sekolahnya sendiri. Roehana adalah perempuan pertama di Bukittinggi yang menjadi agen [[mesin jahit]] Singer yang sebelumnya hanya dikuasai orang Tionghoa.{{cn}}
Dengan kepandaian dan kepopulerannya Roehana mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra. Di sekolah ini muridnya tidak hanya perempuan tetapi ada juga laki-laki. Roehana diberi kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda. Semua guru di sini adalah lulusan sekolah guru kecuali Roehana yang tidak pernah menempuh pendidikan formal. Namun Roehana tidak hanya pintar mengajar menjahit dan menyulam melainkan juga mengajar mata pelajaran agama, budi pekerti, Bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis jurnalistik.
 
Dengan kepandaian dan kepopulerannya Roehana mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra. Di sekolah ini muridnya tidak hanya perempuan tetapi ada juga laki-laki. Roehana diberi kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda. Semua guru di sini adalah lulusan sekolah guru kecuali Roehana yang tidak pernah menempuh pendidikan formal. Namun Roehana tidak hanya pintar mengajar menjahit dan menyulam melainkan juga mengajar mata pelajaran agama, budi pekerti, Bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis jurnalistik.{{cn}}

Roehana menghabiskan waktu sepanjang hidupnya dengan belajar dan mengajar. Mengubah paradigma dan pandangan masyarakat [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]] terhadap pendidikan untuk kaum perempuan yang menuding perempuan tidak perlu menandingi laki-laki dengan bersekolah segala. Namun dengan bijak Roehana menjelaskan “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. [[Emansipasi]] yang ditawarkan dan dilakukan Roehana tidak menuntut persamaan hak perempuan dengan laki-laki namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah perempuan itu sendiri secara kodratnya. Untuk dapat berfungsi sebagai perempuan sejati sebagaimana mestinya juga butuh ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk itulah diperlukannya pendidikan untuk perempuan.{{cn}}
 
Pada awal tahun 1921 Ruhana meninggalkan ''Soenting Melajoe'' untuk alasan yang tidak diketahui dan Soetan Maharadja menunjuk putrinya sendiri Retna Tenoen sebagai editor baru.<ref>{{cite news |title=Een tweede Kartini? |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010383204:mpeg21:a0105 |work=De Sumatra post |date=1921-02-22}}</ref> Namun, ''Soenting Melajoe'' tidak bertahan lama setelah itu dan ternyata terbitan terakhirnya pada Januari 1921 bersama dengan surat kabar Soetan Maharadja lainnya, ''Oetoesan Melajoe''.<ref>{{cite journal |title=BABOE HINDIA. |journal=Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers |date=1921-03-12 |volume=22 |page=438 |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKITLV3:002204022:00034 |language=nl}}</ref>
 
== Pergerakan ==
{{Quote box|align=right|width=27%|quote=Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.|author=Roehana Koeddoes<ref>https://www.google.co.id/books/edition/Rohana_Kuddus/UgNlAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=%22Perputaran+zaman+tidak+akan+pernah%22&dq=%22Perputaran+zaman+tidak+akan+pernah%22&printsec=frontcover</ref>}}
 
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Roehana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui [[Ngarai Sianok]] dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke [[Payakumbuh]] dengan [[kereta api]].{{cn}}
 
Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke [[Lubuk Pakam]] dan [[Medan]]. Di sana dia mengajar dan memimpin surat kabar ''[[Perempoean Bergerak|Perempuan Bergerak]]''. Kembali ke [[Padang]], ia menjadi redaktur surat kabar ''Radio'' yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat kabar ''Cahaya Sumatra''. Perempuan yang wafat pada 17 Agustus 1972 itu mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya.
 
== Wafat dan Penghargaan ==
Demikianlah Roehana Koeddoes menghabiskan 88 tahun umurnya dengan beragam kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik. Kalau dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung Roehana. Selama hidupnya ia menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974), pada [[Hari Pers Nasional]] ke-3, 9 [[Februari]] 1987, [[Menteri]] Penerangan [[Harmoko]] menganugerahinya sebagai Perintis [[Pers]] Indonesia. Dan pada tanggal 6 November 2007 pemerintah Indonesia menganugerahkan [[Bintang Jasa Utama]].
Roehana Koeddoes meninggal di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1972, 27 tahun pada [[Hari Kemerdekaan Indonesia]]. Ia dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak]].<ref name="2 News" /><ref>{{Cite web|date=2020-09-06|title=Puan Bicara ‘Sumbar dan Pancasila’, Ini Deretan Pahlawan dari Ranah Minang|url=https://si.or.id/2020/09/06/puan-bicara-sumbar-dan-pancasila-ini-deretan-pahlawan-dari-ranah-minang/|access-date=2021-03-08|website=SYARIKAT ISLAM|language=en-US}}</ref>
 
Pada tahun 1974, pemerintah daerah [[Sumatera Barat]] memberikan penghargaan kepadanya sebagai Wartawati Pertama.<ref name="3 News" /><ref>{{Cite web|date=2020-04-21|title=Jazirah Malayu: Rohana Koedoes [3]|url=http://agamvanminangkabau.blogspot.com/2020/04/rohana-koedoes-3.html|access-date=2021-11-08|website=Jazirah Malayu}}</ref> Ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Perintis Pers Indonesia pada tahun 1987 dan [[Bintang Jasa Utama]] pada tahun 2007.<ref>{{Cite web|last=Okezone|date=2007-11-09|title=SBY Anugerahkan 9 Gelar Pahlawan Nasional : Okezone News|url=https://news.okezone.com/read/2007/11/09/1/59674/sby-anugerahkan-9-gelar-pahlawan-nasional|access-date=2021-03-13|website=https://news.okezone.com/|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|date=2020-08-17|title=5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia|url=https://gensindo.sindonews.com/read/135972/700/5-pahlawan-perempuan-yang-memajukan-dunia-pers-indonesia-1597655319|access-date=2021-03-13|website=SINDOnews.com|language=id-ID}}</ref>
 
Sejak 7 November 2019, pemerintah Indonesia mendeklarasikan Roehana Koeddoes sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] melalui Keputusan Presiden No. 120/TK/2019 dan diberikan kepada cucunya sebagai ahli waris pada hari berikutnya. Dua tahun kemudian, dia dirayakan di [[Google Doodle]].<ref>{{Cite web|last=Welle (www.dw.com)|first=Deutsche|title=6 Tokoh Ini Dapat Gelar Pahlawan Nasional {{!}} DW {{!}} 09.11.2019|url=https://www.dw.com/id/6-tokoh-ini-dapat-gelar-pahlawan-nasional/a-51168515|access-date=2021-03-08|website=DW.COM|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|title=Cucu Ruhana Kuddus Terharu Wakili Keluarga Terima Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara|url=https://www.tribunnews.com/nasional/2019/11/08/cucu-ruhana-kuddus-terharu-wakili-keluarga-terima-gelar-pahlawan-nasional-di-istana-negara|access-date=2021-11-08|website=Tribunnews.com|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|title=Celebrating Roehana Koeddoes|url=https://www.google.com/doodles/celebrating-roehana-koeddoes|access-date=2021-11-07|website=www.google.com|language=en}}</ref>
 
== Peninggalan ==
Namanya dipakai (dengan versi populer) untuk sebuah aula di Kompleks Olahraga [[Gelanggang Olahraga Haji Agus Salim]], sebagai [[nama jalan]] di [[Padang]], termasuk merek dagang [[keripik sanjai]] yang terletak di jalan yang sama.<ref>{{Cite web|date=2020-11-24|title=Sosok Wartawan Perempuan Pertama Indonesia Bernama Rohana Kudus|url=https://infosumbar.net/artikel/sosok-wartawan-perempuan-pertama-indonesia-bernama-rohana-kudus/|access-date=2021-10-20|website=infoSumbar|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|title=Latar Belakang Rohana Kuddus Yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional|url=https://news24.co.id/read/news/6541/Latar-Belakang-Rohana-Kuddus-Yang-Ditetapkan-Sebagai-Pahlawan-Nasional|access-date=2021-10-20|website=NEWS24.CO.ID|language=id}}</ref>
 
== Bacaan lanjutan ==
Baris 66 ⟶ 86:
* [[Tamar Djaja]], Rohana Kudus: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Jakarta: Mutiara, 1980
* [[Rudolf Mrazek]]. Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1996.
* Fitriyanti. Roehana Koeddoes Perempuan SumatraSumatera Barat, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2001
* Fitriyanti. Rohana Kudus Wartawan Perempuan Pertama indonesia, Yayasan d' Nanti, Jakarta, 2005
 
== Catatan ==
{{NoteFoot}}
 
== Rujukan ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==*{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160306095222/http://pwi.or.id/index.php/presspediapwi/804-s-dari-ensiklopedi-pers-indonesia-epi |date=2016-03-06 }}
* {{id}} [http://www.merdeka.com/khas/rohana-kudus-fajar-terang-dari-tanah-minang-pejuang-wanita-sumatera-1.html Artikel]
* https://historia.id/kultur/articles/mengenal-rohana-kudus-wartawan-perempuan-pertama-yang-jadi-pahlawan-nasional-Db2lQ
{{authority control}}
 
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Kudus, Rohana}}
{{lifetime|1884|1972|}}
 
{{DEFAULTSORT:Kudus, Rohana}}
[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
[[Kategori:Bundo Kanduang Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik PandaiJurnalis Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Keturunan Koto Gadang]]
[[Kategori:WanitaPerempuan Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:TokohGuru MinangkabauIndonesia]]