Roekiah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
pindahkan dari Miss Roekiah |
k Bot: Mengganti kategori Wanita Indonesia dengan Perempuan Indonesia |
||
(45 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Redirect|Rukiah|penyair Indonesia|S. Rukiah}}
{{Infobox person
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|spouse=[[Kartolo]]
|children=5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
}}
'''Roekiah''' ([[EYD]] '''Rukiah'''; {{IPA-id|ruˈkiah|}}) ({{lahirmati|[[Bandung|Bandoeng]]|31|12|1917|[[Djakarta]]|2|9|1945}}) sering ditulis sebagai '''Miss Roekiah''',{{efn|Di Hindia Belanda pada awal abad ke-20, para pemain panggung, khususnya penyanyi keroncong, disebut "Miss" pada iklan {{harv|JCG, Roekiah, Miss}}.}} adalah [[aktris]] dan penyanyi [[keroncong]] [[Indonesia]]. Seorang putri dari pasangan pemain sandiwara, ia memulai kariernya pada usia tujuh tahun; pada tahun 1932 ia terkenal di [[Batavia]], [[Hindia Belanda]] (kini Jakarta, Indonesia), sebagai penyanyi dan pemain sandiwara. Pada masa ini, ia bertemu dengan [[Kartolo]], yang ia nikahi pada tahun 1934. Pasangan ini bermain dalam film ''[[Terang Boelan]]'' pada tahun 1937. Dalam film tersebut, Roekiah dan [[Rd Mochtar]] berperan sebagai sepasang kekasih.
Setelah film tersebut sukses secara komersial, Roekiah, Kartolo, dan sebagian besar pemeran dan kru ''Terang Boelan'' dikontrak oleh [[Tan's Film]], dan pertama kali bermain dalam film ''[[Fatima (film 1938)|Fatima]]'' yang diproduksi oleh perusahaan tersebut pada tahun 1938. Roekiah dan Mochtar kembali beradu akting dalam dua film sebelum Mochtar hengkang dari Tan's Film pada tahun 1940; melalui film-film ini, Roekiah dan Mochtar menjadi pasangan layar lebar pertama di Hindia Belanda. Pengganti Mochtar, [[Djoemala|Rd Djoemala]], beradu akting dengan Roekiah dalam empat film, meskipun film-film tersebut tidak begitu sukses. Setelah [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Indonesia]] pada tahun 1942, Roekiah hanya bermain dalam satu film menjelang kematiannya; sebagian besar waktunya ia habiskan untuk menghibur para tentara Jepang.
== Kehidupan awal ==
Roekiah lahir di [[Bandung]], [[
Meskipun ditentang oleh keluarganya, Roekiah bersikeras ingin ikut serta main sandiwara, dan meminta izin pada ibunya untuk tampil di atas panggung. Ningsih setuju, dengan syarat ia hanya diperbolehkan tampil sekali. Saat berusia tujuh tahun, Roekiah tampil di panggung untuk pertama kalinya, Muhammad Ali – yang tidak mengetahui perjanjian antara istri dan putrinya – bergegas ke atas panggung dan menyuruh Roekiah agar berhenti bernyanyi. Akibatnya, Roekiah menolak makan sampai kedua orang tuanya akhirnya mengalah.<ref>{{harvnb|Berita Buana 1996, Roekiah|pp=1, 6}}; {{harvnb|Imong 1941, Riwajat Roekiah–Kartolo|p=24}}</ref> Setelah itu, Roekiah tampil secara rutin bersama rombongan sandiwara.{{sfn|Berita Minggu Film 1982, Roekiah|p=V}}
Pada tahun 1932, saat bergabung dengan Palestina Opera di [[Jakarta|Batavia]] (kini Jakarta), Roekiah berhasil menjadi seorang aktris sandiwara dan penyanyi [[keroncong]] terkenal. Ia dikagumi tidak hanya karena suaranya, tetapi juga karena kecantikannya.<ref>{{harvnb|Keluarga 1977, Miss Roekiah|p=4}}; {{harvnb|van der Heide|2002|p=128}}</ref> Saat bersama Palestina Opera, ia bertemu dengan calon suaminya, [[Kartolo]]; seorang aktor, pianis, dan penulis lagu dalam rombongan. Mereka berdua menikah saat Roekiah berusia tujuh belas tahun.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekiah}} Pasangan baru ini mengambil cuti selama sebulan dan kemudian bergabung dengan grup Faroka untuk menjalani tur di [[Singapura]], dan kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1936.<ref>{{harvnb|Biran|2009|p=204}}; {{harvnb|Imong 1941, Riwajat Roekiah–Kartolo|p=26}}</ref>
== Karier film ==
=== Kemitraan dengan Rd Mochtar ===
[[
Pada tahun 1937, Roekiah bermain film untuk pertama kalinya dengan berperan sebagai aktris utama dalam film ''[[Terang Boelan]]'' karya [[Albert Balink]]. Ia dan lawan mainnya, [[Rd Mochtar]],{{efn|''Rd'' adalah singkatan dari [[Raden]], [[Priyayi#Gelar|gelar kebangsawanan]] pada [[suku Jawa]].}} berperan sebagai sepasang kekasih yang kawin lari agar karakter Roekiah tidak dinikahi oleh seorang penyelundup [[opium]];{{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekiah}} Kartolo juga memiliki peran kecil. Film ini sukses secara komersial, meraup lebih dari 200.000 [[Dolar Selat]] saat dirilis secara internasional;{{sfn|Biran|2009|p=171}} sejarawan film Indonesia, [[Misbach Yusa Biran]], menyebut Roekiah sebagai "dinamit" yang menyebabkan kesuksesan film.{{sfn|Biran|2009|p=172}}
Setelah kesuksesan ''Terang Boelan'', ''Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat'' yang memproduksi film tersebut memutuskan untuk berhenti memproduksi [[film fiksi]].{{sfn|Biran|2009|p = 172}} Menurut wartawan W. Imong, akibat tidak memiliki pekerjaan dan depresi setelah kematian ibunya, Roekiah "suka diam
Bersama Tan's Film, para pemeran ''Terang Boelan'' bermain dalam film sukses ''[[Fatima (film 1938)|Fatima]]'' pada tahun 1938, yang dibintangi oleh Roekiah dan Rd Mochtar. Dalam film ini, Roekiah memainkan peran utama – seorang gadis muda yang menolak rayuan seorang pemimpin geng karena jatuh cinta pada seorang [[nelayan]] (Rd Mochtar). ''Fatima'' secara teliti mengikuti pola produksi yang diterapkan pada ''Terang Boelan''.{{efn|Pola ini akhirnya diikuti oleh semua film-film yang dibintangi Roekiah.}}{{sfn|Filmindonesia.or.id, Fatima}} Akting Roekiah dalam film ini dipuji secara luas. Salah seorang pengulas dari ''Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië'' menulis bahwa "pemeranan Roekiah yang sederhana mengenai ketidakadilan dalam pernikahan [[adat]] Melayu bahkan telah memikat para penonton Eropa",{{efn|Asli: "''Haar sobere verpersoonlijking van het onrecht in de Maleische huwelijks adat boeit en pakt zelfs den Europeeschen toeschouwer.''"}}{{sfn|Het Nieuws 1939, Nieuwe Films}} sedangkan pengulas lainnya dari ''[[Bataviaasch Nieuwsblad]]'' menyatakan bahwa penampilan Roekiah diapresiasi oleh semua orang.{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1939, Fatima}}
''Fatima'' sukses besar secara komersial; dengan anggaran 7.000 [[gulden]], film ini berhasil meraup 200.000 gulden.{{sfn|Biran|2009|p=175}} Setelah kesuksesan film ini, Tan's terus memasangkan Roekiah dan Rd Mochtar dalam film-filmnya.{{sfn|Biran|2009|p=176}} Mereka berdua menjadi pasangan [[selebriti]] layar lebar pertama di Hindia Belanda, dan dijuluki dengan [[Charles Farrell]]–[[Janet Gaynor]] Indonesia.{{sfn|Moderna 1969, Miss Roekiah|p=30}} Kepopuleran Roekiah-Rd Mochtar sebagai pasangan layar lebar menyebabkan studio-studio lainnya mengikuti jejak Tan's dengan membentuk pasangan romantis ciptaan mereka sendiri. [[The Teng Chun]] misalnya, memasangkan [[Mohamad Mochtar]] dan [[Hadidjah]] dalam film ''[[Alang-Alang (film)|Alang-Alang]]'' pada tahun 1939.{{sfn|Imanjaya|2006|p=109}}
Baris 53:
Untuk mempertahankan bintang baru mereka, Tan's Film menghabiskan uang dalam jumlah besar. Roekiah dan Kartolo menerima gaji bulanan sebesar 150 dan 50 gulden masing-masingnya, dua kali lebih besar dari honor yang mereka terima saat bermain ''Terang Boelan''. Mereka berdua juga diberi sebuah rumah di Tanah Rendah, Batavia.{{sfn|Biran|2009|p=223}} Roekiah dan Kartolo terus bermain dalam film-film produksi Tan's; Kartolo sering diberi peran-peran kecil dan komedi, sedangkan Roekiah menyanyikan lagu-lagu yang ditulis oleh suaminya. {{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekiah}} Pada tahun 1939, mereka bermain film bersama, dengan Rd Mochtar berperan sebagai pasangan Roekiah, yakni dalam film ''[[Gagak Item]]'' yang terinspirasi dari cerita [[Zorro]]. Meskipun tidak sesukses film-film sebelumnya, film ini masih menguntungkan.{{sfn|Biran|2009|p=212}} Seorang pengulas dari ''Bataviaasch Nieuwsblad'' memuji akting Roekiah yang "bersungguh-sungguh".{{efn|Asli: "''... ingetogen ...''"}}{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1939, Gagak Item}}
Film terakhir Roekiah bersama Rd Mochtar adalah ''[[Siti Akbari]]'', yang dirilis pada tahun 1940. Cerita film ini kemungkinan terinspirasi dari
=== Kemitraan dengan Djoemala ===
[[
Ditengah-tengah perselisihan mengenai upah, Rd Mochtar keluar dari Tan's Film dan bergabung dengan pesaingnya, Populair Films, pada tahun 1940. Oleh sebab itu, Tan's mulai mencari pasangan baru untuk Roekiah.{{sfn|Biran|2009|p=227}} Kartolo meminta seorang kenalannya, pengusaha jahitan bernama [[Djoemala|Ismail Djoemala]], untuk menjadi lawan main baru bagi Roekiah. Meskipun Djoemala tidak pernah berakting sebelumnya, ia telah bernyanyi bersama grup Malay Pemoeda pada tahun 1929. Setelah Kartolo memintanya enam kali, Djoemala akhirnya setuju.{{sfn|Pertjatoeran Doenia 1942, Ismail Djoemala|p=8}} Perusahaan menganggap bahwa Djoemala yang rupawan dan berperawakan tinggi adalah pengganti yang cocok,{{sfn|Biran|2009|p=223}} dan mempekerjakannya dengan [[nama panggung]] Djoemala.{{sfn|Biran|2009|p=249}}
Roekiah dan Djoemala pertama kali beradu akting dalam film ''[[Sorga Ka Toedjoe]]'' pada akhir 1940. Dalam film ini, Roekiah berperan sebagai seorang gadis muda yang dengan bantuan kekasihnya mampu mempersatukan kembali bibinya yang buta ([[Annie Landouw]]) dengan suaminya
{{sfn|Singapore Free Press 1941, A Malay Film}} Bulan April tahun berikutnya, Tan's merilis ''[[Roekihati]]'', dibintangi oleh Roekiah yang berperan sebagai gadis muda yang pergi ke kota demi mencari uang untuk keluarganya yang melarat, dan akhirnya menikah.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekihati}} Penampilannya dalam film ini dipuji oleh ''Bataviaasch Nieuwsblad'', yang menulis bahwa ia berhasil dengan baik memerankan peran yang sulit.{{sfn|Bataviaasch Nieuwsblad 1941, Roekihati}}
Pada tahun 1941, Roekiah dan Djoemala menyelesaikan ''[[Poesaka Terpendam]]'',{{sfn|Biran|2009|p=224}} film aksi yang mengisahkan mengenai dua kelompok – ahli waris yang sah (termasuk Roekiah) dan segerombolan penjahat – yang berlomba menemukan [[harta karun]] terpendam di [[Banten]].{{sfn|Pertjatoeran Doenia 1941, Poesaka Terpendam}} Roekiah dan Djoemala terakhir kali bermain bersama dalam film ''[[Koeda Sembrani]]'' pada awal 1942. Dalam film tersebut, yang diadaptasi dari ''[[Seribu Satu Malam|Kisah Seribu Satu Malam]]'', Roekiah berperan sebagai Putri Shams al-Nahar yang menunggangi seekor kuda terbang.{{sfn|Pertjatoeran Doenia 1942, Studio Nieuws|p=17}} Film ini masih belum rampung ketika [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Hindia Belanda]] pada bulan Maret 1942,{{sfn|Biran|2009|p=282}} dan baru ditayangkan pada bulan Oktober 1943.{{sfn|Pembangoen 1943, Pertoendjoekan}}
Secara keseluruhan, Roekiah dan Djoemala telah bermain dalam empat film dalam dua tahun. Biran berpendapat hal ini membuktikan bahwa Tan's Film telah "menyia-nyiakan hartanya",
== Pendudukan Jepang dan kematian ==
[[Daftar film Hindia Belanda|Produksi film di Hindia Belanda]] menurun setelah pendudukan Jepang pada awal 1942; penguasa Jepang memaksa untuk menutup semua, kecuali satu, studio film.{{sfn|Biran|2009|pp=319, 332}} Jepang membuka studio film milik mereka sendiri di Hindia Belanda bernama Nippon Eigasha, yang ditugaskan memproduksi film-film [[propaganda]] untuk kepentingan perang.{{sfn|Keluarga 1977, Miss Roekiah|p=6}} Tanpa Roekiah, Kartolo bermain dalam film satu-satunya yang diproduksi oleh studio tersebut, ''[[Berdjoang]]'', pada tahun 1943.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Kartolo}} Setelah absen selama beberapa tahun, Roekiah juga bermain dalam film produksi Nippon dengan membintangi sebuah film pendek propaganda Jepang berjudul ''Ke Seberang'' pada tahun 1944.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekiah}} Meskipun demikian, Roekiah menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
Roekiah jatuh sakit pada bulan Februari 1945, tak lama setelah merampungkan film ''Ke Seberang''. Meskipun sedang sakit, juga keguguran, ia tidak diperbolehkan beristirahat; tentara Jepang bersikeras bahwa ia dan Kartolo harus menjalani tur ke [[Surabaya]], [[Jawa Timur]]. Sekembalinya ke Jakarta,{{efn|Batavia berganti nama menjadi Jakarta saat pendudukan Jepang.}} kondisinya semakin memburuk.{{sfn|Keluarga 1977, Miss Roekiah|p=7}} Setelah menjalani pengobatan selama beberapa bulan, ia meninggal dunia tak lama setelah Indonesia [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaannya]] tanggal 17 Agustus 1945.{{sfn|Moderna 1969, Miss Roekiah|p=34}} Roekiah dikebumikan di Kober Hulu, [[Jatinegara]], Jakarta.{{sfn|Keluarga 1977, Miss Roekiah|p=7}} Pemakamannya dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Menteri Pendidikan [[Ki Hadjar Dewantara]].{{sfn|TIM, Roekiah}}
== Keluarga ==
[[
Roekiah berkata bahwa Kartolo adalah pasangan yang tepat baginya, mengungkapkan bahwa pernikahannya mendatangkan "banyak rezeki".
{{sfn|Filmindonesia.or.id, Kartolo}} Untuk menafkahi keluarga, Kartolo bekerja di [[Radio Republik Indonesia]] sejak tahun 1946. Di sana, ia melewati [[Revolusi Nasional Indonesia]] yang sedang berlangsung, konflik bersenjata dan perjuangan diplomatik antara
Salah seorang anak Roekiah dan Kartolo meninggal di Yogyakarta saat berusia sepuluh tahun.{{sfn|Moderna 1969, Miss Roekiah|p=34}} Anak yang selebihnya dibawa ke Jakarta setelah Revolusi Nasional Indonesia berakhir pada tahun 1950. Di Jakarta, mereka dirawat oleh teman dekat Kartolo bernama Adikarso. Salah seorang anak mereka, [[Rachmat Kartolo]], kelak menjadi penyanyi dan aktor yang aktif pada tahun 1970-an,{{sfn|Filmindonesia.or.id, Kartolo}} ia dikenal atas lagu-lagu seperti "Patah Hati" dan film-film seperti ''Matjan Kemajoran'' (1965) dan ''[[Bernafas dalam Lumpur]]'' (1970).{{sfn|Berita Buana 1996, Roekiah|p=6}} Dua putra mereka yang lainnya, Jusuf dan Imam, membentuk sebuah grup musik sebelum berkarier di tempat lain. Putri mereka, Sri Wahjuni, tidak ikut berkecimpung dalam industri hiburan.{{sfn|Moderna 1969, Miss Roekiah|p=34}}
== Peninggalan ==
Media memandang Roekiah dengan penuh kasih, dan film-film terbarunya secara konsisten selalu menerima ulasan positif.{{sfn|Keluarga 1977, Miss Roekiah|p=6}} Di puncak popularitasnya, para penggemar meniru busana yang dikenakan oleh Roekiah di film-filmnya.{{sfn|TIM, Roekiah}} Roekiah muncul secara rutin dalam berbagai iklan,{{efn|Termasuk iklan mesin jahit [[Singer Corporation|Singer]] dan sandal merek Matjan produksi [[Bata (perusahaan)|Bata]] ({{harvnb|Biran|2009|p=24}}).}} dan sejumlah [[Perekam suara|rekaman]] yang berisikan suaranya tersedia di pasaran. Dalam wawancara pada tahun 1996, salah seorang penggemar mengungkapkan bahwa Roekiah adalah "idola setiap pria",
{{quote|text=Roekiah selalu membuat penonton terlena di bangkunya saat ia mengalunkan lagu keroncong. Ia selalu mendapatkan tepuk tangan, sebelum atau sesudah bernyanyi. Bukan hanya kalangan pribumi. Banyak Belanda yang rajin menonton pertunjukan Roekiah!{{sfn|Berita Buana 1996, Roekiah|pp=1, 6}}}}
Baris 86:
Setelah kematian Roekiah, industri perfilman Indonesia berupaya untuk mencari pengganti dirinya. Pakar film Ekky Imanjaya memberi contoh ketika sebuah film diiklankan dengan kata-kata "Roekiah? Bukan! Tetapi [[Sofia W.D.|Sofia]] dalam film Indonesia baru: ''Air Mengalir di Tjitarum''".{{sfn|Imanjaya|2006|p=111}} Film-film Roekiah dulunya ditayangkan secara rutin,{{sfn|Imanjaya|2006|p=111}} namun saat ini sebagian besarnya sudah hilang. Film-film Hindia Belanda direkam dalam bentuk [[film nitrat]] yang mudah terbakar, dan setelah kebakaran memusnahkan sebagian gudang [[Produksi Film Negara]] pada tahun 1952, film-film lama yang direkam dalam bentuk nitrat juga ikut musnah.{{sfn|Biran|2012|p=291}} JB Kristanto dari Katalog Film Indonesia menyatakan bahwa dari keseluruhan film-film Roekiah, hanya ''Koeda Sembrani'' yang masih tersimpan di [[Sinematek Indonesia]].{{sfn|Filmindonesia.or.id, Koeda Sembrani}}
Tulisan-tulisan mengenai Roekiah yang diterbitkan setelah kematiannya
== Filmografi ==
[[Berkas:Terang Boelan p311.jpg|
* ''[[Terang Boelan]]'' (1937)
* ''[[Fatima (film 1938)|Fatima]]'' (1938)
* ''[[Gagak Item]]'' (1939)
* ''[[Siti Akbari]]'' (1940)
* ''[[Sorga Ka Toedjoe]]'' (1940)
* ''[[Roekihati]]'' (1940)
* ''[[Poesaka Terpendam]]'' (1941)
* ''[[Koeda Sembrani]]'' (1942)
* ''Ke Seberang'' (1944; film pendek)
== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|30em}}
* {{cite web
|title=A Malay Film
|work=The Singapore Free Press and Mercantile Advertiser
Baris 116 ⟶ 117:
|ref={{sfnRef|Singapore Free Press 1941, A Malay Film}}
|accessdate=11 Juni 1941
}}
* {{cite book
|title=[[Sejarah Film 1900–1950|Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa]]
|language=Indonesia
|last=Biran
|first=Misbach Yusa
|author-link=Misbach Yusa Biran
|publisher=Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council
|year=2009
|isbn=978-979-3731-58-2
|location=Jakarta
|ref=harv
}}
* {{cite book
|chapter=Film pada Masa Kolonial
|trans_chapter=Film in the Colonial Period
|author-link=Misbach Yusa Biran
|publisher=Ministry of Education and Culture
|location=Jakarta |volume=V
|pages=268–93
|isbn=978-979-9226-97-6
|ref=harv
}}
* {{cite
|title = Fatima
|url = http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-f006-38-574433_fatima
|work = filmindonesia.or.id
|publisher = Konfiden Foundation
|location = Jakarta
|accessdate = 24 Juli 2012
|archiveurl = https://www.webcitation.org/69OPnL4MG?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-f006-38-574433_fatima
|ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Fatima}}
|dead-url = no
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-30
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131230235922/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010864566%3Ampeg21%3Ap003%3Aa0057
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-30
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131230235751/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A011123019%3Ampeg21%3Ap012%3Aa0235
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-30
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131230235616/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A011221752%3Ampeg21%3Ap003%3Aa0096
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-29
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131229080158/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A011121461%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0098
|dead-url=yes
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite journal
|title=Riwajat Roekiah–Kartolo
|language=Indonesia
Baris 243 ⟶ 257:
|ref={{sfnRef|Imong 1941, Riwajat Roekiah–Kartolo}}
}}
* {{cite journal
|title=Ismail Djoemala: Dari Doenia Dagang ke Doenia Film
|language=Indonesia
Baris 254 ⟶ 268:
|ref={{sfnRef|Pertjatoeran Doenia 1942, Ismail Djoemala}}
}}
* {{cite web
|title=Kartolo
|language=Indonesia
Baris 261 ⟶ 275:
|publisher=Konfiden Foundation
|accessdate=22 September 2012
|archivedate=
|archiveurl=
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Kartolo}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|dead-url = no
}}
* {{Cite book
}} (book acquired from the collection of Museum Tamansiswa Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta)
* {{cite journal
|title=Miss Roekiah: Artis Teladan
|language=Indonesia
Baris 298 ⟶ 314:
|ref={{sfnRef|Moderna 1969, Miss Roekiah}}
}}
* {{cite journal
|title=Miss Roekiah: Perintis Bintang Film Indonesia
|trans_title=Miss Roekiah: Pioneering Indonesian Film Actress
Baris 309 ⟶ 325:
|ref={{sfnRef|Keluarga 1977, Miss Roekiah}}
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-29
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131229075635/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010227118%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0097
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|archive-date=2014-01-02
|archive-url=https://web.archive.org/web/20140102194301/http://niod.x-cago.com/maleise_kranten/article.do?code=Niod061&date=19431028&id=061-19431028-004013&words=koeda%20sembrani
|dead-url=yes
}}
* {{cite journal
|title=Poesaka Terpendam
|language=Indonesia
Baris 343 ⟶ 365:
|ref={{sfnRef|Pertjatoeran Doenia 1941, Poesaka Terpendam}}
}}
* {{cite web
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b99beeb5c938_Roekiah
|title=Roekiah
Baris 350 ⟶ 372:
|publisher=Konfiden Foundation
|accessdate=13 Agustus 2012
|archivedate=
|archiveurl=
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Roekiah}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/roekiah.html
|title=Roekiah
Baris 360 ⟶ 383:
|publisher=[[Taman Ismail Marzuki]]
|accessdate=13 Agustus 2012
|archivedate=
|archiveurl=
|ref={{sfnRef|TIM, Roekiah}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|title=Roekiah Bintangtonil, Film, dan Musik Pujaan Semua Orang
|language=Indonesia
|work=Berita Buana Minggu
|date=13 Oktober 1996
|location=Jakarta
|pages=1, 6
|ref={{sfnRef|Berita Buana 1996, Roekiah}}
}}
* {{cite
|title=Roekiah Kartolo: Primadona Opera "Palestina" dan Pelopor Dunia Layar Perak
|language=Indonesia
Baris 382 ⟶ 406:
|ref={{sfnRef|Berita Minggu Film 1982, Roekiah}}
}}
* {{cite web
|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2616/Roekiah-Miss
|title=Roekiah, Miss
Baris 389 ⟶ 413:
|publisher=Jakarta City Government
|accessdate=13 Agustus 2012
|archivedate=
|archiveurl=
|ref={{sfnRef|JCG, Roekiah, Miss}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|dead-url = no
}}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-31
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131231000045/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A011122214%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0139
|dead-url=yes
}}
* {{cite web
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|dead-url = no
}}
* {{cite journal
|title=Studio Nieuws
|language=Indonesia
Baris 442 ⟶ 472:
{{refend}}
== Pranala luar ==
{{Commons category|Roekiah}}
* {{IMDb name|4333044|Roekiah}}
{{Portal bar|Biografi|Film|Indonesia}}
{{artikel pilihan}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Roekiah}}
[[Kategori:Kelahiran 1917]]
[[Kategori:Kematian 1945]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Penyanyi Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Perempuan Indonesia]]
|